Balikpapan, (Antara) - Para peneliti dan aktivis lembaga swadaya masyarakat mengeluhkan PT Wilmar Nabati Indonesia (WINA) yang menggelar konsultasi publik di tempat yang jauh dan susah dijangkau dalam waktu singkat bagi kebanyakan undangan.

"Hanya satu yang dapat undangan tertulis resmi tetapi terlambat. Beberapa malah hanya ditelpon yang juga sehari sebelum konsultasi publik," kata peneliti primata di Teluk Balikpapan Stanislav Lhota di Balikpapan, Selasa.

Karena penelitiannya tentang bekantan di Teluk Balikpapan, Lhota mengaku cukup  mengenal kondisi Teluk Balikpapan dalam beberapa tahun terakhir.

Pada 28 Januari 2014 lampau, WINA menyelenggarakan konsultasi publik untuk pengajuan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dan evaluasi nilai konservasi hutan.

Tempat konsultasi publik oleh WINA ditetapkan di SD Teluk Waru di Penajam Paser Utara.

Konsultasi publik itu mereka perlukan untuk rencana pembangunan pabrik pengolahan minyak sawit mentah di Teluk Balikpapan.

Dalam undangan yang disampaikan pada 24 Januari 2014 organisasi yang mestinya diundang dan juga berkepentingan di Teluk Balikpapan seperti para LSM konservasi seperti WWF, TNC, BOS-F, WALHI, dan sejumlah akademisi dan peneliti justru tak undang.

"Hanya satu yang dapat undangan tertulis resmi, tetapi terlambat. Beberapa malah hanya ditelpon yang juga sehari sebelum konsultasi publik," kata Stanislav Lhota.

Sebab itu, menurut Lhota, para aktivis dari 18 LSM konservasi menyurati WINA secara resmi. Menurut para aktivis LSM, konsultasi publik yang disampaikan WINA pada 28 Januari tersebut tidak sah.

"Konsultasi publik tanpa publik," cetus Lhota.

Sewajarnya, undangan disampaikan sepekan sebelum acara. Bila tak praktis dengan surat biasa, sudah lazim di kalangan LSM dengan menggunakan email. Dalam email itu pula biasa sudah dilampirkan hal-hal yang menjadi bahan konsultasi.

"Tempatnya juga harus bisa didatangi undangan dengan mudah," tambah Lhota.

WINA adalah anak perusahaan dari Wilmar, perusahaan multinasional di bidang kehutanan. Wilmar sebenarnya sudah berkomitmen untuk tidak lagi menebang hutan (zero deforestasi) untuk program-program pengembangan perusahaannya.

Wilmar sudah menandatangani komitmen zero-deforestasi pada tanggal 5 Desember 2013, sebuah keputusan yang disambut baik oleh komunitas internasional dan membuatnya populer. (*) 

Pewarta: Oleh Novi Abdi

Editor : Masnun


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014