Tanjung Redeb (ANTARA Kaltim) - Sosialisasi cara peledakan lokasi tambang batu bara oleh PT Supra Bara Energi (SBE) di Kecamatan Teluk Bayur, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur berubah jadi ajang protes terhadap aktivitas perusahaan yang dirasakan mengganggu warga dan mengancam lingkungan.

"Perusahaan tambang batu bara yang telah beroperasi dua tahun dinilai warga tidak memberikan kontribusi apapun," kata Agus Suriansyah, anggota KNPI yang juga warga Teluk Bayur, saat berlangsung acara sosialisasi, Jumat.

Dikatakan Agus, sudah sangat sering sosialisasi seperti ini dilakukan dan tidak ada aktivitas penambangan batu bara yang ramah lingkungan.

"Menambang batu bara tidak dengan cara peledakan saja sudah menimbulkan kerusakan lingkungan yang luar biasa, apalagi dengan peledakan," tegasnya.

Tokoh mudah itu justru meminta manajemen perusahaan lebih mengarahkan pertemuan tersebut untuk mencari kesepakatan dengan warga yang merasa terganggu dan dirugikan kehadiran perusahaan tambang batu bara.

Kapolsek Teluk Bayur AKP Milion Ikhsan yang hadir pada acara itu langsung minta sosialisasi peledakan batu bara diteruskan dan minta waktu ada kesempatan penyampaian aspirasi masyarakat.

Namun tokoh muda yang juga warga sekitar lokasi penambangan batu bara terus pernyataan dengan menyebut yang penting perusahaan bisa memberikan kompensasi terhadap warga.

"Teknologi apapun juga, penambangan batu bara itu pasti merusak lingkungan dan mengancam kehidupan penduduk sekitar," ujarnya lagi.

Sebab selama ini dikeluhkan, SBE belum memberikan apapun bagi masyarakat selain eksploitasi SDA Berau.

Sebagai perusahaan yang dinilai pendatang baru, SBE dianggap paling getol dalam melakukan pengrusakan lingkungan, sebab sejauh ini perusahaan setara dengan SBE yang beroperasi sama di wilayah Teluk Bayur tetap mampu berproduksi tanpa menggunakan blasting.

Sementara itu SBE menghadirkan dua narasumber untuk sosialisasi blasting, yakni Ir Dwi Handoyo Marmer dan Ir Awang Suwandhi M,Sc. Dijelaskan teknologi blasting saat ini dan yang akan digunakan SBE merupakan terobosan baru.

Selama ini peledak yang digunakan perusahaan tambang batu bara memiliki daya ledak besar serta dampak getaran dan polusi udara yang tidak tamah lingkungan.

"Beberapa terobosan tekhnologi saat ini menekan angka polusi dari penggunaan blasting, yang menekan getaran, suara dibawah ambang batas, lontaran batu yang tidak jauh serta asap yang dihasilkan leih ramah lingkungan,"ungkap pemateri.

Untuk rencana penggunaan blasting atau peledakan, SBE cukup memiliki alasan kuat dimana blasting diperkenankan sesuai isi Analisis Masalah Dampak Lingkungan (Amdal) yang dimiliki.

Untuk lebih meyakinkan masyarakat Teluk Bayur, narasumber sudah meminta manajemen perusahaan untuk membawa serta warga Teluk untuk melihat secara langsung proses blasting ramah lingkungan tersebut nantinya.

" Kita lihat sama-sama asap yang dikeluarkan, lontaran batu atau tanah, getaran dan suaranya, nanti dirumah warga kita ukur getarannya yang dipastikan dibawah ambang batas serta suara dengan desibel rendah,"sambungnya.

Sementara itu, wakil dari perusahaan, Ahmad Fauzan yang juga selaku moderator dalam acara tersebut mengatakan peran SBE sudah dilaksanakan melalui Corporate Sosial Responsibility (CSR) yang diarahkan pada tiga sektor yakni keagamaan, pendidikan dan kesehatan.

"Namun dalam kesempatan ini dan seterusnya kami juga mengharapkan masukan dari masyarakat,"ujar Fauzan.

Realisasi CSR dimintanya untuk dievaluasi langsung oleh masyarakat terhadap efektif dan efisiensinya dilapangan. " Mohon masukannya jika realisasi CSR kami tidak menyentuh langsung kemasyarakat,"katanya. (*)

Pewarta: Helda Mildiana

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013