Ketua Komisi III DPRD Kota Samarinda Angkasa Jaya Djoerani berasumsi terjadinya kelangkaan Bahan Bakar Bakar (BBM) jenis solar bersubsidi tak lain karena kenaikan harga tambang batubara yang begitu tinggi.
 

"Jadi kaitannya sebenarnya seperti peristiwa pemerintah pusat menaikkan harga  tambang batubara, maka menjadi kesempatan berproduksi  sebanyak banyaknya," ungkap Angkasa Jaya di Samarinda, Selasa (16/11/2021).

Ia menegaskan, memang secara langsung sebenarnya tidak ada kaitan antara antrean  panjang di SPBU dengan tambang batubara, namun asumsinya panjang antrean solar di SBPU pasca harga produksi tambang naik.

Ditenggarai katanya  truk pengangkut batubara  antre mengisi BBM solar subsidi, yang seharusnya  menggunakan BBM solar industri.

"Karena harga antara solar industri dengan solar subsidi berbeda jauh, ada kemungkinan dalam pikiran saya jangan-jangan solar subsidi dijual ke truk-truk pengangkut batubara yang saharusnya menggunakan solar industri,” tuturnya.
 

                     DPRD Samarinda (Dok ANTARA)


Menurutnya akibat solar yang dialihkan itulah terjadi kekurangan pasokan di SPBU dan menyebabkan antrean cukup panjang yang menggangu pengguna jalan lainnya.

Angkasa jaya mengungkapkan bahwa pihak Pertamina katanya sudah sesuai dengan aturan. Tapi pada kenyataanya BBM sebanyak 8 ton pada pukul 11.00 Wita sudah habis.

“Padahal kalau kegiatan produksi tambang biasa biasa saja, maka tidak ada antrean solar di SPBU,” katanya.(Adv/DPRD Samarinda)
 

Pewarta: R'sya R

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2021