Produksi padi di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, yang telah ditetapkan sebagai lokasi ibu kota negara baru, dinilai harus ditingkatkan untuk penguatan ketahanan pangan.

"Rencana pemindahan ibu kota negara di wilayah Penajam Paser Utara jadi kesempatan petani lokal untuk tingkatkan produksi padi," ujar Tenaga Ahli Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kabupaten Penajam Paser Utara Sunarto Satrowardojo di Penajam, Selasa.

Sebagai calon ibu kota negara baru, lanjut ia, petani di Kabupaten Penajam Paser Utara perlu mengembangkan ilmu pengetahuan dan budi daya bertanam padi yang lebih baik.

Petani di Kabupaten Penajam Paser Utara, tambah Sunarto, mayoritas belum menguasai teknologi dan budi daya pertanian.

"Teknologi dan budi daya pertanian itu seperti pemahaman tentang air, tanah serta budi daya benih," ucapnya.

"Hal itu dibuktikan dengan banyaknya petani di wilayah Penajam Paser Utara masih menggunakan sistem tabela (tabur benih langsung)," tambah Sunarto.

Padahal, menurut dia, dengan menggunakan sistem tanam tabela para petani tidak dapat mengoptimalkan produksi padi.

Pemerintah desa bersama dinas pertanian diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dan teknis budi daya yang berdampak pada peningkatan produktivitas.

Peningkatan pengetahuan dan budi daya padi para petani di Kabupaten Penajam Paser Utara tersebut, kata Sunarto, merupakan tugas pemerintah desa.

Luas lahan pertanian tanaman padi di wilayah Penajam Paser Utara sekitar 18.000 hektare, jelasnya, jika panen sampai empat ton per hektare, maka hasilnya akan berlimpah.

Presiden Joko Widodo telah mengumumkan ibu kota negara Indonesia bakal dipindahkan ke Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara di Provinsi Kalimantan Timur.

Pewarta: Bagus Purwa

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2021