Tana Paser (ANTARA Kaltim) – Warga Muara Andeh, Kecamatan Batu Engau, mengaku kecewa dengan Dinas Bina Marga Pengairan dan Tata Ruang (DBMPT) Kabupaten Paser karena hingga kini tidak segera menangani runtuhya Jembatan Sungai  Pasiru.

"Ini sudah enam hari sejak jembatan runtuh, tapi  DBMPT tidak segera menangani,” kata Kepala Desa Muara Andeh, Julianto, Senin.

Kekecewaan warga, kata dia, dapat dimaklumi karena Jembatan Pasiru merupakan satu-satunya akses penghubung antara Desa Muara Andeh dengan Desa Kerang Dayo.

Padahal kata Julianto, pada pertemuan dengan Bupati Paser sehari setelah peristiwa runtuhnya Jembatan Sungai Pasiru, DBMPT berjanji akan segera menanganinya.

“Paling tidak, menangani untuk sementara waktu dengan membuat jalur alternatif agar masyarakat bisa melakukan mobilitas,” katanya.

"Jangankan menangani, datang ke lokasi juga belum dilakukan DBMPT. Padahal Bupati Paser sudah mengarahkan agar segera disikapi sesuai dengan berita acara yang dibuat dan ditanda tangani bersama antara konsultan dan Kabid  Bina Marga," kata Julianto Julianto seraya menunjukkan lembaran berita acara tersebut.

Dalam berita acara tersebut DBMPT berjanji akan membuat jembatan pengganti dengan 'triple box' dengan panjang 12 meter dengan ketinggian 4 meter menyerupai jembatan, dengan perkiraan pelaksanan selama empat minggu,”

Untuk sementara ini, tambah dia, warga terpaksa harus berupaya keras menyusuri sungai dan menggotong motor jika ingin menyeberang ke desa tetangga, karena tebing di daerah itu cukup tinggi dan curam.

Jembatan Sungai Pasiru yang dibangun perusahaan batu-bara pada 1994 runtuh pada pekan lalu.
Diduga jembatan runtuh akibat lapuk dimakan usia. Jembatan tersebut memiliki lebar 6 meter dan panjang 18 meter. Akibat peristiwa ini 600 Warga Muara Andeh terisolasi. (*)

Pewarta: R. Wartono

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013