Juru Bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) RI Dedy Permadi mengatakan, peran wanita dalam industri digital membantu pengarusutamaan gender di dalam sektor tersebut.
"Peran wanita dalam industri digital juga membantu pengarusutamaan gender dimana perempuan dapat mempengaruhi keputusan dan kebijakan strategis yang sensitif gender, serta menjawab kebutuhan perempuan melalui teknologi yang belum terjawab karena adanya gender bias dan stereotype di masyarakat," kata Dedy kepada ANTARA, dikutip pada Jumat.
Dedy memaparkan, dengan 2/3 penduduk perempuan Indonesia saat ini berada di usia produktif (15-64 tahun), terdapat potensi yang sangat besar bagi perempuan untuk berkontribusi di industri digital yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Ia mengutip data dari World Bank pada 2021 bebagai contoh.
Dedy memaparkan, apabila Indonesia mampu meningkatkan persentase pekerja perempuan sebanyak 25 persen di tahun 2025, hal ini dapat menghasilkan tambahan aktivitas ekonomi sebesar 62 miliar dolar AS dan meningkatkan PDB sebesar 2,9 persen.
Selain itu, Dedy mengatakan partisipasi wanita semakin terlihat di bidang industri digital, terutama melalui kemunculan industri startup female technology atau femtech.
Femtech sendiri merupakan industri yang berfokus pada solusi dan/atau produk yang ditujukan untuk pengguna wanita.
"Pada skala global, nilai pasar industri femtech diestimasikan akan mencapai 50 miliar dolar AS hingga 2025, menurut Frost & Sullivan pada 2018," kata Dedy.
Ia lalu mengutip Dukcapil pada 2021, yang menyatakan bahwa kemunculan industri femtech membantu menjawab kebutuhan wanita melalui platform digital, sehingga cukup substansial dalam meningkatkan nilai ekonomi digital di Indonesia yang 134,71 juta penduduk-nya adalah kaum wanita.
Lebih lanjut, Dedy mengatakan kemampuan kaum wanita dalam memanfaatkan teknologi digital di kehidupan sehari-hari semakin terlihat terutama di masa pandemi COVID-19, meskipun memang masih terdapat ketimpangan gender keterampilan teknologi digital mutakhir.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa partisipasi tenaga kerja perempuan dalam industri teknologi di Asia Tenggara berada di kisaran 32 persen.
Lebih lanjut, secara khusus di Indonesia, angka tersebut masih berada di 22 persen, menurut Boston Consulting Group, 2020.
Mengutip Badan Pusat Statistik (BPS), pada angkatan kerja tahun 2020, proporsi perempuan Indonesia yang bekerja di bidang Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Engineering dan Matematika (Science, Technology, Engineering and Math / STEM) hanya 30 persen dari 138,22 juta pekerja.
Sementara itu, secara global, representasi perempuan di perusahaan teknologi diproyeksikan hanya akan mencapai hampir 33 persen dalam angkatan kerja di tahun 2022, menurut Deloitte Global, 2021.
Di sisi lain, Dedy mengatakan Indonesia diproyeksikan membutuhkan 9 juta talenta digital hingga tahun 2030 atau setara dengan 600 ribu talenta/tahun.
"Dengan peningkatan inklusivitas gender di bidang teknologi dan mendorong partisipasi wanita di lingkup TIK, hal tersebut secara substansial dapat mendorong pencapaian target masif talenta digital Indonesia ke depannya," katanya.
Untuk itu, Dedy mengatakan Kementerian Kominfo memiliki beberapa program yang mendukung kehadiran dan kesetaraan wanita di sektor digital secara umum dan spesifik seperti dunia kewirausahaan digital.
Pertama, Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi, yang telah mengeluarkan berbagai modul pelatihan untuk penguatan literasi digital, dengan beberapa diantaranya ditujukan khusus bagi kaum wanita.
Ada pun beberapa modul tersebut juga membahas langkah-langkah literasi digital bagi keluarga, anak, dan juga cara-cara mengenali hoaks dan menghadapi kekerasan berbasis daring (online harassment).
