Samarinda (ANTARA Kaltim) - Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Kaltim Zairin Zain mengatakan bahwa pembangunan Bandara Long Ampung di kawasan perbatasan Indonesia-Malaysia, tepatnya di Kabupaten Malinau, harus dibantu personel TNI karena tanpa dukungannya dipastikan tidak akan selesai.
"Dalam perpanjangan landasan pacu di Bandara Long Ampung terhalang oleh gunung berbatu cukup tinggi, kalau bukan personel TNI yang mengerjakannya, saya yakin pembangunannya tidak bisa selesai," ujar Zairin di Samarinda, Jumat.
Zairin yang didampingi Hasbi, Kepala Bidang Perhubungan Udara ini melanjutkan, gunung yang menghalangi perpanjangan landasan pacu itu setinggi 20 meter. Sedangkan kondisi existing landasan pacu Long Ampung saat ini sepanjang 900 meter.
Ketika panjang landasan pacu itu masih 900 meter, keberadaan gunung tidak berpengaruh, tetapi ketika landasan pacunya diperpanjang menjadi 1.200 meter, maka mengenai gunung tersebut sehingga gunungnya harus dipangkas.
Teknik pemangkasan gunung itulah yang diyakini tidak bisa dilakukan oleh warga sipil. Hal itulah yang kemudian menjadi salah satu alasan mengapa pekerjaan pembangunan bandara yang ada di perbatasan itu dilakukan melalui kerjasama dengan TNI-AD yang menggunakan sistem swakelola.
Dalam pemangkasan gunung, lanjutnya, TNI AD meledakkan gunung dengan bahan peledak di titik yang sudah ditentukan sehingga ledakannya mampu meruntuhkan gunung hingga mudah diratakan untuk memperpanjang landasan pacu, sementara tingkat keamanannya tetap terjaga.
Alasan lain pekerjaan bandara di kawasan perbatasan itu diserahkan kepada TNI adalah terkait sulitnya transportasi untuk mengangkut material. Di kawasan perbatasan itu tidak ada jalan darat, bahkan melalui jalur sungai juga sulit ditempuh karena berarus deras, berjeram, dan jaraknya juga cukup jauh.
Satu-satunya cara untuk mengangkut material dan bahan lainnya adalah dengan menggunakan jalur udara, yakni menggunakan helikopter miliki TNI sehingga wajar jika kerjasama pembangunan bandara di perbatasan itu dilakukan kerjasama denagn TNI AD. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013
"Dalam perpanjangan landasan pacu di Bandara Long Ampung terhalang oleh gunung berbatu cukup tinggi, kalau bukan personel TNI yang mengerjakannya, saya yakin pembangunannya tidak bisa selesai," ujar Zairin di Samarinda, Jumat.
Zairin yang didampingi Hasbi, Kepala Bidang Perhubungan Udara ini melanjutkan, gunung yang menghalangi perpanjangan landasan pacu itu setinggi 20 meter. Sedangkan kondisi existing landasan pacu Long Ampung saat ini sepanjang 900 meter.
Ketika panjang landasan pacu itu masih 900 meter, keberadaan gunung tidak berpengaruh, tetapi ketika landasan pacunya diperpanjang menjadi 1.200 meter, maka mengenai gunung tersebut sehingga gunungnya harus dipangkas.
Teknik pemangkasan gunung itulah yang diyakini tidak bisa dilakukan oleh warga sipil. Hal itulah yang kemudian menjadi salah satu alasan mengapa pekerjaan pembangunan bandara yang ada di perbatasan itu dilakukan melalui kerjasama dengan TNI-AD yang menggunakan sistem swakelola.
Dalam pemangkasan gunung, lanjutnya, TNI AD meledakkan gunung dengan bahan peledak di titik yang sudah ditentukan sehingga ledakannya mampu meruntuhkan gunung hingga mudah diratakan untuk memperpanjang landasan pacu, sementara tingkat keamanannya tetap terjaga.
Alasan lain pekerjaan bandara di kawasan perbatasan itu diserahkan kepada TNI adalah terkait sulitnya transportasi untuk mengangkut material. Di kawasan perbatasan itu tidak ada jalan darat, bahkan melalui jalur sungai juga sulit ditempuh karena berarus deras, berjeram, dan jaraknya juga cukup jauh.
Satu-satunya cara untuk mengangkut material dan bahan lainnya adalah dengan menggunakan jalur udara, yakni menggunakan helikopter miliki TNI sehingga wajar jika kerjasama pembangunan bandara di perbatasan itu dilakukan kerjasama denagn TNI AD. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013