Gubernur Provinsi DKI Jakarta Anies Baswedan meninjau kondisi pintu air di Manggarai Jakarta Selatan untuk memantau tinggi muka air pada Senin sore (8/2) guna memastikan Jakarta dalam kondisi siaga, tanggap, dan antisipasi dampak musim hujan.
Gubernur Anies dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin, mengatakan dalam mengantisipasi musim hujan, Pemprov DKI telah siaga untuk memantau kondisi curah hujan yang ada di kawasan pegunungan, dengan tujuan mengukur jumlah volume air yang mengalir ke arah hilir.
Menurutnya, seluruh jajaran SDA DKI konsisten memantau kondisi bendungan Katulampa Bogor, Depok, hingga pintu air Manggarai, agar koordinasi antar pintu air di Jakarta aman terkendali.
"Kita bersyukur bahwa Program 'Gerebek Lumpur' yang kita jalankan dalam beberapa bulan terakhir telah menunjukkan hasilnya. Di mana saluran-saluran air dalam sistem drainase di Jakarta sedimentasinya bisa dibersihkan. Sehingga bisa mengelola limpahan air hujan dengan lebih baik. Kita tentu tetap waspada karena musim hujan belum selesai, tapi tim kita semuanya bersiap, baik dari pintu Katulampa, Depok, Manggarai, hingga ke semua pintu air lainnya di Jakarta," katanya.
Selain itu, Gubernur Anies menjelaskan bahwa dalam menghadapi musim hujan Pemprov DKI menilai hal-hal yang perlu diantisipasi ketika musim hujan, yaitu kondisi curah hujan di kawasan hulu, curah hujan lokal, serta melihat kondisi permukaan air laut karena Ibu Kota berada di posisir pesisir pantai.
"Apabila permukaan air laut meningkat, maka kawasan yang persis berdempetan dengan pesisir pantai, berpotensi mengalami banjir. Jadi bukan satu-satunya curah hujan, tapi juga ada seperti ketinggian permukaan air laut," katanya.
Di samping itu, Pemprov DKI telah banyak belajar dari kasus genangan awal tahun 2020, di mana saat persiapan menghadapi musim hujan, seluruh jajaran Dinas SDA telah mengantisipasi sejak tahun lalu. Sehingga, saat ini Pemprov DKI terbantu dalam mengantisipasi situasi jika terjadi hal di luar kendali seperti volume air yang tinggi akibat curah hujan yang intensif.
"Yang sudah kita kerjakan sejak lama adalah pertama pengerukan waduk-waduk di Jakarta sejak tahun lalu. Kedua, pembersihan sendimentasi di saluran saluran dikerjakan dengan luar biasa. Lalu yang ketiga membangun sumur vertikal untuk drainase, keempat memastikan semua pompa air berfungsi dengan baik, karena kita memiliki lebih dari 50 rumah pompa. Kemudian yang kelima adalah pengendalian pintu pintu air, jadi seluruh persiapannya dikerjakan tahun lalu. Hal ini supaya saat musim hujan datang, kita posisinya siaga, dan tanggap," tambah dia.
Terkait beberapa wilayah yang telah terjadi genangan akibat curah hujan yang tinggi sejak Minggu (7/2) malam, Gubernur Anies menegaskan target Pemprov DKI untuk mengedalikan dampak hujan harus bisa ditanggulangi dalam kurun waktu maksimal enam jam setelah kejadian.
"Bila curah hujan di bawah 100mm, seharusnya bisa terkelola dengan baik. Bila di atas 100mm, kita targetkan dalam waktu enam jam harus bisa menanggulangi genangan hingga surut. Di Jakarta ada 3.000 RW, jadi ketika kita mendengar ada genangan di beberapa wilayah seperti Pejaten dan Kampung Melayu, hampir semuanya dalam waktu kurang dari enam jam terkondisikan dengan baik," katanya.
