Sejak resmi berdiri pada 1 Januari 2017, Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Balikpapan langsung berjibaku menjaga kelestarian Hutan Lindung Sungai Wain (HLSW) dan Hutan Lindung Sungai Manggar (HLSM).
“HLSW itu sumber air baku bagi Kilang Balikpapan yang dikelola Pertamina. HLSM itu satu sumber air dan daerah tangkapan air bagi Waduk Manggar yang juga sumber air baku bagi PDAM Balikpapan,” jelas Kepala UPTD KPHL Zulfikar, Kamis.
Untuk Waduk Manggar, sambung Zulfikar, ancaman utamanya adalah terpapar polusi dari limbah pertanian dan limbah rumah tangga yang ada di sekitarnya.
Namun di sisi lain juga keberadaan Waduk bisa dimanfaatkan untuk peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, terutama masyarakat sekitar.
Waduk Manggar menggenangi kawasan seluas 403 hektare dengan tinggi permukaan air 10,3 m dari permukaan laut.
Bila banjir atau musim hujan, luas genangan air mencapai 446,5 hektare di ketinggian 13,4 meter dari permukaan laut.
Waduk Manggar menyimpan air sebanyak 14,3 juta meter kubik.
Dihubungkan dengan Ibukota Negara (IKN) Nusantara, menurut Zulfikar, akan sangat menarik karena IKN memiliki konsep forest city atau kota yang dikelilingi hutan.
Konsep itu sudah diterapkan dalam lansekap Balikpapan saat ini.
Hutan kota yang bertebaran di Kota Minyak, penetapan kawasan budidaya yang cukup 40 persen dari luas kota seluruhnya, menjadi bukti.
“Jadi kami sangat mendukung IKN. Kita nanti bisa saling berbagi ilmu bagaimana mengelola kawasan, termasuk mengetahui ancaman-ancaman dan kendalanya,” kata Zulfikar.
HLSW, misalnya, harus selalu dijaga patroli jagawana atau polisi kehutanan bersenjata agar flora dan fauna di dalamnya bisa hidup tenang.
Kebakaran juga jadi bahaya yang selalu mengintai, terutama di musim kering.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2022