Samarinda  (ANTARA Kaltim) - Polresta Samarinda, Polda Kalimantan Timur, akhirnya meminta maaf atas terjadinya pemukulan terhadap wartawan saat berlangsung unjuk rasa mahasiswa yang berakhir ricuh, Senin (22/10).

Kepala Bagian Operasional (kabag Ops) Polresta Samarinda, Komisaris Alim, Selasa, mengakui peristiwa pemukulan terhadap wartawan tersebut di luar perkiraan polisi.

"Peristiwa tersebut di luar dugaan kami sehingga kami meminta maaf jika ada wartawan yang mengalami tindak kekerasaan saat meliput unjuk rasa mahasiswa," ungkap Alim, kepada puluhan wartawan saat berlangsung pertemuan dengan sejumlah perwira Polresta Samarinda, Selasa.

Kasus pemukulan terhadap wartawan tersebut terjadi saat berlangsung demo mahasiswa memperingati satu tahun meninggalnya Rahmadan alias Madan yang diduga tewas akibat dianiaya polisi pada September 2011 lalu.

Saat polisi berhasil memukul mundur pengunjuk rasa dan menangkap beberapa orang mahasiswa, Asri Sattar, kontributor ANTV Samarinda memprotes penangkapan dan pemukulan oknum satpam sebuah mal.

Namun, protes tersebut justru berbuntut pemukulan oleh sekelompok preman yang berlangsung di hadapan polisi.

Ironisnya, pemukulan yang dilakukan sejumlah orang yang juga ikut menganiaya mahasiswa yang diamankan polisi tersebut dipicu provokasi oknum polisi berpakaian preman yang menyebut wartawan hanya mencari sensasi.

Kehadiran sekelompok orang diduga preman yang ikut menganiaya mahasiswa termasuk wartawan saat unjuk rasa itu, lanjut Alim, juga di luar skenario polisi.

"Ini di luar skenario pada penanganan unjuk rasa. Mereka adalah para pengunjung sidang kasus pembunuhan di Pengadilan Negeri Samarinda dan saat terjadi unjuk rasa, mereka ikut membaur dan ketika kami berkonsentrasi mengamankan mahasiswa, ternyata di antara mereka juga ada yang ikut melakukan pemukulan. Namun yang pasti, kami (polisi) tidak pernah melibatkan masyarakat dalam penanganan peristiwa seperti ini sehingga ini di luar perkiraan," katanya.

"Pada setiap kesempatan kami tetap memberikan perlindungan kepada wartawan dan tidak benar melakukan pembiaran terjadinya kekerasan itu. Kami akan mengusut dan menangkap pelaku pemukulan itu dan akan diproses sesuai hukum yang berlaku," ungkap Alim.

Sementara, Ketua IJTI (Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia) Kaltim, Fitriansyah Adisurya, pada pertemuan tersebut meminta polisi menangkap dan memproses pelaku pemukulan terhadap wartawan tersebut.

"Kami meminta agar kasus ini diusut tuntas sebab tindakan kekerasan yang dilakukan sekelompok orang apalagi itu dilakukan di depan polisi sangat bertentangan dengan era demokrasi," tutur Fitriansyah Adisurya.  (*)

Pewarta: Amirullah

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012