Selain memproduksi modul, GNLD Siberkreasi juga aktif melakukan pelatihan dan pendampingan untuk memperkuat literasi digital Indonesia, termasuk literasi digital perempuan.
"Sepanjang tahun 2021, tercatat 52 persen peserta program GNLD Siberkreasi di antaranya adalah perempuan. Jika dikerucutkan dari segi profesi, sebanyak 273.366 peserta pada program GNLD berprofesi sebagai ibu rumah tangga," kata Dedy.
Selanjutnya, program pelatihan kecakapan digital tingkat lebih lanjut, yakni melalui program Digital Talent Scholarship (DTS) bertemakan perempuan.
Salah satunya adalah seperti program Indonesian Women in Tech “Programming with Python” di tahun 2021 dengan jumlah peserta 500 wanita.
Lalu, program Women in Digital Entrepreneurship tahun 2022 pada Digital Entrepreneurship Academy (DEA) untuk memberikan pelatihan kewirausahaan bagi digipreneur perempuan pemula dalam rangka mempersiapkan pengusaha tangguh untuk meningkatkan pendapatan usahanya dengan memanfaatkan teknologi.
Melalui program Digital Entrepreneurship Academy (DEA) Kementerian Kominfo melatih 15.134 wirausaha Indonesia sejak awal tahun ini untuk Go Digital, dimana sebanyak 63 persen peserta yang mengikuti kegiatan tersebut adalah perempuan.
Selain itu, di tataran internasional, Kementerian Kominfo melalui G20 Digital Economy Working Group (DEWG) terus membawa diskusi mengenai literasi dan kemampuan digital bagi kelompok rentan, termasuk perempuan sebagai upaya menghadirkan transformasi digital yang inklusif, memberdayakan dan juga berkelanjutan.
Kementerian Kominfo terus memacu partisipasi wanita untuk berkecimpung di ekosistem digital melalui berbagai ragam program, baik dari peningkatan pengetahuan digital di tingkat dasar dengan tema-tema yang dikhususkan untuk wanita, sampai dengan menyiapkan program-program pelatihan pemanfaatan teknologi digital yang menarik untuk diikuti oleh peserta wanita.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2022
"Peran wanita dalam industri digital juga membantu pengarusutamaan gender dimana perempuan dapat mempengaruhi keputusan dan kebijakan strategis yang sensitif gender, serta menjawab kebutuhan perempuan melalui teknologi yang belum terjawab karena adanya gender bias dan stereotype di masyarakat," kata Dedy kepada ANTARA, dikutip pada Jumat.
Dedy memaparkan, dengan 2/3 penduduk perempuan Indonesia saat ini berada di usia produktif (15-64 tahun), terdapat potensi yang sangat besar bagi perempuan untuk berkontribusi di industri digital yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Ia mengutip data dari World Bank pada 2021 bebagai contoh.
Dedy memaparkan, apabila Indonesia mampu meningkatkan persentase pekerja perempuan sebanyak 25 persen di tahun 2025, hal ini dapat menghasilkan tambahan aktivitas ekonomi sebesar 62 miliar dolar AS dan meningkatkan PDB sebesar 2,9 persen.
Selain itu, Dedy mengatakan partisipasi wanita semakin terlihat di bidang industri digital, terutama melalui kemunculan industri startup female technology atau femtech.
Femtech sendiri merupakan industri yang berfokus pada solusi dan/atau produk yang ditujukan untuk pengguna wanita.
"Pada skala global, nilai pasar industri femtech diestimasikan akan mencapai 50 miliar dolar AS hingga 2025, menurut Frost & Sullivan pada 2018," kata Dedy.
Ia lalu mengutip Dukcapil pada 2021, yang menyatakan bahwa kemunculan industri femtech membantu menjawab kebutuhan wanita melalui platform digital, sehingga cukup substansial dalam meningkatkan nilai ekonomi digital di Indonesia yang 134,71 juta penduduk-nya adalah kaum wanita.
