Puluhan pedagang Pasar Pagi Kota Samarinda, Kalimantan Timur menyampaikan aspirasi kepada Pemerintah Kota Samarinda terkait rencana relokasi tempat berjualan para pedagang karena adanya program restrukturisasi pasar tradisional tersebut.
Para pedagang yang tergabung dalam Forum Pedagang Pasar Pagi (FP3) mengungkapkan rasa kecewa akibat tidak dilibatkan dalam perencanaan proyek yang dianggarkan Rp280 miliar dan pembangunan dilaksanakan pada tahun 2024.
"Kami kecewa kepada Pemkot Samarinda terkait pernyataannya soal rekonstruksi Pasar Pagi. Kami belum pernah dilibatkan untuk membahas hal tersebut," kata Ketua Forum Pedagang Pasar Pagi (FP3), Thoriq di Samarinda, Sabtu.
Thoriq menilai opsi relokasi yang ditawarkan pemerintah kepada para pedagang, yakni berpindah jualan di beberapa titik pasar seperti Pasar Segiri, Mall Mesra Indah, Pasar Kedondong, Pasar Sungai Dama, Pasar Merdeka bakal berdampak merugikan para pedagang Pasar Pagi.
Pasalnya, lanjut Toriq para pedagang perlu beradaptasi dengan lingkungan baru, dan selain itu komunitas para pedagang pasar pagi yang sudah terjalin baik sejak lama juga akan terpecah- pecah.
Toriq memperkirakan proyek Pemkot tersebut bakal memakan waktu cukup lama hingga beberapa tahun, meskipun pemerintah telah memberikan estimasi pengerjaan proyek hanya berjalan selama 11 bulan.
"Kami mengusulkan agar relokasi ditempatkan pada satu lokasi yang tidak jauh dari Pasar Pagi dan tempat harus bebas dari risiko banjir, juga mudah dijangkau oleh kendaraan umum, seperti kawasan Citra Niaga dan eks Pelabuhan Peti Kemas Samarinda," jelas Toriq.
Saat ini, lanjut Toriq para pedagang yang terdata di Pasar Pagi berjumlah 2.800 pedagang, dan siap untuk berdialog dengan Wali Kota Samarinda untuk mencari solusi terbaik.
Sementara itu, Kepala UPTD Pasar Pagi, Abdul Asis, mengakui pihaknya bersama Pemkot Samarinda sedang melakukan persiapan matang untuk merelokasi sementara 2.800 pedagang yang telah dijadwalkan tuntas pada November 2023.
“Pemkot Samarinda akan melakukan sosialisasi lebih lanjut terkait proyek ini untuk mencapai pemahaman bersama dengan pedagang,” papar Abdul Asis.
Ia menegaskan bahwa Pemkot Samarinda tidak memberikan biaya sewa tempat relokasi selama proyek revitalisasi berlangsung, khususnya bagi para pedagang yang aktif berjualan di Pasar pagi.
Hingga saat ini Pemkot Samarinda memang belum memutuskan titik lokasi pemindahan para pedagang di Pasar Pagi, mengingat jumlahnya yang cukup besar, sementara Pemkot tidak mempunyai alternatif pilihan tempat untuk menampung kelangsungan para pedagang secara keseluruhan.
Wali Kota Samarinda Andi Harun sempat menyampaikan gagasan untuk memindahkan lokasi berjualan para pedagang tersebut di bekas Bandara Temindung Samarinda, namun sayangnya lahan kosong yang saat ini tidak berfungsi tersebut masih menjadi aset Pemprov Kaltim.
Pasar Pagi merupakan pasar tertua di Kota Samarinda yang letaknya di Jalan Gajah Mada, Kecamatan Samarinda Kota.
Sebagai pasar pertama, menjadikan Pasar Pagi sebagai pasar yang lengkap dalam penyediaan kebutuhan pokok seperti buah-buahan, ikan, ayam, daging, pakaian, elektronik, bahkan perhiasan emas.
Keberadaan Pasar Pagi yang strategis tidak lepas dari permasalahan internal maupun eksternal, karena Pasar Tradisional tersebut cukup berkembang pesat dan saat ini jumlah para pedagang sudah melebihi kapasitas bangunan pasar, sehingga situasi pasar cukup sesak dan terlihat kumuh.
Dengan beragam alasan itu, Pemkot Samarinda memutuskan untuk menata ulang pasar tradisional tersebut menjadi pasar rakyat yang lebih moderen.
Kepala Dinas Perdagangan Kota Samarinda, Marnabas, menjelaskan terkait gambaran perencanaan pembangunan Pasar Pagi.