Selain itu upaya menggalang berbagai pihak untuk berkolaborasi bersama melakukan langkah antisipasi dan mitigasi terhadap potensi dampak musim hujan juga terus dilakukan bersama Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat), Dinas Sosial, relawan dari berbagai LSM, dan seluruh elemen masyarakat, demikian Anies Baswedan.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2021
Gubernur Anies dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin, mengatakan dalam mengantisipasi musim hujan, Pemprov DKI telah siaga untuk memantau kondisi curah hujan yang ada di kawasan pegunungan, dengan tujuan mengukur jumlah volume air yang mengalir ke arah hilir.
Menurutnya, seluruh jajaran SDA DKI konsisten memantau kondisi bendungan Katulampa Bogor, Depok, hingga pintu air Manggarai, agar koordinasi antar pintu air di Jakarta aman terkendali.
"Kita bersyukur bahwa Program 'Gerebek Lumpur' yang kita jalankan dalam beberapa bulan terakhir telah menunjukkan hasilnya. Di mana saluran-saluran air dalam sistem drainase di Jakarta sedimentasinya bisa dibersihkan. Sehingga bisa mengelola limpahan air hujan dengan lebih baik. Kita tentu tetap waspada karena musim hujan belum selesai, tapi tim kita semuanya bersiap, baik dari pintu Katulampa, Depok, Manggarai, hingga ke semua pintu air lainnya di Jakarta," katanya.
Selain itu, Gubernur Anies menjelaskan bahwa dalam menghadapi musim hujan Pemprov DKI menilai hal-hal yang perlu diantisipasi ketika musim hujan, yaitu kondisi curah hujan di kawasan hulu, curah hujan lokal, serta melihat kondisi permukaan air laut karena Ibu Kota berada di posisir pesisir pantai.
"Apabila permukaan air laut meningkat, maka kawasan yang persis berdempetan dengan pesisir pantai, berpotensi mengalami banjir. Jadi bukan satu-satunya curah hujan, tapi juga ada seperti ketinggian permukaan air laut," katanya.
Di samping itu, Pemprov DKI telah banyak belajar dari kasus genangan awal tahun 2020, di mana saat persiapan menghadapi musim hujan, seluruh jajaran Dinas SDA telah mengantisipasi sejak tahun lalu. Sehingga, saat ini Pemprov DKI terbantu dalam mengantisipasi situasi jika terjadi hal di luar kendali seperti volume air yang tinggi akibat curah hujan yang intensif.
"Yang sudah kita kerjakan sejak lama adalah pertama pengerukan waduk-waduk di Jakarta sejak tahun lalu. Kedua, pembersihan sendimentasi di saluran saluran dikerjakan dengan luar biasa. Lalu yang ketiga membangun sumur vertikal untuk drainase, keempat memastikan semua pompa air berfungsi dengan baik, karena kita memiliki lebih dari 50 rumah pompa. Kemudian yang kelima adalah pengendalian pintu pintu air, jadi seluruh persiapannya dikerjakan tahun lalu. Hal ini supaya saat musim hujan datang, kita posisinya siaga, dan tanggap," tambah dia.
Terkait beberapa wilayah yang telah terjadi genangan akibat curah hujan yang tinggi sejak Minggu (7/2) malam, Gubernur Anies menegaskan target Pemprov DKI untuk mengedalikan dampak hujan harus bisa ditanggulangi dalam kurun waktu maksimal enam jam setelah kejadian.
"Bila curah hujan di bawah 100mm, seharusnya bisa terkelola dengan baik. Bila di atas 100mm, kita targetkan dalam waktu enam jam harus bisa menanggulangi genangan hingga surut. Di Jakarta ada 3.000 RW, jadi ketika kita mendengar ada genangan di beberapa wilayah seperti Pejaten dan Kampung Melayu, hampir semuanya dalam waktu kurang dari enam jam terkondisikan dengan baik," katanya.
Selain itu upaya menggalang berbagai pihak untuk berkolaborasi bersama melakukan langkah antisipasi dan mitigasi terhadap potensi dampak musim hujan juga terus dilakukan bersama Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat), Dinas Sosial, relawan dari berbagai LSM, dan seluruh elemen masyarakat, demikian Anies Baswedan.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2021