Para anggota klub lari lintas alam Balikpapan Hash House Harriers (BH3) merayakan hari ulang tahun ke-47 klub tersebut mereka mengundang banyak pelari lintas alam dari Samarinda, Bali, dan Balikpapan sendiri.
“Ini ungkapan rasa bahagia dan syukur kami, bahwa klub ini akan terus ada untuk menjaga dan meningkatkan kualitas kesehatan dan persahabatan kita semua,” kata Grand Master (GM) BH3 Dondit Supeno, Senin.
Para hasher merayakannya dengan berlari bersama sejauh 15 km dari ruko Paladium Grand City, menelusuri jalan setapak hingga ke Km 8 lalu belok ke timur ke arah Balikpapan Regency, belok kanan lagi hingga kembali ke Grand City.
Balikpaan Hash House Harriers didirikan pada 14 Juli 1975 oleh Peter Garbenis dan sejumlah ekspatriat dari Unocal, kontraktor migas yang menempati kawasan perkantoran di Pasir Ridge.
Garbenis yang sebelumnya tinggal di Jakarta dan berolahraga lari bersama Batavia Hash House Harriers membawa konsep lari lintas alam serupa ke Balikpapan dengan mendirikan BH3 tersebut.
Lari lintas alam secara hash berarti berlari mengikuti taburan kertas sebagai penanda atau jejak.
Jejak itu dibuat oleh "hare" atau penunjuk jalan rutenya mengikuti bentang alam yang ada bisa dimulai dari lapangan kosong atau pinggir jalan yang sepi, lalu naik ke perbukitan, menembus hutan kecil dan semak, turun naik mengikuti kontur hingga kembali ke titik awal.
Setiap minggu, para anggota bergantian menjadi "hare" agar semua berpengalaman dan mengenal wilayahnya.
Karena sejarahnya juga, klub hash adalah klub lokal dengan anggota individu internasional atau dari berbagai kebangsaan.
Klub hash pertama dibentuk tahun 1930-an di Kuala Lumpur, Malaysia, dan didirikan para akuntan ekspatriat Inggris yang kelebihan waktu karena resesi ekonomi (zaman malaise) saat itu.
Sampai tahun 1980 orang Indonesia asli masih minoritas dari 200-an pelari yang berlari setiap Senin sore.
Setelah 36 tahun keanggotaannya masih tetap dari berbagai bangsa yang bekerja di Balikpapan, umumnya karena bisnis migas.
Di BH3 kini ada ekspatriat Belanda, Kanada, Polandia, Amerika Serikat, Brasil, Inggris, Prancis, bahkan Hungaria.
"Klub hash memang begitu, meski namanya lokal, tapi anggotanya selalu dari berbagai bangsa di dunia jadi istilahnya klub lokal yang internasional," kata Johny Soselisa, hasher senior BH3.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2022