Direktur Ketahanan Pangan Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) Setia P Lenggono mengatakan "urban farming" atau pertanian perkotaan berfungsi membantu ketahanan pangan penduduk IKN dan memiliki nilai estetika permukiman ketika dilakukan penataan.
"'Urban farming' harus dibuat tidak asal-asalan, tapi harus didesain sedemikian rupa sehingga bisa mempercantik kota, sekaligus fungsi utamanya mewujudkan ketahanan pangan keluarga," kata Lenggona di Sepaku, Jumat.
Pola "urban farming" dengan memanfaatkan pekarangan rumah, atap gedung, hingga pertanian tanpa tanah, seperti hidroponik mampu membantu mencukupi kebutuhan pangan rumah tangga, baik itu sayur mayur, buah, tomat, cabai, dan lainnya sehingga hal ini dapat mendukung 30-40 persen kebutuhan pangan di IKN.
Ia mengatakan "urban farming" bisa diterapkan di hampir semua tempat di kawasan IKN mulai di Rumah Tapak Jabatan Menteri di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP), "roof top" rumah susun, ruang terbuka hijau (RTH), hingga pekarangan tiap rumah.
Hal lain yang sedang dilakukan OIKN untuk mewujudkan ketahanan pangan adalah penentuan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B), katanya.
Baca juga: Otorita IKN ungkap alasan UU Nomor 3/2022 tentang IKN harus revisi
Penentuan perlindungan LP2B tersebut, katanya, mulai dari perencanaan, inventarisasi, identifikasi, penelitian, penetapan, pengembangan, pembinaan masyarakat, hingga pengendalian lahan.
“Proyeksi kebutuhan LP2B di IKN hingga tahun 2045 mencapai 84,25 ribu hektare. Sedangkan komoditas yang diterapkan di LP2B terdiri atas sembilan komoditas utama,” kata Lenggono.
Sembilan komoditas itu, paparnya, antara lain jagung seluas 19.008 ha lahan LP2B dengan produktivitas sebanyak 3,24 ton per ha untuk memenuhi konsumsi 100.270 ton per tahun guna menopang penduduk IKN sekitar 1,9 juta jiwa pada 2045.
Komoditas beras dibutuhkan lahan seluas 22,45 ribu ha dengan proyeksi produktivitas mencapai 9,87 ton per ha guna memenuhi konsumsi penduduk IKN dengan kebutuhan 221.630 ton per tahun atau setiap penduduk mengonsumsi beras rata-rata sebanyak 116,6 kg per tahun.
“Untuk komoditas sayur mayur, kebutuhan diprediksi sebanyak 217,25 ribu ton pada 2045 sehingga dibutuhkan lahan LP2B di IKN seluas 13.780 ha dengan produktivitas sebanyak 15,77 ton per ha,” katanya.
Baca juga: Pertamina bakal bangun rumah sakit hingga kampus di IKN
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2023
"'Urban farming' harus dibuat tidak asal-asalan, tapi harus didesain sedemikian rupa sehingga bisa mempercantik kota, sekaligus fungsi utamanya mewujudkan ketahanan pangan keluarga," kata Lenggona di Sepaku, Jumat.
Pola "urban farming" dengan memanfaatkan pekarangan rumah, atap gedung, hingga pertanian tanpa tanah, seperti hidroponik mampu membantu mencukupi kebutuhan pangan rumah tangga, baik itu sayur mayur, buah, tomat, cabai, dan lainnya sehingga hal ini dapat mendukung 30-40 persen kebutuhan pangan di IKN.
Ia mengatakan "urban farming" bisa diterapkan di hampir semua tempat di kawasan IKN mulai di Rumah Tapak Jabatan Menteri di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP), "roof top" rumah susun, ruang terbuka hijau (RTH), hingga pekarangan tiap rumah.
Hal lain yang sedang dilakukan OIKN untuk mewujudkan ketahanan pangan adalah penentuan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B), katanya.
Baca juga: Otorita IKN ungkap alasan UU Nomor 3/2022 tentang IKN harus revisi
Penentuan perlindungan LP2B tersebut, katanya, mulai dari perencanaan, inventarisasi, identifikasi, penelitian, penetapan, pengembangan, pembinaan masyarakat, hingga pengendalian lahan.
“Proyeksi kebutuhan LP2B di IKN hingga tahun 2045 mencapai 84,25 ribu hektare. Sedangkan komoditas yang diterapkan di LP2B terdiri atas sembilan komoditas utama,” kata Lenggono.
Sembilan komoditas itu, paparnya, antara lain jagung seluas 19.008 ha lahan LP2B dengan produktivitas sebanyak 3,24 ton per ha untuk memenuhi konsumsi 100.270 ton per tahun guna menopang penduduk IKN sekitar 1,9 juta jiwa pada 2045.
Komoditas beras dibutuhkan lahan seluas 22,45 ribu ha dengan proyeksi produktivitas mencapai 9,87 ton per ha guna memenuhi konsumsi penduduk IKN dengan kebutuhan 221.630 ton per tahun atau setiap penduduk mengonsumsi beras rata-rata sebanyak 116,6 kg per tahun.
“Untuk komoditas sayur mayur, kebutuhan diprediksi sebanyak 217,25 ribu ton pada 2045 sehingga dibutuhkan lahan LP2B di IKN seluas 13.780 ha dengan produktivitas sebanyak 15,77 ton per ha,” katanya.
Baca juga: Pertamina bakal bangun rumah sakit hingga kampus di IKN
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2023