Lebih lanjut, Dedy mengatakan kemampuan kaum wanita dalam memanfaatkan teknologi digital di kehidupan sehari-hari semakin terlihat terutama di masa pandemi COVID-19, meskipun memang masih terdapat ketimpangan gender keterampilan teknologi digital mutakhir.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa partisipasi tenaga kerja perempuan dalam industri teknologi di Asia Tenggara berada di kisaran 32 persen.
Lebih lanjut, secara khusus di Indonesia, angka tersebut masih berada di 22 persen, menurut Boston Consulting Group, 2020.
Mengutip Badan Pusat Statistik (BPS), pada angkatan kerja tahun 2020, proporsi perempuan Indonesia yang bekerja di bidang Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Engineering dan Matematika (Science, Technology, Engineering and Math / STEM) hanya 30 persen dari 138,22 juta pekerja.
Sementara itu, secara global, representasi perempuan di perusahaan teknologi diproyeksikan hanya akan mencapai hampir 33 persen dalam angkatan kerja di tahun 2022, menurut Deloitte Global, 2021.
Di sisi lain, Dedy mengatakan Indonesia diproyeksikan membutuhkan 9 juta talenta digital hingga tahun 2030 atau setara dengan 600 ribu talenta/tahun.
"Dengan peningkatan inklusivitas gender di bidang teknologi dan mendorong partisipasi wanita di lingkup TIK, hal tersebut secara substansial dapat mendorong pencapaian target masif talenta digital Indonesia ke depannya," katanya.
Untuk itu, Dedy mengatakan Kementerian Kominfo memiliki beberapa program yang mendukung kehadiran dan kesetaraan wanita di sektor digital secara umum dan spesifik seperti dunia kewirausahaan digital.
Pertama, Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi, yang telah mengeluarkan berbagai modul pelatihan untuk penguatan literasi digital, dengan beberapa diantaranya ditujukan khusus bagi kaum wanita.
Ada pun beberapa modul tersebut juga membahas langkah-langkah literasi digital bagi keluarga, anak, dan juga cara-cara mengenali hoaks dan menghadapi kekerasan berbasis daring (online harassment).
Selain memproduksi modul, GNLD Siberkreasi juga aktif melakukan pelatihan dan pendampingan untuk memperkuat literasi digital Indonesia, termasuk literasi digital perempuan.
"Sepanjang tahun 2021, tercatat 52 persen peserta program GNLD Siberkreasi di antaranya adalah perempuan. Jika dikerucutkan dari segi profesi, sebanyak 273.366 peserta pada program GNLD berprofesi sebagai ibu rumah tangga," kata Dedy.
Selanjutnya, program pelatihan kecakapan digital tingkat lebih lanjut, yakni melalui program Digital Talent Scholarship (DTS) bertemakan perempuan.
Salah satunya adalah seperti program Indonesian Women in Tech “Programming with Python” di tahun 2021 dengan jumlah peserta 500 wanita.
Lalu, program Women in Digital Entrepreneurship tahun 2022 pada Digital Entrepreneurship Academy (DEA) untuk memberikan pelatihan kewirausahaan bagi digipreneur perempuan pemula dalam rangka mempersiapkan pengusaha tangguh untuk meningkatkan pendapatan usahanya dengan memanfaatkan teknologi.
Melalui program Digital Entrepreneurship Academy (DEA) Kementerian Kominfo melatih 15.134 wirausaha Indonesia sejak awal tahun ini untuk Go Digital, dimana sebanyak 63 persen peserta yang mengikuti kegiatan tersebut adalah perempuan.
Selain itu, di tataran internasional, Kementerian Kominfo melalui G20 Digital Economy Working Group (DEWG) terus membawa diskusi mengenai literasi dan kemampuan digital bagi kelompok rentan, termasuk perempuan sebagai upaya menghadirkan transformasi digital yang inklusif, memberdayakan dan juga berkelanjutan.
Kementerian Kominfo terus memacu partisipasi wanita untuk berkecimpung di ekosistem digital melalui berbagai ragam program, baik dari peningkatan pengetahuan digital di tingkat dasar dengan tema-tema yang dikhususkan untuk wanita, sampai dengan menyiapkan program-program pelatihan pemanfaatan teknologi digital yang menarik untuk diikuti oleh peserta wanita.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2022