Kinabalu (ANTARA Kaltim) - Konsulat Jenderal RI (KJRI) Sabah Malaysia mengatakan, guru agama masih sangat kurang pada sekolah Indonesia anak-anak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Negeri Sabah.
Konsul Jenderal RI Sabah, Soepeno Sahid, di Kota Kinabalu Sabah, Selasa, mengakui, bantuan tenaga guru untuk sekolah anak-anak TKI di Sabah dari Kementerian Pendidikan RI, jurusan agama yang sangat kurang.
Makanya, ia mengharapkan agar pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Pendidikan RI dapat mengirimkan tenaga guru lagi dari jurusan agama yaitu agama Islam, Kristen Protestan dan Katolik.
"Sekolah Indonesia untuk anak-anak TKI masih kekurangan guru khususnya guru agama," kata Soepeno.
Selama ini yang mengajarkan bidang studi agama terpaksa dilakukan oleh guru dari jurusan yang berbeda (bukan jurusan agama) untuk menutupi kekurangan tersebut sehingga pelajaran agama tetap berjalan, katanya.
Sebenarnya, lanjut Soepeno, jumlah tenaga guru yang ada sekarang belum sebanding dengan jumlah sekolah Indonesia di Negeri Sabah yang jumlahnya mencapai 152 buah termasuk community learning center (CLC).
"Jadi jumlah guru dengan sekolah belum sebanding, makanya masih banyak CLC khususnya di kawasan perkebunan kelapa sawit yang lokasinya sangat terpencil tenaga guru dari pekerja setempat yang latar belakang pendidikannya hanya SD dan SMP," beber dia.
Tetapi hal itu, terpaksa diterima apa adanya agar anak-anak TKI di Negeri Sabah dapat mengenyam pendidikan, kata dia, sebab banyak CLC yang dibentuk sendiri oleh pekerja dengan tujuan agar anak-anak TKI dapat membaca, menulis dan menghitung.
Jika tidak demikian, ujar Soepeno, anak-anak TKI yang sudah memasuki usia sekolah jumlahnya masih puluhan ribu orang yang belum dapat tertampung melalui CLC.
Pada kesempatan yang berbeda, salah seorang guru LC Tunas Harapan Kampung Mendugi Kemanis Papar Sabah, Nengsi Yunus mengatakan, sekolah Indonesia tempatnya mengabdi sejak 2010 lalu belum memiliki guru agama.
Bahkan, kata dia, dari empat tenaga guru yang dimiliki LC Tunas Harapan semuanya berlatar belakang SMA dan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) saja dan mata pelajaran agama diajarkan oleh guru biasa.
"Mudah-mudahan pada masa yang akan datang, sekolah kami ini juga mendapatkan tenaga guru khususnya jurusan agama Islam dan Kristen," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012
Konsul Jenderal RI Sabah, Soepeno Sahid, di Kota Kinabalu Sabah, Selasa, mengakui, bantuan tenaga guru untuk sekolah anak-anak TKI di Sabah dari Kementerian Pendidikan RI, jurusan agama yang sangat kurang.
Makanya, ia mengharapkan agar pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Pendidikan RI dapat mengirimkan tenaga guru lagi dari jurusan agama yaitu agama Islam, Kristen Protestan dan Katolik.
"Sekolah Indonesia untuk anak-anak TKI masih kekurangan guru khususnya guru agama," kata Soepeno.
Selama ini yang mengajarkan bidang studi agama terpaksa dilakukan oleh guru dari jurusan yang berbeda (bukan jurusan agama) untuk menutupi kekurangan tersebut sehingga pelajaran agama tetap berjalan, katanya.
Sebenarnya, lanjut Soepeno, jumlah tenaga guru yang ada sekarang belum sebanding dengan jumlah sekolah Indonesia di Negeri Sabah yang jumlahnya mencapai 152 buah termasuk community learning center (CLC).
"Jadi jumlah guru dengan sekolah belum sebanding, makanya masih banyak CLC khususnya di kawasan perkebunan kelapa sawit yang lokasinya sangat terpencil tenaga guru dari pekerja setempat yang latar belakang pendidikannya hanya SD dan SMP," beber dia.
Tetapi hal itu, terpaksa diterima apa adanya agar anak-anak TKI di Negeri Sabah dapat mengenyam pendidikan, kata dia, sebab banyak CLC yang dibentuk sendiri oleh pekerja dengan tujuan agar anak-anak TKI dapat membaca, menulis dan menghitung.
Jika tidak demikian, ujar Soepeno, anak-anak TKI yang sudah memasuki usia sekolah jumlahnya masih puluhan ribu orang yang belum dapat tertampung melalui CLC.
Pada kesempatan yang berbeda, salah seorang guru LC Tunas Harapan Kampung Mendugi Kemanis Papar Sabah, Nengsi Yunus mengatakan, sekolah Indonesia tempatnya mengabdi sejak 2010 lalu belum memiliki guru agama.
Bahkan, kata dia, dari empat tenaga guru yang dimiliki LC Tunas Harapan semuanya berlatar belakang SMA dan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) saja dan mata pelajaran agama diajarkan oleh guru biasa.
"Mudah-mudahan pada masa yang akan datang, sekolah kami ini juga mendapatkan tenaga guru khususnya jurusan agama Islam dan Kristen," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012