Tidak mudah ternyata mencari tukang las dengan keahlian terpercaya dan mumpuni di Balikpapan. Juga tidak banyak yang tahu bahwa pekerjaan itu memberikan kesejahteraan karena bayarannya bisa Rp450 ribu lebih per jam dengan jam kerja harian 8 jam.

”Maka kami bikin kursus, pelatihan sendiri,” tutur  Humas PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Unit Balikpapan Ely Chandra Perangin-angin, Minggu.

Senior Manager Operation and Manufacturing (SMOM) PT KPI Unit Balikpapan Novie Handoyo Anto menambahkan, bahwa program pelatihan ini merupakan tanggung jawab sosial Pertamina. Praktik menjadi tukang las memang terlihat mudah, namun karena praktik itu menggunakan bahan-bahan yang mahal, maka tidak banyak pengelas atau calon tukang las yang bisa berlatih maksimal. 

"Jadi kami harap peserta mencurahkan seluruh perhatiannya dan belajar dan berlatih sungguh-sungguh," kata Anto. 

Pertamina lalu menggandeng Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Balai Latihan Kerja Industri Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (BLKI Disnakertrans) Provinsi Kalimantan Timur.  BLKI Kaltim lalu melibatkan BLKI Balikpapan. 

Dengan dua BLK itu bergabung, maka terkumpul semua fasilitas yang diperlukan untuk berlatih kerja.  Ada bengkel latihan, ada material atau bahan, ada instruktur andal, bahkan juga ada asrama untuk tinggal sementara di lingkungan bengkel agar peserta bisa fokus belajar dan berlatih.

BLKI punya program 40 hari untuk menciptakan ahli welding atau pakar pengelasan. Instrukturnya mereka yang berpengalaman berpuluh tahun. Latihannya di BLKI Balikpapan di Sepinggan. Bila sudah lulus nanti berhak mendapatkan sertifikat. 

Karena tempatnya terbatas, juga agar kelas bisa efektif, jumlah peserta dibatasi maksimal 16 orang. Lebih dari itu instruktur akan  kerepotan mengawasi. Apalagi ada pelajaran praktik yang jelas menggunakan bahan-bahan berbahaya, melibatkan listrik, api, dan bahan-bahan kimia. 

"Juga karena kita maunya interaktif. Peserta boleh bertanya dan berdiskusi agar keahliannya berkembang, tidak sekedar copy paste dari instrukturnya," kata Kepala Sub Bagian Tata Usaha UPTD BLKI Balikpapan Yuni Lisdianawaty.

Karena pelatihannya gratis, saat diumumkan terbatas pun, jumlah peserta ternyata masih cukup banyak. Peserta awal itu dijaring dari warga sekitar fasilitas yang dikelola Pertamina seperti kilang Balikpapan dan terminal minyak mentah Lawe-lawe di Penajam Paser Utara. Mereka mulai menyampaikan berkas pendaftaran sejak Juli hingga terakhir September lalu.  

Menurut Yuni, kemudian ada seleksi lewat berkas pendaftaran. Yang lolos maju lagi ke seleksi tertulis. "Yang terakhir tes wawancara. Kami ingin tahu kesungguhan peserta belajar," jelas Yuni. 

Maka pada pembukaan pertengahan September lalu, terkumpul 16 peserta. Panitia mengurutkannya berdasarkan letak domisili mereka dari fasilitas Pertamina. Karena itu ada peserta dari Kelurahan Margasari 4 orang, Kelurahan Karang Jati 2 orang, Kelurahan Baru Tengah 3 orang, Kelurahan Girimukti 4 orang, Kelurahan Muara Rapak 1 orang dan Kelurahan Kariangau sebanyak 2 orang.

Margasari, Karang Jati, Baru Tengah, Muara Rapak adalah kelurahan yang berbatasan langsung dengan Kilang Pertamina. Di sebelah luar pagar kilang di kawasan Pandan Sari, sudah kampung padat penduduk Margasari. Di bagian kampung yang menjorok ke laut, dulu tak ada apa-apa selain pemandangan kilang dan Teluk Balikpapan, sampai kawasan itu kemudian ditanami pohon-pohon bakau. 

Area mangrove itu menjadi buffer zone, pembatas dan pagar tambahan bagi kilang, dan menjadi penyejuk kawasan pantai yang panas. 

Ada pun Kelurahan Girimukti adalah kelurahan di Penajam Paser Utara. Terminal minyak mentah terbesar di dunia yang dikelola Pertamina ada di kelurahan ini, yang menerima ratusan ribu barel minyak mentah dari tanker-tanker yang lego jangkar di sekitar ambang Teluk Balikpapan. 

Bila ada juga peserta dari Kariangau, adalah karena kelurahan yang paling jarang penduduknya itu kawasan industri. Fasilitas yang berhubungan dengan Pertamina di sini antara lain bengkel kerja lapangan dari proyek Refinery Development Master Plan (RDMP), proyek peningkatan kapasitas pengolahan Kilang Balikpapan dari 260 ribu barel per hari menjadi  360 ribu barel per hari. Di bengkel RDMP di Kariangau itu dibuat (fabrikasi) berbagai material kebutuhan proyek RDMP. 

Di proyek RDMP sendiri puluhan ribu orang bekerja, dan ribuan diantaranya tukang las. 

