Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan mengevaluasi semua perguruan tinggi baik negeri maupun swasta di Indonesia berdasarkan delapan Indikator Kinerja Utama (IKU) antara lain alumni sukses dan melahirkan riset yang berguna.


“Harapan saya pada perguruan tinggi adalah terpenuhinya target delapan IKU. Oleh karena itu, kita harus memikirkan perubahan fundamental yang berpihak kepada mahasiswa,” kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim di kampus Institut Teknologi Kalimantan (ITK) di Balikapapan, Rabu.

Menurut Menteri Nadiem, perguruan tinggi yang berhasil meningkatkan IKU atau mencapai target, akan mendapat bonus pendanaan, selain dana alokasi dasar dan atau dana afirmasi.

Kepada rektor, dosen, dan mahasiswa ITK, Mendikbud merincikan IKU yang menjadi landasan transformasi pendidikan tinggi. Pertama lulusan mendapat pekerjaan yang layak dengan pendapatan di atas upah minimum regional, menjadi wirausaha, atau melanjutkan studi.

“Lulusan dapat kerja atau berwirausaha tidak? Ada berapa lulusan yang mendapatkan pekerjaan? Kalau ke luar universitas ujung-ujungnya mendapat pekerjaan yang setara lulusan SMA. Itu berarti tidak berhasil,” kata Mendikbud.

Kedua, para mahasiswa mendapatkan pengalaman di luar kampus. Kegiatannya bisa berupa magang, proyek di desa, mengajar, riset, berwirausaha, serta pertukaran pelajar.

“Yang saya inginkan, mendidik mahasiswa itu bukan hanya dilakukan oleh universitas tetapi dilakukan oleh berbagai macam organisasi. Program magang bersertifikat selama satu semester yang dihadirkan terobosan Kampus Merdeka itulah kuncinya,” kata Mendikbud.

Indikator ketiga adalah dosen berkegiatan di luar kampus dengan mencari pengalaman industri atau berkegiatan di kampus lain. Keempat, praktisi mengajar di dalam kampus atau merekrut dosen yang berpengalaman di industri. 

IKU kelima adalah hasil kerja dosen (hasil riset dan pengabdian masyarakat) dapat digunakan masyarakat dan mendapatkan pengakuan internasional.

"Berapa jumlah riset yang menghasilkan karya nyata, inovasi, kebijakan atau publikasi yang standarnya internasional berupa riset terapan. Berguna tidak risetnya? Dijadikan acuan tidak? Dijadikan produk atau tidak?” papar Nadiem.

Keenam, program studi bekerja sama dengan mitra kelas dunia dalam kurikulum, magang, dan penyerapan lulusan. Ketujuh, kelas yang kolaboratif dan partisipatif melalui evaluasi berbasis proyek atau metode studi kasus. Kedelapan, ada program studi berstandar internasional dengan akreditasi atau sertifikasi tingkat internasional.

“Jadi dari mahasiswa, kepala program studi, dosen, sampai ke rektor harus fokus kepada delapan IKU ini. Nanti akan ada insentif keuangannya bagi yang mencapai delapan IKU itu,” kata Mendikbud.

Selain civitas akademika ITK, hadir juga dalam kesempatan itu Rektor Universitas Mulawarman Masjaya dan Rektor Universitas Balikpapan Isradi Zainal.

Satu cara untuk memenuhi IKU tersebut dipaparkan Menteri Nadiem sebelum menggunting pita tanda meresmikan laboratorium bersama ITK tersebut.

“Civitas akademika, dosen, rektor, harus berani membuat inovasi, membuat terobosan. Di awalnya gagal tidak apa. Kegagalan itu tanda ada usaha ke arah lebih baik,” kata ‘Mas Menteri’.

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Abdul Hakim Muhiddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2021