Samarinda (ANTARA Kaltim) - Anggota DPRD Kaltim Syarif Alhamdali mengaku prihatin terhadap kondisi yang terjadi di Kecamatan Sebatik Barat, Kabupaten Nunukan. Kecamatan hasil pemekaran Sebatik Induk ini dalam sehari hanya dialiri listrik 2-3 jam.

“Semestinya pemerintah harus benar-benar memperhatikan daerah-daerah pemekaran seperti Sebatik Barat ini. Bagaimana mungkin warganya dapat hidup layak jika dalam sehari hanya dapat menikmati listrik 2 hingga 3 jam saja,” ungkap Anggota DPRD Kaltim Syarif Almahdali.

Kondisi tersebut dikarenakan fasilitas listrik hanya menggunakan pembangkit listrik tenaga surya.  Penggunaan pembangkit tenaga listrik tentu bergantung pada cuaca. Meskipun di Indonesia energi matarahari adalah sumber energi yang paling melimpah, namun ketidakpastian cuaca sangat mempengaruhi.
 
“Karena cuaca yang tidak pasti, yang jelas saja kecamatan ini hanya mendapat aliran listrik 2 jam. Sebab energi tergantung dari tenaga surya. Jika mendung sudah pasti daerah ini akan padam,” kata Syarif yang menjadi wakil rakyat  dari daerah pemilihan utara Kaltim.

Penggunaan pembangkit listrik dari tenaga surya yang memanfaatkan perubahan energi surya menjadi listrik memang secara manfaat sangat baik. Namun melihat kondisi di Sebatik Barat di mana warganya seringkali tak dapat menikmati manfaat dari listrik, Syarif tak ingin kondisi ini berlangsung berlarut-larut.

“Tentu ini menyulitkan warga. Bagaiamana dapat berkembang jika persoalan listrik tidak teratasi, sementara dalam era modern seperti saat ini hampir semua aktivitas membutuhkan listrik. Sehingga mutlak penting kebutuhan listrik ini untuk aktivitas sehari-hari. Bukan hanya bagi aktivitas warganya, namun jalannya roda pemerintahan juga jelas perlu,” ucapnya. (Humas DPRD Kaltim/adv/lia/met)

Pewarta:

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014