Presiden Jokowi tampak senang. Panas terik tepat di garis edar matahari di Bontang, Kalimantan Timur, pun seperti tak dihiraukan. Ia mengizinkan jurnalis yang meliput peresmian pabrik amonium nitrat PT KAN melakukan doorstop alias wawancara cegat.
Meskipun tidak ada ‘door’ di tengah pertigaan jalan di dalam kawasan pabrik amonium PT KAN. Di titik itu juga beberapa menit sebelumnya Presiden mengibarkan bendera start, melepas keberangkatan lima truk berisi tak kurang dari 100 ton amonium nitrat ke pelanggan PT Dahana-satu pemodal PT KAN.
Gemuruh dan bising suara mesin-mesin pabrik yang dihantar pipa-pipa di atas kepala juga tak dihiraukan. Para jurnalis pun menyorongkan handphone di mana aplikasi recording sedang dijalankan. Seorang jurnalis perempuan di barisan depan bertanya, yang agaknya memaksa Presiden Jokowi mengangkat alisnya seperti berusaha mendengarkan lebih jelas sebelum kemudian menjawab.
“Ini akan mendorong kemandirian produksi pupuk kita. Jadi tidak banyak impor bahan baku, sehingga kalau negara tempat kita mengimpor ada problem, kita tidak mengalami masalah,” kata Presiden.
Ia lalu menyebutkan perang Ukraina-Rusia yang kini sudah berlangsung dua tahun dan menjadi masalah bagi semua negara karena perang mengganggu rantai pasokan barang-barang di seluruh dunia. Ukraina yang adalah penghasil gandum dan beragam produk pertanian lainnya, jadi terhenti ekspornya. Rusia untuk sementara tidak bisa begitu saja mengekspor pupuk dan memprioritaskan penggunaan dalam negeri. Harga barang-barang, terutama bahan makanan dan hasil industri logam, melonjak. Begitu pula harga pupuk.
Masih di bawah terik matahari pukul sebelas itu juga, Presiden menerangkan bahwa Indonesia masih mengimpor 21 persen dari kebutuhan amonium nitrat yang mencapai 560 juta ton per tahun, atau sekira 117,6 juta ton. Produksi amonium nitrat dari PT KAN yang 75 juta ton bisa segera mengurangi impor delapan persen.
“Yang sisa 13 persen optimis bisa kita selesaikan sekalian, sehingga 100 persen bahan baku untuk pupuk NPK ada di dalam negeri,” harap Presiden.
Doorstop selesai. Pasukan Pengamanan Presiden mengambil posisi dan para jurnalis mundur. Sebagian yang masih bersemangat atau mendapat penugasan dari kantornya, mengejar para menteri.
“Pak Zulkifli, bagaimana stok beras jelang Ramadan?” tanya Yasmin dari Kompas TV sambil mencegat langkah Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan.
“Stok aman dan cukup,” kata Menteri Zulkifli tangkas.
Menteri Investasi Bahlil Lahadila juga dicegat. Para jurnalis perempuan menanyainya soal kabar investor asing ingin membangun pabrik petrokimia.
"Pak, Luhut bilang ada pabrik petrokimia dari asing yang mau masuk? Investasi asing?" Luhut yang disebut tentu saja Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan.
"Belum, belum, belum," jawab Menteri Bahlil sambil terus berjalan. Posturnya yang mungil menghilang dikelilingi tiga jurnalis dari tiga arah.
"Yang di Kaltara, Pak?"
"Oh, di kawasan industri di Kaltara."
"Progresnya gimana?"
"Lagi berjalan ya."
Matahari makin garang. Para menteri sampai di mobilnya masing-masing sementara sebagian besar undangan dan jurnalis kembali ke tenda tempat acara, mencari tempat berlindung dari panas yang kian menyengat. Mobil-mobil rangkaian rombongan Presiden pun bergerak meninggalkan lokasi.
“Presiden makan siang lalu terbang ke IKN dengan helikopter,” kata Ulfa, staf dari Pupuk Kaltim yang mendampingi para jurnalis. Dengan cara itu juga Presiden tiba di Bontang lebih kurang 3 jam sebelumnya. Presiden terbang dari helipad di Samarinda, 130 km selatan Bontang, dan lebih kurang 30 menit kemudian mendarat di helipad di Bandara PT Badak.
Saat menginap di Samarinda, Presiden bersantai sejenak. Ia mengajak para menteri makan bakso di mal besar di Kota Tepian itu.
Sekadar diketahui PT Kaltim Amonium Nitrat adalah perusahaan patungan PT Pupuk Kaltim (PKT) dan PT Dahana Investama Corp (DIC), anak perusahaan PT Dahana. PKT sendiri di bawah holding PT Pupuk Indonesia, dan PT Dahana bagian dari Defend Id, perusahaan holding industri pertahanan Tanah Air. Anggota lain dari Defend Id itu sudah terkenal seperti Pindad dan PT PAL. Seluruh perusahaan ini, tentu saja, adalah badan usaha milik negara alias BUMN.
“Pabrik amonium nitrat yang dibangun PT KAN ini yang pertama yang dimiliki BUMN,” kata Direktur Utama PT Pupuk Indonesia Rahmad Pribadi dalam kesempatan terpisah.
Di Bontang sudah ada PT Black Bear Resources, perusahaan milik swasta yang memproduksi 82 ribu ton amonium nitrat per tahun. Satu lagi pabrik amonium nitrat ada di Karawang, Cikampek, di dekat pabrik PT Pupuk Kujang, Jawa Barat, yaitu PT Multi Nitrotama yang memproduksi 140.000 ton per tahun. Saat ini merupakan pabrik amonium nitrat terbesar di Indonesia.
