Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Kaltim Achmad Jubaidi terus berupaya agar daerah ini bebas dari paham radikalisme karena Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara telah ditetapkan di provinsi ini.
"Cara yang kami tempuh untuk membuat Kaltim bebas radikalisme di antaranya dengan memberi pemahaman bagi kaum milenial tentang dampak buruk tindakan radikal," ujar Achamad Jubaidi dalam rilis Bidang Humas FKPT Kaltim, Kamis malam.
Dampak dan bahaya radikalisme perlu diberikan kepada generasi milenial karena paham ini bisa menjadi cikal bakal terorisme, mengingat kaum milenial kerap menjadi sasaran bujuk rayu untuk direkrut menjadi teroris.
Sehari sebelumnya, saat Sosialisasi Pelibatan Pemuda dalam Pencegahan Radikalisme dan Terorisme yang digelar di Balikpapan, ia mengatakan bahwa kaum milenial rentan terpapar melalui berbagai media sosial karena remaja biasanya masih mencari jati diri.
"Aparat sulit mendeteksi mereka yang terpapar paham radikalisme tanpa jaringan sehingga para pemuda dan remaja usia SMA harus diberikan pemahaman kebangsaan yang benar agar mereka memiliki sikap kontra ketika ada pihak lain yang mencoba memengaruhi," katanya.
Adanya pemahaman yang pihaknya berikan melalui kerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) ini diharapkan kaum milenial di Balikpapan, khususnya tidak terpengaruh narasi yang salah di media sosial, apalagi Balikpapan merupakan salah satu penyangga IKN Nusantara.
Sementara itu, Kasubdit Pemberdayaan Masyarakat BNPT Kolonel Czi Rahmad Suhendro mengatakan terorisme merupakan tindak kejahatan luar biasa yang menjadi perhatian dunia.
"Bukan sekadar aksi teror, namun pada kenyataannya tindak kejahatan terorisme melanggar hak asasi manusia sebagai hak dasar yang secara kodrati melekat dalam diri manusia, yaitu hak untuk merasa nyaman dan aman ataupun hak untuk hidup," ujar Rahmad.
Kejahatan teroris, katanya, tidak terkait dengan agama tertentu karena semua agama di Indonesia tidak ada satu pun yang mengajarkan tentang terorisme, semua mengajarkan kedamaian kepada umatnya.
"Dilihat dari dampaknya, maka terorisme tidak hanya menimbulkan korban jiwa dan kerusakan fisik, namun merusak stabilitas negara, terutama dalam sisi ekonomi, pertahanan, keamanan, sosial budaya, dan lainnya," kata Rahmad.(ADV/Diskominfo Kaltim)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2022
"Cara yang kami tempuh untuk membuat Kaltim bebas radikalisme di antaranya dengan memberi pemahaman bagi kaum milenial tentang dampak buruk tindakan radikal," ujar Achamad Jubaidi dalam rilis Bidang Humas FKPT Kaltim, Kamis malam.
Dampak dan bahaya radikalisme perlu diberikan kepada generasi milenial karena paham ini bisa menjadi cikal bakal terorisme, mengingat kaum milenial kerap menjadi sasaran bujuk rayu untuk direkrut menjadi teroris.
Sehari sebelumnya, saat Sosialisasi Pelibatan Pemuda dalam Pencegahan Radikalisme dan Terorisme yang digelar di Balikpapan, ia mengatakan bahwa kaum milenial rentan terpapar melalui berbagai media sosial karena remaja biasanya masih mencari jati diri.
"Aparat sulit mendeteksi mereka yang terpapar paham radikalisme tanpa jaringan sehingga para pemuda dan remaja usia SMA harus diberikan pemahaman kebangsaan yang benar agar mereka memiliki sikap kontra ketika ada pihak lain yang mencoba memengaruhi," katanya.
Adanya pemahaman yang pihaknya berikan melalui kerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) ini diharapkan kaum milenial di Balikpapan, khususnya tidak terpengaruh narasi yang salah di media sosial, apalagi Balikpapan merupakan salah satu penyangga IKN Nusantara.
Sementara itu, Kasubdit Pemberdayaan Masyarakat BNPT Kolonel Czi Rahmad Suhendro mengatakan terorisme merupakan tindak kejahatan luar biasa yang menjadi perhatian dunia.
"Bukan sekadar aksi teror, namun pada kenyataannya tindak kejahatan terorisme melanggar hak asasi manusia sebagai hak dasar yang secara kodrati melekat dalam diri manusia, yaitu hak untuk merasa nyaman dan aman ataupun hak untuk hidup," ujar Rahmad.
Kejahatan teroris, katanya, tidak terkait dengan agama tertentu karena semua agama di Indonesia tidak ada satu pun yang mengajarkan tentang terorisme, semua mengajarkan kedamaian kepada umatnya.
"Dilihat dari dampaknya, maka terorisme tidak hanya menimbulkan korban jiwa dan kerusakan fisik, namun merusak stabilitas negara, terutama dalam sisi ekonomi, pertahanan, keamanan, sosial budaya, dan lainnya," kata Rahmad.(ADV/Diskominfo Kaltim)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2022