Petinggi Kampung Lakan Bilem Yosianus Moja tidak ingin potensi yang ada di daerahnya rusak karena investasi, terkhusus Sungai Lakan Bilem.

"Jangan sampai ada investor seperti batu bara masuk dan mengganggu ekosistem sungai," kata Yosianus di Kutai Barat, Kamis.

Ia ingin pemerintah bisa melihat potensi yang ada di daerah-daerah terpencil, termasuk Sungai Lakan Bilem di Kutai Barat.

Ia mengungkapkan perencanaan pembangunan sungai tersebut sudah mulai dilakukan sejak tahun 2018 dan baru mulai terlaksana pada tahun 2019.

"Animo pengunjung sangat luar biasa mulai penduduk lokal hingga luar daerah yang datang berkunjung ke sungai kita," tuturnya.
Sungai Kampung Lakan Bilem. (ANTARA/R'sya R)
Ia pun menjelaskan bahwa sungai tersebut dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) melalui pokdarwis.

"Di lapangan pokdarwis yang menangani kemudian sistemnya baru lah BUMDes," jelasnya.

Dijelaskan Yosianus kunjungan di masa pandemi tidak banyak seperti sebelum pandemi.

"Sebelum pandemi pengunjung di hari biasa 150-200 orang, di hari besar seperti hari libur bisa 300-400 orang," terangnya.

Ia pun menyebut kontribusi PAD sungai tersebut melalui BUMDes saat ini mencapai kurang lebih Rp50 juta yang masuk ke kas desa.

"Pengunjung sungai mayoritas masyarakat umum dengan jumlah penduduk kampung ini 400 jiwa," ucap Yosianus.

Ia menambahkan, waktu tempuh untuk mengakses Sungai Lakan Bilem dari ibu kota Kubar sekitar satu jam dengan jalan yang sudah beraspal.

Ia pun berharap sungai tersebut bisa lebih dikembangkan lagi kedepannya dan dijaga agar berkelanjutan dan tidak mati.

Pewarta: R'sya R

Editor : Gunawan Wibisono


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2021