Pabrik amonium nitrat dibangun PT KAN di Kaltim Industrial Estate (KIE) di Bontang, masih dalam kawasan yang sama dengan pabrik-pabrik pupuk yang dikelola PKT. Alasan lain kenapa dibangun di Bontang dan melibatkan PKT, karena kedua jenis pabrik berbahan baku sama, yaitu gas alam.
“Kita memang mengumpulkan industri berbasis gas alam di KIE, karena infrastrukturnya di sini sudah jadi dan lengkap,” kata Rahmad.
Sebelum PKT dibangun, awalnya di Bontang adalah PT Badak Natural Gas Liquid (NGL) atau biasa juga disebut LNG Badak, pengolah gas alam cair untuk keperluan ekspor ke Jepang dan Taiwan.
Gas yang diolah PT Badak didapat dari sumur-sumur gas sepanjang pesisir dan laut Kalimantan Timur, yang di masa awal di dekade 1970an itu dikelola oleh Total Indonesie untuk Blok Mahakam, Unocal-kemudian Chevron di lepas pantai Balikpapan dan di Tanjung Santan dekat Bontang, serta VICO yang mengelola lapangan raksasa Badak-Mutiara. Gas dari sumur-sumur itu kemudian dipompa ke Bontang dan diolah PT Badak dan dikirim ke negara pengimpor dalam bentuk cair (liquid).
Sebagiannya lagi digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Dengan berada dalam satu kawasan dengan PT Badak di Bontang, PT KAN tak akan kesulitan bahan baku. Untuk industri berbasis gas alam di Bontang ini, sebut Rahmad, pemerintah pada 2018 menjamin ketersediaan bahan baku hingga 2028.
Sebab yang sangat membutuhkan amonium nitrat juga PT Dahana sebagai bahan baku dinamit yang diproduksinya, maka mereka mau menanggung 35 persen modal dari Rp1,2 triliun investasi yang dibutuhkan. Sisanya yang 65 persen disetor oleh PKT.
Direktur Utama Pupuk Kaltim Budi Wahju Soesilo merincikan, bahwa pabrik amonium nitrat PT KAN ini beroperasi dengan teknologi tinggi yang ramah lingkungan dan mengikuti standar operasional pabrik kelas dunia sesuai standar lisensi Sedin-Hallifeng. Teknologi ramah lingkungan yang digunakan antara lain dengan penggunaan Reaktor SCR (selective catalytic reduction) yaitu teknologi paling efektif saat ini untuk mengurangi emisi gas nitrogen oksida (NOx) ke lingkungan. Selain itu, pabrik ini juga mengadopsi teknologi recovery untuk mengurangi konsumsi air murni (air raw condensate) dan penggunaan energi listrik.
“Ini komitmen kami dalam mengembangkan industri pertahanan di dalam negeri,” kata Direktur Utama PT Dahana Wildan Widarman. Sebab itu pula, untuk saat ini, seluruh amonium nitrat produksi PT KAN diserap oleh Dahana.
“Amonium nitrat yang untuk pupuk kami sedang bangun pabriknya. Satu di Bontang di PKT sini, satu lagi di Karawang dekat Pupuk Kujang,” ungkap Rahmad.
Kedua pabrik akan berkapasitas masing-masing 100 ribu ton per tahun dan diharapkan kelak mencukupi kebutuhan amonium nitrat dalam negeri yang mencapai 560 juta ton tersebut.
Adalah pupuk NPK (nitrogen, phosphat, kalium), yang bahan bakunya masih impor, termasuk amonium nitrat untuk pupuk tersebut. Indonesia mengimpor fosfat dari Maroko, Tunisia, dan beberapa negara Timur Tengah. Bahan baku kalium didapat dari Kanada, Rusia, dan Jerman. Hal tersebut karena kandungan fosfat dari tambang mineral di dalam negeri hanya 12 persen dari per ton batuan atau tanah, sementara tambang fosfat di Tunisia tanahnya mengandung hingga 32 persen. China juga punya fosfat namun menghentikan ekspornya guna dipakai untuk keperluan sendiri.
Dengan amonium nitrat atau asam nitrat sudah cukup di dalam negeri, maka setidaknya tingkat kandungan dalam negeri dari produk pupuk maupun dinamit akan mendekati seratus persen. Semakin banyak devisa yang dihemat dan mendorong pertumbuhan ekonomi tempatan karena harga pupuk bisa lebih murah.
Pupuk NPK sendiri digunakan untuk menyuburkan tanaman hortikultura atau tanaman yang dimanfaatkan buah, umbi, atau daunnya. Sayuran seperti sawi, katuk, bayam, atau kentang, singkong, hingga bawang, juga pohon buah seperti mangga, alpukat, jambu, akan tumbuh baik di tanah yang diberi pupuk NPK.
“Saya sangat mengapresiasi upaya keras pembangunan industri amonium nitrat ini, dan kita harapkan dengan selesainya pembangunan pabrik Kaltim Amonium Nitrat ini, kemandirian dan produktivitas kita di bidang pangan bisa lebih meningkat dan kita lebih berdikari,” kata Presiden Jokowi sebelum bersama Menteri BUMN Erick Thohir dan para direktur utama memencet tombol sirena tanda resmi pabrik beroperasi.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2024