"Untuk desain dan perencanaan bangunan sudah siap. Nantinya Pasar Pagi akan dirobohkan. Pemkot membangun ulang Pasar Pagi yang baru di tempat yang sama, tapi lebih mantap. Berkonsep modern berstandar SNI dengan empat sampai lima lantai. Ada lift dan juga eskalator. Lengkap dengan nuansa etnik khas Kaltim," jelas Marnabas.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2023
Para pedagang yang tergabung dalam Forum Pedagang Pasar Pagi (FP3) mengungkapkan rasa kecewa akibat tidak dilibatkan dalam perencanaan proyek yang dianggarkan Rp280 miliar dan pembangunan dilaksanakan pada tahun 2024.
"Kami kecewa kepada Pemkot Samarinda terkait pernyataannya soal rekonstruksi Pasar Pagi. Kami belum pernah dilibatkan untuk membahas hal tersebut," kata Ketua Forum Pedagang Pasar Pagi (FP3), Thoriq di Samarinda, Sabtu.
Thoriq menilai opsi relokasi yang ditawarkan pemerintah kepada para pedagang, yakni berpindah jualan di beberapa titik pasar seperti Pasar Segiri, Mall Mesra Indah, Pasar Kedondong, Pasar Sungai Dama, Pasar Merdeka bakal berdampak merugikan para pedagang Pasar Pagi.
Pasalnya, lanjut Toriq para pedagang perlu beradaptasi dengan lingkungan baru, dan selain itu komunitas para pedagang pasar pagi yang sudah terjalin baik sejak lama juga akan terpecah- pecah.
Toriq memperkirakan proyek Pemkot tersebut bakal memakan waktu cukup lama hingga beberapa tahun, meskipun pemerintah telah memberikan estimasi pengerjaan proyek hanya berjalan selama 11 bulan.
"Kami mengusulkan agar relokasi ditempatkan pada satu lokasi yang tidak jauh dari Pasar Pagi dan tempat harus bebas dari risiko banjir, juga mudah dijangkau oleh kendaraan umum, seperti kawasan Citra Niaga dan eks Pelabuhan Peti Kemas Samarinda," jelas Toriq.
Saat ini, lanjut Toriq para pedagang yang terdata di Pasar Pagi berjumlah 2.800 pedagang, dan siap untuk berdialog dengan Wali Kota Samarinda untuk mencari solusi terbaik.
Sementara itu, Kepala UPTD Pasar Pagi, Abdul Asis, mengakui pihaknya bersama Pemkot Samarinda sedang melakukan persiapan matang untuk merelokasi sementara 2.800 pedagang yang telah dijadwalkan tuntas pada November 2023.
“Pemkot Samarinda akan melakukan sosialisasi lebih lanjut terkait proyek ini untuk mencapai pemahaman bersama dengan pedagang,” papar Abdul Asis.
Ia menegaskan bahwa Pemkot Samarinda tidak memberikan biaya sewa tempat relokasi selama proyek revitalisasi berlangsung, khususnya bagi para pedagang yang aktif berjualan di Pasar pagi.
Hingga saat ini Pemkot Samarinda memang belum memutuskan titik lokasi pemindahan para pedagang di Pasar Pagi, mengingat jumlahnya yang cukup besar, sementara Pemkot tidak mempunyai alternatif pilihan tempat untuk menampung kelangsungan para pedagang secara keseluruhan.
Wali Kota Samarinda Andi Harun sempat menyampaikan gagasan untuk memindahkan lokasi berjualan para pedagang tersebut di bekas Bandara Temindung Samarinda, namun sayangnya lahan kosong yang saat ini tidak berfungsi tersebut masih menjadi aset Pemprov Kaltim.
Pasar Pagi merupakan pasar tertua di Kota Samarinda yang letaknya di Jalan Gajah Mada, Kecamatan Samarinda Kota.
Sebagai pasar pertama, menjadikan Pasar Pagi sebagai pasar yang lengkap dalam penyediaan kebutuhan pokok seperti buah-buahan, ikan, ayam, daging, pakaian, elektronik, bahkan perhiasan emas.
Keberadaan Pasar Pagi yang strategis tidak lepas dari permasalahan internal maupun eksternal, karena Pasar Tradisional tersebut cukup berkembang pesat dan saat ini jumlah para pedagang sudah melebihi kapasitas bangunan pasar, sehingga situasi pasar cukup sesak dan terlihat kumuh.
Dengan beragam alasan itu, Pemkot Samarinda memutuskan untuk menata ulang pasar tradisional tersebut menjadi pasar rakyat yang lebih moderen.
Kepala Dinas Perdagangan Kota Samarinda, Marnabas, menjelaskan terkait gambaran perencanaan pembangunan Pasar Pagi.
"Untuk desain dan perencanaan bangunan sudah siap. Nantinya Pasar Pagi akan dirobohkan. Pemkot membangun ulang Pasar Pagi yang baru di tempat yang sama, tapi lebih mantap. Berkonsep modern berstandar SNI dengan empat sampai lima lantai. Ada lift dan juga eskalator. Lengkap dengan nuansa etnik khas Kaltim," jelas Marnabas.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2023