Wakil Wali Kota Samarinda Rusmadi meminta semua organisasi perangkat daerah setempat mewujudkan Samarinda rendah karbon dalam pembangunan, dimulai dari pemenuhan dokumen perencanaan sebagai acuan.
"Untuk mewujudkan pembangunan yang rendah karbon harus dimulai dari pembuatan dokumen, karena data dalam dokumen yang dirumuskan kelompok kerja (pokja) akan menjadi arah untuk mewujudkan pengelolaan lingkungan yang baik," ujar Rusmadi di Samarinda, Senin.
Rusmadi mengatakan ini saat membuka Pelatihan Rencana Aksi Iklim Mitigasi dengan peserta dari berbagai instansi di lingkungan Pemkot Samarinda.
Pelatihan ini difasilitasi oleh Climate Resilient and Inclusive Cities (CRIC). CRIC merupakan program pembangunan perkotaan yang terpadu dan berkelanjutan.
CRIC juga bergerak untuk perbaikan tata kelola berupa aksi adaptasi mitigasi iklim melalui kemitraan jangka panjang yang diawali dengan ketersediaan rencana aksi iklim daerah berupa sistem peringatan dini, pemantauan kualitas udara, dan pengelolaan limbah.
Sebelum pelatihan ini, CRIC telah memberikan pendampingan terhadap pembentukan pokja untuk merumuskan, melembagakan, dan mengoordinasikan kebijakan hingga aksi untuk perubahan iklim di Samarinda.
"Data dan dokumen yang dirumuskan teman-teman pokja akan menjadi arah bagi Pemkot Samarinda dalam mewujudkan pengelolaan lingkungan yang baik. Saya berharap proyek ini cepat terpadu dengan dinas terkait," katanya.
Ia melanjutkan, proyek CRIC akan fokus dalam pengelolaan limbah di Samarinda, memberikan peringatan dini terkait risiko bencana, termasuk mengenai air dan sanitasi yang layak.
Tiga isu tersebut ia nilai keren karena hal ini akan dihadapi oleh Samarinda, sehingga ia juga salut karena isu tentang lingkungan dan perubahan iklim ini menjadi perhatian CRIC.
Terkait sistem peringatan dini, lanjutnya, mengingat Samarinda terkenal dengan perubahan iklimnya yang tinggi, sehingga jika terjadi curah hujan kemudian banjir, maka dengan sistem yang dirumuskan pokja, setidaknya bisa memberikan informasi dini jika terjadi banjir.
"Itulah pentingnya pelatihan ini digelar, karena jika rencana aksi tidak berdasarkan pada data dokumen, maka aksi yang akan dilakukan bakal tanpa arah karena tidak memiliki panduan," katanya.
Dalam kesempatan itu, Koordinator CRIC Andi Amansyah mengatakan, pelatihan Rencana Aksi Iklim Mitigasi yang melibatkan pokja ini untuk menyamakan persepsi rencana kerja, penyusunan dokumen, dan aksinya agar selaras dengan program nasional.(Adv)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2022
"Untuk mewujudkan pembangunan yang rendah karbon harus dimulai dari pembuatan dokumen, karena data dalam dokumen yang dirumuskan kelompok kerja (pokja) akan menjadi arah untuk mewujudkan pengelolaan lingkungan yang baik," ujar Rusmadi di Samarinda, Senin.
Rusmadi mengatakan ini saat membuka Pelatihan Rencana Aksi Iklim Mitigasi dengan peserta dari berbagai instansi di lingkungan Pemkot Samarinda.
Pelatihan ini difasilitasi oleh Climate Resilient and Inclusive Cities (CRIC). CRIC merupakan program pembangunan perkotaan yang terpadu dan berkelanjutan.
CRIC juga bergerak untuk perbaikan tata kelola berupa aksi adaptasi mitigasi iklim melalui kemitraan jangka panjang yang diawali dengan ketersediaan rencana aksi iklim daerah berupa sistem peringatan dini, pemantauan kualitas udara, dan pengelolaan limbah.
Sebelum pelatihan ini, CRIC telah memberikan pendampingan terhadap pembentukan pokja untuk merumuskan, melembagakan, dan mengoordinasikan kebijakan hingga aksi untuk perubahan iklim di Samarinda.
"Data dan dokumen yang dirumuskan teman-teman pokja akan menjadi arah bagi Pemkot Samarinda dalam mewujudkan pengelolaan lingkungan yang baik. Saya berharap proyek ini cepat terpadu dengan dinas terkait," katanya.
Ia melanjutkan, proyek CRIC akan fokus dalam pengelolaan limbah di Samarinda, memberikan peringatan dini terkait risiko bencana, termasuk mengenai air dan sanitasi yang layak.
Tiga isu tersebut ia nilai keren karena hal ini akan dihadapi oleh Samarinda, sehingga ia juga salut karena isu tentang lingkungan dan perubahan iklim ini menjadi perhatian CRIC.
Terkait sistem peringatan dini, lanjutnya, mengingat Samarinda terkenal dengan perubahan iklimnya yang tinggi, sehingga jika terjadi curah hujan kemudian banjir, maka dengan sistem yang dirumuskan pokja, setidaknya bisa memberikan informasi dini jika terjadi banjir.
"Itulah pentingnya pelatihan ini digelar, karena jika rencana aksi tidak berdasarkan pada data dokumen, maka aksi yang akan dilakukan bakal tanpa arah karena tidak memiliki panduan," katanya.
Dalam kesempatan itu, Koordinator CRIC Andi Amansyah mengatakan, pelatihan Rencana Aksi Iklim Mitigasi yang melibatkan pokja ini untuk menyamakan persepsi rencana kerja, penyusunan dokumen, dan aksinya agar selaras dengan program nasional.(Adv)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2022