Balikpapan (ANTARA Kaltim) - Direktorat Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah Kalimantan Timur menyelidiki tewasnya Headley Michael Adrian (Mick), warga negara Australia yang mengikuti "Balikpapan 2 Days Enduro Touring Trail" lintas alam pada Sabtu-Minggu (16-17/2) lalu.
"Kami sedang mengumpulkan data, baik dari peserta maupun panitia," kata Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Polda Kaltim Komisaris Besar Polisi Anthonius Wisnu Sutirta, Rabu.
Menurut Kombes Wisnu, polisi selain merunut kejadian, juga memeriksa bagaimana kegiatan tersebut diselenggarakan.
"Apa misalnya langkah antisipasi panitia, atau peringatan apa yang disampaikan kepada peserta, termasuk bagaimana para peserta menanggapi apa yang disampaikan panitia," katanya.
Ia juga menegaskan polisi turun tangan sepenuhnya karena ada nyawa manusia yang hilang dalam kegiatan tersebut.
"Tugas polisi memastikan siapa yang harus bertanggung jawab atas kejadian itu," kata Kombes Wisnu.
Jenazah Mick, panggilan akrab mendiang semasa hidup, sedang diotopsi di RS Polri Kramat Jati, Jakarta. Jenazah dibawa dari Balikpapan Selasa (19/2) setelah divisum di RS Kanujoso Djatiwibowo (RSKD) di Balikpapan.
"Pihak keluarga inginnya diotopsi di Jakarta. Mulanya untuk kemudahan kami ingin otopsinya di RSKD saja," kata Kombes Wisnu.
Hasil visum dari RSKD menyebutkan bahwa Mick meninggal karena mengalami kelelahan dan dehidrasi. Hal yang sama juga dialami oleh ratusan pengendara trail lainnya yang menjadi peserta tur itu.
Mick meninggal dalam rute Bukit Bangkirai-Km 62 Jalan Soekarno-Hatta, trek offroad sepanjang 30 km melintasi hutan dan padang alang-alang. Tidak ada pemukiman di jalur ini.
Hujan yang turun pada malam hari membuat medan berlumpur dan penuh tanah liat lembek yang licin.
"Berat sekali melewatinya. Perlu tenaga dan teknik prima," kata Johny Soselisa (53), salah satu peserta.
Begitu kemudian banyak peserta tidak bisa melanjutkan perjalanan.
Jenazah Mick dievakuasi dengan ditandu oleh empat prajurit Raiders dari Batalyon 600 Raiders, Manggar. Sebelumnya, bersama tim Badan SAR Nasional mereka mencapai lokasi Mick pukul 01.00 dinihari Minggu (17/2) dengan berjalan kaki.
"Saya juga membonceng satu kru kesehatan ke dalam, membawa obat-obatan dan sedikit makanan," cerita Johny.
Sebelumnya Johny sudah berhasil keluar dari rute itu pukul 5 sore. Pukul 04.00 dinihari, jenazah sudah berhasil dibawa ke tepi jalan raya, dan pukul 5 tiba di RSKD.
Begitu hari terang, panitia mengirim air dan makanan kepada para peserta yang masih ada di dalam hutan. Sebagian mereka meninggalkan motornya begitu saja di dalam trek.
"Ada ratusan motor yang ditinggal begitu," kata Albert, relawan Bantuan Darurat (Banda) Indonesia yang ikut mengirimkan makanan dari udara. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013
"Kami sedang mengumpulkan data, baik dari peserta maupun panitia," kata Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Polda Kaltim Komisaris Besar Polisi Anthonius Wisnu Sutirta, Rabu.
Menurut Kombes Wisnu, polisi selain merunut kejadian, juga memeriksa bagaimana kegiatan tersebut diselenggarakan.
"Apa misalnya langkah antisipasi panitia, atau peringatan apa yang disampaikan kepada peserta, termasuk bagaimana para peserta menanggapi apa yang disampaikan panitia," katanya.
Ia juga menegaskan polisi turun tangan sepenuhnya karena ada nyawa manusia yang hilang dalam kegiatan tersebut.
"Tugas polisi memastikan siapa yang harus bertanggung jawab atas kejadian itu," kata Kombes Wisnu.
Jenazah Mick, panggilan akrab mendiang semasa hidup, sedang diotopsi di RS Polri Kramat Jati, Jakarta. Jenazah dibawa dari Balikpapan Selasa (19/2) setelah divisum di RS Kanujoso Djatiwibowo (RSKD) di Balikpapan.
"Pihak keluarga inginnya diotopsi di Jakarta. Mulanya untuk kemudahan kami ingin otopsinya di RSKD saja," kata Kombes Wisnu.
Hasil visum dari RSKD menyebutkan bahwa Mick meninggal karena mengalami kelelahan dan dehidrasi. Hal yang sama juga dialami oleh ratusan pengendara trail lainnya yang menjadi peserta tur itu.
Mick meninggal dalam rute Bukit Bangkirai-Km 62 Jalan Soekarno-Hatta, trek offroad sepanjang 30 km melintasi hutan dan padang alang-alang. Tidak ada pemukiman di jalur ini.
Hujan yang turun pada malam hari membuat medan berlumpur dan penuh tanah liat lembek yang licin.
"Berat sekali melewatinya. Perlu tenaga dan teknik prima," kata Johny Soselisa (53), salah satu peserta.
Begitu kemudian banyak peserta tidak bisa melanjutkan perjalanan.
Jenazah Mick dievakuasi dengan ditandu oleh empat prajurit Raiders dari Batalyon 600 Raiders, Manggar. Sebelumnya, bersama tim Badan SAR Nasional mereka mencapai lokasi Mick pukul 01.00 dinihari Minggu (17/2) dengan berjalan kaki.
"Saya juga membonceng satu kru kesehatan ke dalam, membawa obat-obatan dan sedikit makanan," cerita Johny.
Sebelumnya Johny sudah berhasil keluar dari rute itu pukul 5 sore. Pukul 04.00 dinihari, jenazah sudah berhasil dibawa ke tepi jalan raya, dan pukul 5 tiba di RSKD.
Begitu hari terang, panitia mengirim air dan makanan kepada para peserta yang masih ada di dalam hutan. Sebagian mereka meninggalkan motornya begitu saja di dalam trek.
"Ada ratusan motor yang ditinggal begitu," kata Albert, relawan Bantuan Darurat (Banda) Indonesia yang ikut mengirimkan makanan dari udara. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013