Pengamat sungai di Kalimantan Timur, Misman menilai masih banyak pihak memosisikan sungai hanya sebagai pengendali banjir.
"Jika sungai diposisikan sebagai pengendali banjir, maka penanganan yang dilakukan adalah bagaimana agar air sungai secepatnya dialirkan ke laut. Padahal fungsi sungai sangat luas, bukan sekedar pengendali banjir," ujar Misman di Penajam, Selasa.
Mengingat sungai cenderung dijadikan sebagai pengendali banjir, maka tindakan yang dilakukan kemudian adalah menyudet untuk meluruskan sungai, hingga sungai diturap.
Padahal, lanjutnya, secara alami sungai membentuk dirinya sendiri berkelok dengan beberapa maksud, antara lain agar perjalanan air menjadi lambat, karena banyak makhluk lain baik yang terlihat oleh kasat mata maupun jasad renik yang tidak terlihat oleh mata telanjang.
Sedangkan jika sungai diturap atau dibeton, katanya, maka namanya akan berubah menjadi kanal, bukan sungai lagi, karena tepi sungai yang ditumbuhi aneka tumbuhan merupakan tempat bersembunyi dan bertelurnya ikan, udang, dan aneka makhluk lain.
"Sungai adalah sumber kehidupan bukan hanya bagi manusia, tapi juga bagi makhluk lain baik yang hidup di air, darat, maupun udara. Banyak makhluk lain yang menggantungkan hidup dari sungai, maka manusia jangan serakah memanfaatkan sungai hanya untuk manusia," tutur Misman.
Hal itu dikatakan Misman yang juga Ketua Bidang Lingkungan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Kaltim, saat menjadi narasumber dalam Sosialisasi dan Pembentukan Komunitas Masyarakat Peduli Sungai di kawasan rencana Ibu Kota Negara (IKN) Baru di Kabupaten Penajam Paser Utara.
"Satu hal lagi yang perlu saya sampaikan, hal utama yang harus diperhatikan bahwa membangun sungai bukan hanya soal keindahan, tapi harus diperhatikan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas airnya untuk keselamatan semua makhluk," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2021
"Jika sungai diposisikan sebagai pengendali banjir, maka penanganan yang dilakukan adalah bagaimana agar air sungai secepatnya dialirkan ke laut. Padahal fungsi sungai sangat luas, bukan sekedar pengendali banjir," ujar Misman di Penajam, Selasa.
Mengingat sungai cenderung dijadikan sebagai pengendali banjir, maka tindakan yang dilakukan kemudian adalah menyudet untuk meluruskan sungai, hingga sungai diturap.
Padahal, lanjutnya, secara alami sungai membentuk dirinya sendiri berkelok dengan beberapa maksud, antara lain agar perjalanan air menjadi lambat, karena banyak makhluk lain baik yang terlihat oleh kasat mata maupun jasad renik yang tidak terlihat oleh mata telanjang.
Sedangkan jika sungai diturap atau dibeton, katanya, maka namanya akan berubah menjadi kanal, bukan sungai lagi, karena tepi sungai yang ditumbuhi aneka tumbuhan merupakan tempat bersembunyi dan bertelurnya ikan, udang, dan aneka makhluk lain.
"Sungai adalah sumber kehidupan bukan hanya bagi manusia, tapi juga bagi makhluk lain baik yang hidup di air, darat, maupun udara. Banyak makhluk lain yang menggantungkan hidup dari sungai, maka manusia jangan serakah memanfaatkan sungai hanya untuk manusia," tutur Misman.
Hal itu dikatakan Misman yang juga Ketua Bidang Lingkungan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Kaltim, saat menjadi narasumber dalam Sosialisasi dan Pembentukan Komunitas Masyarakat Peduli Sungai di kawasan rencana Ibu Kota Negara (IKN) Baru di Kabupaten Penajam Paser Utara.
"Satu hal lagi yang perlu saya sampaikan, hal utama yang harus diperhatikan bahwa membangun sungai bukan hanya soal keindahan, tapi harus diperhatikan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas airnya untuk keselamatan semua makhluk," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2021