Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kaltim, pada 2021 mengekspor kepiting bakau sebanyak 1.800 ton ke berbagai negara, sehingga hal ini menjadi peluang besar bagi warga setempat terus mengembangkan, seiring masih tingginya permintaan pasar.
“Negara yang menjadi tujuan ekspor kepiting bakau dari Anggana antara lain Singapura, Hong Kong, Jepang, dan sedikit ke Australia," ujar Dosen Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Mulawarman Samarinda Ismail Fahmy Almadi saat menjadi narasumber pelatihan budi daya kepiting di Anggana, Selasa.
Ekspor kepiting bakau dari Anggana ke sejumlah negara tujuan tersebut sempat anjlok pada 2020 akibat badai COVID-19, apalagi kala itu juga sempat ada isu bahwa virus COVID-19 bisa menular melalui ikan atau kepiting yang dikirim antarnegara, sehingga makin lengkap pelemahan ekspor komoditas kepiting.
Di tahun 2020, lanjut ia, ekspor kepiting bakau dari Anggana hanya 195 ton, namun tahun 2021 naik menjadi 1.800 ton, pembudidaya bersama nelayan dan eksportir kepiting bangkit dari keterpurukan meski saat itu badai COVID-19 belum benar-benar reda, sedangkan ekspor pada Januari-Agustus 2022 masih 895 ton.
Ia menjelaskan, besarnya produksi kepiting di Anggana tidak lepas dari tingkat kekayaan kesuburan Delta Mahakam, yakni kawasan itu kaya akan humus atau top soil yang berkumpul di delta.
Tingkat kesuburan ini merupakan peran penting dari aliran Sungai Mahakam yang memiliki panjang 980 km, mengalir mulai dari Kabupaten Mahakam Ulu yang berbatasan dengan Malaysia bagian Timur hingga muara laut yang berada di Kabupaten Kutai Kartanegara.
Dari kesuburan yang tinggi tersebut, lanjutnya, kemudian di Delta Mahakam ditumbuhi aneka jenis bakau, sementara kepiting paling suka tinggal di bakau, karena bakau selain menjadi tempat tinggal kepiting juga banyak makanan di sana.
Sedangkan pelatihan budi daya kepiting bakau yang digelar selama tujuh hari pada 7-13 November, dia menjadi salah seorang narasumber inovasi teknologi tepat guna (TTG), sehingga kepiting bakau tidak hanya dibudidayakan di empang bakau, tapi juga di dalam ruang maupun di lahan terbatas sekalipun.
Melalui Workshop TTG Budi Daya Kepiting yang digelar oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (DPMPD) Kaltim ini, katanya, maka masyarakat bisa lebih meningkatkan produktivitas kepiting.
Peningkatan produksi terjadi karena dengan lahan yang jauh lebih kecil, namun jumlah kepiting yang diternak bisa lebih banyak, bahkan ukuran juga bisa diatur karena budi daya ini menggunakan sistem hidroponik. (Adv)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2022
“Negara yang menjadi tujuan ekspor kepiting bakau dari Anggana antara lain Singapura, Hong Kong, Jepang, dan sedikit ke Australia," ujar Dosen Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Mulawarman Samarinda Ismail Fahmy Almadi saat menjadi narasumber pelatihan budi daya kepiting di Anggana, Selasa.
Ekspor kepiting bakau dari Anggana ke sejumlah negara tujuan tersebut sempat anjlok pada 2020 akibat badai COVID-19, apalagi kala itu juga sempat ada isu bahwa virus COVID-19 bisa menular melalui ikan atau kepiting yang dikirim antarnegara, sehingga makin lengkap pelemahan ekspor komoditas kepiting.
Di tahun 2020, lanjut ia, ekspor kepiting bakau dari Anggana hanya 195 ton, namun tahun 2021 naik menjadi 1.800 ton, pembudidaya bersama nelayan dan eksportir kepiting bangkit dari keterpurukan meski saat itu badai COVID-19 belum benar-benar reda, sedangkan ekspor pada Januari-Agustus 2022 masih 895 ton.
Ia menjelaskan, besarnya produksi kepiting di Anggana tidak lepas dari tingkat kekayaan kesuburan Delta Mahakam, yakni kawasan itu kaya akan humus atau top soil yang berkumpul di delta.
Tingkat kesuburan ini merupakan peran penting dari aliran Sungai Mahakam yang memiliki panjang 980 km, mengalir mulai dari Kabupaten Mahakam Ulu yang berbatasan dengan Malaysia bagian Timur hingga muara laut yang berada di Kabupaten Kutai Kartanegara.
Dari kesuburan yang tinggi tersebut, lanjutnya, kemudian di Delta Mahakam ditumbuhi aneka jenis bakau, sementara kepiting paling suka tinggal di bakau, karena bakau selain menjadi tempat tinggal kepiting juga banyak makanan di sana.
Sedangkan pelatihan budi daya kepiting bakau yang digelar selama tujuh hari pada 7-13 November, dia menjadi salah seorang narasumber inovasi teknologi tepat guna (TTG), sehingga kepiting bakau tidak hanya dibudidayakan di empang bakau, tapi juga di dalam ruang maupun di lahan terbatas sekalipun.
Melalui Workshop TTG Budi Daya Kepiting yang digelar oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (DPMPD) Kaltim ini, katanya, maka masyarakat bisa lebih meningkatkan produktivitas kepiting.
Peningkatan produksi terjadi karena dengan lahan yang jauh lebih kecil, namun jumlah kepiting yang diternak bisa lebih banyak, bahkan ukuran juga bisa diatur karena budi daya ini menggunakan sistem hidroponik. (Adv)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2022