"Saya ingin seperti mereka," kata Muhammad Erfani, pemuda asal Kariangau yang lolos jadi peserta. Menurut Erfani, profil tukang las saat bekerja itu luar biasa keren. Tukang las profesional, atau welder, harus mengenakan wearpack atau baju terusan (cover all) di mana celana panjang menyatu dengan bagian atas sebagai baju lengan panjang. Cover all itu punya banyak kantong seperti celana model kargo. 

Coverall welder juga ditempel bahan pemantul cahaya atau fluorescent. Orang yang pakai coverall akan tampak bersinar di bagian tertentu begitu masuk ke ruangan yang agak gelap setelah sebelumnya lama di bawah matahari. 

"Belum lagi kalau sudah pakai kacamata las, keren sekali," kata Erfani. 

Kacamata las mirip dengan kacamata hitam untuk aksi. Fungsinya sama, yaitu untuk menyaring cahaya yang masuk ke mata. Hanya bila kacamata hitam biasa untuk menyaring sinar matahari yang relatif jauh, kacamata tukang las untuk melindungi mata pengelas dari sinar tajam yang tercipta dari proses listrik bertemu dengan gas argon dan karbon dioksida. Di dalam proses itu tercipta panas yang mampu melelehkan kawat las dan menyatukannya dengan permukaan material yang dilas. 

Kacamata las juga sering ditemui dalam bentuk google yang rapat mengelilingi setiap mata agar bisa memberi perlindungan maksimal. Sebagian pengelas juga lebih suka menggunakan topeng las yang menutupi seluruh wajah.

"Kalau pakai topeng las itu juga keren. Jadi seperti astronot," senyum Erfani bersemangat. Ditambah lagi pakai sarung tangan khusus las yang tahan panas ratusan derajat dan pakai sepatu boot kulit bersol karet tebal anti sengatan listrik. 

Dengan semua perlengkapan itu, tukang las mengatur proses pelelehan kawat las dan menempelkan lelehannya di permukaan material yang diinginkan.  Kawat las, yang bisa berupa tembaga atau aluminium atau material logam lain sesuai kebutuhan, dilelehkan dengan menggunakan panas yang tercipta dari arus listrik bertemu dengan campuran gas argon dan karbondioksida. 

Tukang las harus tahu ukuran takaran campuran gas yang tepat untuk satu pekerjaan. Juga harus tahu material yang sesuai agar hasil pekerjaannya bisa maksimal.   

Apalagi masih ada level berikutnya dari dunia pengelasan alias welding itu, yaitu pekerjaan pengelasan di tempat-tempat ekstrem seperti di bawah air. Pemasangan pipa penyalur minyak bawah laut atau perbaikan anjungan minyak lepas pantai, semua memerlukan welder atau tukang las yang sungguh-sungguh menguasai teknik pengelasan dengan mumpuni. 

Dengan sendirinya pengelas juga dituntut punya keahlian menyelam dan memiliki kondisi fisik yang prima. 

Dan mereka inilah yang penghasilannya bisa mencapai puluhan juta rupiah per bulan hingga miliaran per tahun, Mereka juga biasa melanglang buana memenuhi panggilan kerja di seluruh dunia, terutama di tempat-tempat di mana industri migas tengah maju dan bergairah seperti di Afrika bagian barat dan bagian tengah, Timur Tengah, negara-negara Asia Tengah macam Kazahkstan, Azerbaijan, hingga negara-negara Laut Utara dan Skandinavia, termasuk juga di Teluk Meksiko. 

"Para peserta di sini belajar kualitas pengelasan yang nantinya dibutuhkan Pertamina," kata Senior Manager SMOM PT KPI Unit Balikpapan Novie Handoyo Anto. 

Anto menjelaskan, dalam dunia migas atau jasa konstruksi di mana pekerjaan dilakukan oleh pihak ketiga atau para kontraktor, maka para kontraktor tersebut selalu mencari tenaga yang cerdas dan berkompeten untuk dikirim bekerja di mana mereka mendapat kontrak. Sebagian utamanya adalah perusahaan-perusahaan besar termasuk Pertamina. Karena untuk bekerja di Pertamina itu harus punya pengetahuan dan keahlian khusus, tak terkecuali seorang tukang las alias welder.  

Diperlukan ketelitian dan kesabaran. Sebab itu ia minta para peserta juga harus bisa menjaga kesehatan, mengatur pola hidup dan mengontrol makanan karena welder harus mempunyai fisik dan mental yang bagus dan prima agar selamat dan maksimal dalam bekerja. 

"Kami memang berusaha membantu agar tercipta link and match, kecocokan antara keahlian yang diajarkan dengan kebutuhan pekerjaan di dunia industri. Tenaga terampil yang tercipta, selain untuk kami sendiri tentu juga untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia kita secara umum," jelas Ely Chandra. 

Saat pembukaan pelatihan itu, Kepala Disnakertrans Provinsi Kaltim Rozani Erawadi juga mengatakan hal yang senada. Rozani percaya bahwa pelatihan tukang las alias welder ini akan sangat bermanfaat.  Para peserta pasti akan bisa mendapatkan pekerjaan  yang memberikan kesejahteraan. 

“Kami berharap standar pelatihan ini dapat selalu diikuti para peserta. Mereka yang nantinya akan lulus dan berkompeten pasti sangat bermutu untuk wilayahnya masing masing. Serta tak lupa, kami mengucapkan terimakasih atas kontribusi dari pelatihan ini demi membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas di wilayah Balikpapan maupun Penajam Paser Utara (PPU), karena sumber daya yang berkompeten nantinya akan membantu kami mencapai visi misi Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur,” kata Kepala Disnakertrans Rozani.

 

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2023