Jerman menolak seruan gencatan senjata di Gaza dan menegaskan kembali dukungannya terhadap operasi militer Israel yang merenggut lebih dari 11.000 nyawa warga Palestina, yang banyak di antaranya adalah anak-anak.
 
Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengungkapkan keraguannya pada gencatan senjata. Dia beralasan bahwa tidak jelas bagaimana gencatan senjata dapat dinegosiasikan, dapat membantu membebaskan para sandera, dan menjamin keselamatan Israel.
 
“Saya benar-benar memahami situasi yang mengerikan ini, di mana anak-anak, perempuan, ibu, keluarga yang tidak bersalah tidak hanya sangat menderita, tetapi mereka juga sekarat. Namun, dorongan saja tidak cukup untuk membantu masyarakat benar-benar menjamin keamanan dan perdamaian,” kata dia kepada wartawan di Brussels.
 
Alih-alih gencatan senjata, Baerbock dan pemerintah negara-negara Eropa lainnya cenderung mendukung jeda kemanusiaan yang sifatnya sementara dan terbatas secara geografis di Gaza, agar bantuan bisa disalurkan kepada warga sipil.

Baca juga: Ribuan warga Afrika Selatan nyatakan dukungan untuk Palestina

Sejak konflik antara Israel dan kelompok perlawanan Palestina, Hamas, meletus bulan lalu, pemerintah Jerman berulang kali mengatakan bahwa Israel memiliki hak untuk membela diri, dan Berlin akan tetap mendukung Israel.

Jerman mengatakan mereka memikul tanggung jawab historis atas keamanan Israel karena masa lalu Nazi dan kejahatan yang dilakukan terhadap orang-orang Yahudi selama Perang Dunia II.

Namun, para kritikus menuduh pemerintah Jerman menerapkan standar ganda dengan fakta bahwa Jerman memperjuangkan hak asasi manusia dan mendukung Ukraina melawan Rusia, tetapi kini mereka menutup mata terhadap kejahatan perang militer Israel di Gaza.

Sumber: Anadolu

Baca juga: 31 resolusi KTT OKI untuk hentikan konflik di Gaza

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani

Editor : Imam Santoso


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2023