Nunukan (ANTARA Kaltim) - Tim Ekspedisi Indonesia 4X4 ke Perbatasan (Indonesia 4X4 Expedition to Border) menggelar bakti sosial pengobatan di Desa Tabur Lestari, Simanggaris, Nunukan, Kalimantan Utara.

"Tim dibagi dua, ada yang tinggal di Pos Gabma untuk membantu memasang peranti penguat sinyal, dan tim besar ke Desa Tabur Lestari," kata dr Silverius Purba, dokter tim sekaligus juga yang memimpin aksi pengobatan, Minggu.

Acara ini meminjam tempat di SD Filial 01. Murid-murid SD ini menjadi pasien-pasien pertama dokter Purba pada Rabu (30/11) lalu.

"Anak-anak banyak yang berat badannya kurang dari seharusnya. Misalnya ini, ada anak usia 10 tahun, berat badannya kurang dari 20 kg," ungkap dokter Purba.

Padahal, katanya, berat seharusnya malah 28 kg dan postur mereka juga kecil-kecil. Tinggi rata-rata murid kelas IV, misalnya, hanya 130 cm.

Ia menambahkan, sebagian anak ada yang terkena infeksi saluran napas atas (ISPA) seperti batuk dan selesma. Anak-anak itu juga menderita luka di kulit yang tidak kunjung sembuh karena tidak diobati.

Untuk mereka, dokter Purba meresepkan berbagai macam vitamin. Begitu juga Reza Kamal, anggota tim Ekspedisi yang kebetulan dokter spesialis kandungan.

Setelah para murid selesai, baru giliran orang dewasa lelaki dan perempuan. Dari mereka dokter Purba mendengar keluhan nyeri sendi, pusing dan sakit kepala.

"Banyak yang mengalami gejala kurang darah," jelas dokter Purba.

Kelancaran kerja kedua dokter dibantu oleh tim apoteker dadakan.

Rahadian Mahendra, Krishna Anggakusuma, Frans Tony, Ronal, Syamsu Setiabudi, dilatih selama 5 menit oleh dokter Purba untuk menjalankan apotek, mulai dari menerima resep, membacanya, mencari obat yang diresepkan, menulis petunjuk pemakaian, hingga menyerahkannya kepada pasien.

"Kalau ada resep puyer, saya serahkan pada Tony saja," kata Ronal, anggota tim dari Kalimantan Timur yang bertugas meracik obat bersama Frans Tony dari Kalimantan Selatan.

Untuk mengatur pasien, di meja depan ada Bujang Martihar dan Suparman dari Pontianak, Kalimantan Barat, yang ditemani Bidan Dewi, bidan yang bertugas di Tabur Lestari. Sebagai pelantang suara pemanggil giliran pasien bertugas Aditya dari Jawa Barat.

Selain menggelar pengobatan, di sekolah yang ruang-ruang kelasnya mirip dengan gambaran SD Muhammadiyah tempat bersekolah Ikal dan teman-temannya dala buku dan film Laskar Pelangi itu, Tim Ekspedisi juga membagikan buku tulis, bolpoin, pensil dan serutannya, kotak pensil, serta sebuah bendera merah putih ukuran sedang.

"Saya dapat 10 buku dan sebuah bendera," kata Ita riang. Ia adalah siswa paling mungil di kelas IV.

Buku-buku tulis dan bendera merah putih ini adalah sumbangan dari berbagai pihak yang digalang Ny Pertiwi Roesmanhadi, istri mantan Kepala Polri. Roesmanhadi sendiri menjadi anggota Tim Ekspedisi.

Sebagai SD filial, SD 001 hanya memiliki 4 kelas, yaitu kelas I sampai kelas IV. Untuk meneruskan ke kelas V hingga tamat SD, murid-murid di Tabur Lestari mesti bersekolah ke SD di desa tetangganya. (*)

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013