Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) memperkuat program pelayanan kesehatan primer kepada masyarakat melalui gerakan pengaktifan posyandu di seluruh penjuru daerah.
"Penguatan pembinaan posyandu aktif merupakan indikator proyek Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat dalam RPJMN 2020-2024," kata Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, Jaya Mualimin di Balikpapan, Rabu.
Penguatan layanan kesehatan tersebut, menurut Jaya sesuai dengan amanat Kementerian Kesehatan RI yang telah merevitalisasi pelayanan kesehatan primer dengan tujuan menguatkan layanan kesehatan melalui peningkatan upaya promotif dan preventif.
Langkah ini diimplementasikan dengan mendekatkan layanan kesehatan hingga ke tingkat desa atau kelurahan, mencakup seluruh siklus hidup, serta memperkuat pemantauan wilayah setempat (PWS) melalui dashboard situasi kesehatan per desa atau kelurahan.
Jaya menjelaskan, pada tahun 2023, Kaltim memiliki 4.746 posyandu yang valid berdasarkan aplikasi Komdat Kementerian Kesehatan.
Dari jumlah tersebut, 4.216 posyandu berstatus aktif dan 530 tidak aktif, dengan jumlah kader posyandu sebanyak 18.726 orang, ujar Jaya Mualimin.
Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), lanjut Jaya prevalensi stunting di Kaltim turun dari 23,9 persen pada tahun 2022 menjadi 17,46 persen di tahun 2023.
Ia menargetkan, prevalensi stunting ini akan turun hingga 12,83 persen pada tahun 2024.
“Meskipun demikian, ditemukan peningkatan kasus wasting (gizi buruk) dan underweight (berat badan kurang di atas rata-rata) yang jika tidak ditangani secara serius akan berpotensi menyebabkan stunting,” kata Jaya Mualimin.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2024
"Penguatan pembinaan posyandu aktif merupakan indikator proyek Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat dalam RPJMN 2020-2024," kata Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, Jaya Mualimin di Balikpapan, Rabu.
Penguatan layanan kesehatan tersebut, menurut Jaya sesuai dengan amanat Kementerian Kesehatan RI yang telah merevitalisasi pelayanan kesehatan primer dengan tujuan menguatkan layanan kesehatan melalui peningkatan upaya promotif dan preventif.
Langkah ini diimplementasikan dengan mendekatkan layanan kesehatan hingga ke tingkat desa atau kelurahan, mencakup seluruh siklus hidup, serta memperkuat pemantauan wilayah setempat (PWS) melalui dashboard situasi kesehatan per desa atau kelurahan.
Jaya menjelaskan, pada tahun 2023, Kaltim memiliki 4.746 posyandu yang valid berdasarkan aplikasi Komdat Kementerian Kesehatan.
Dari jumlah tersebut, 4.216 posyandu berstatus aktif dan 530 tidak aktif, dengan jumlah kader posyandu sebanyak 18.726 orang, ujar Jaya Mualimin.
Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), lanjut Jaya prevalensi stunting di Kaltim turun dari 23,9 persen pada tahun 2022 menjadi 17,46 persen di tahun 2023.
Ia menargetkan, prevalensi stunting ini akan turun hingga 12,83 persen pada tahun 2024.
“Meskipun demikian, ditemukan peningkatan kasus wasting (gizi buruk) dan underweight (berat badan kurang di atas rata-rata) yang jika tidak ditangani secara serius akan berpotensi menyebabkan stunting,” kata Jaya Mualimin.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2024