Nunukan (ANTARA News Kaltim) - Sekitar 400 kepala keluarga (KK) pada lima rukun tetangga (RT) di Kelurahan Tanjung Harapan Kecamatan Nunukan Selatan Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur belum menikmati listrik sampai saat ini.
Seorang warga Sei Lancang, Sofyan, Rabu menyatakan, jaringan listrik telah dibangun sejak tahun 2005 dan dirinya telah mendaftarkan diri sebagai pelanggan pada tahun itu juga.
Bukan hanya dirinya saja yang telah mendaftarkan diri, tetapi sebagian besar warga di wilayah itu yang telah membayar biaya instalasi dan menyetorkan fotokopi kartu tanda penduduk (KTP) kepada kontraktornya.
Untuk memenuhi kebutuhan penerangan warga, warga RT 04 Kelurahan Tanjung Harapan ini mengaku menggunakan mesin genset. Itu pun jika mendapatkan bahan bakar minyak (BBM).
Ia mengaku, BBM juga seringkali tersedia sehingga tidak bisa menyalakan gensetnya setiap malam. Apabila hal ini terjadi, maka terpaksa menggunakan penerangan lampu sumbu yang dibuat dari kaleng susu.
"Kita di sini pakai genset dengan menggunakan solar. Itu pun seringkali tidak bisa dinyalakan karena tidak ada solar, jadi kita pakai lampu sumbu saja," katanya.
Ia mengeluh soal belum adanya pemasangan listrik di rumahnya yang berdampak pada kondisi kehidupannya seperti anak-anaknya tidak bisa belajar dengan baik.
Menurut dia, dari lima RT di Sei Lancang dan Sei Mengkadu diperkirakan sekitar 400 KK yang belum sempat menikmati penerangan listrik.
"Lebih parah lagi, dua RT di Sei Mengkadu sampai sekarang tiang-tiang belum ada sama sekali," kata Sofyan.
Hal yang sama disampaikan Ketua RT 08 Kelurahan Tanjung Harapan, Aje Manjagani bahwa sangat prihatin dengan kehidupan warganya yang belum bisa menikmati penerangan listrik seperti daerah lainnya. Padahal, tiang-tiang dan kabel jaringan sudah terpasang sejak tahun 2005 lalu.
Aje Manjagani menambahkan, dari tiga RT yang berdekatan itu yaitu RT 04, 05 dan o8 dapat dikatakan tinggal menunggu waktu untuk dinyalakan. Tetapi dua RT di sei Mengkadu sama sekali sangat terisolasi sehingga tiang listrik saja belum ada.
Menanggapi masalah listrik ini, Lurah Tanjung Harapan, Ramlan Apriyadi menyatakan, jangankan listrik untuk masyarakat, kantor Kelurahan Tanjung Harapan belum ada.
"Masalah listrik ini sebenarnya sangat dilematis bagi saya selaku pemerintah kelurahan di sini. Karena untuk kantor kelurahan sendiri belum ada," tuturnya.
Ramlan berterus terang keinginan masyarakat terhadap kebutuhan penerangan listrik, belum mampu memperjuangkannya.
Untuk penerangan listrik di kantornya, Ramlan mengaku menyambung jaringan dari sekolah dengan membentangkan kabel yang jaraknya sekitar satu kilometer.
"Susah sekali kalau masalah listrik di sini, terpaksa kami mencuri aliran listrik yang jaraknya sekitar satu kilometer dari sekolah di sana," ujarnya.
Terkait dengan masalah listrik ini, ia menyatakan bahwa seharusnya listrik sudah masuk di wilayah Sei Lancang karena jaringannya telah tersedia.
Ia berharap pada 2012 ini listrik sudah masuk di rumah-rumah penduduk, akibat belum adanya listrik di wilayah tersebut sehingga masih dikategorikan sebagai daerah tertinggal. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012
Seorang warga Sei Lancang, Sofyan, Rabu menyatakan, jaringan listrik telah dibangun sejak tahun 2005 dan dirinya telah mendaftarkan diri sebagai pelanggan pada tahun itu juga.
Bukan hanya dirinya saja yang telah mendaftarkan diri, tetapi sebagian besar warga di wilayah itu yang telah membayar biaya instalasi dan menyetorkan fotokopi kartu tanda penduduk (KTP) kepada kontraktornya.
Untuk memenuhi kebutuhan penerangan warga, warga RT 04 Kelurahan Tanjung Harapan ini mengaku menggunakan mesin genset. Itu pun jika mendapatkan bahan bakar minyak (BBM).
Ia mengaku, BBM juga seringkali tersedia sehingga tidak bisa menyalakan gensetnya setiap malam. Apabila hal ini terjadi, maka terpaksa menggunakan penerangan lampu sumbu yang dibuat dari kaleng susu.
"Kita di sini pakai genset dengan menggunakan solar. Itu pun seringkali tidak bisa dinyalakan karena tidak ada solar, jadi kita pakai lampu sumbu saja," katanya.
Ia mengeluh soal belum adanya pemasangan listrik di rumahnya yang berdampak pada kondisi kehidupannya seperti anak-anaknya tidak bisa belajar dengan baik.
Menurut dia, dari lima RT di Sei Lancang dan Sei Mengkadu diperkirakan sekitar 400 KK yang belum sempat menikmati penerangan listrik.
"Lebih parah lagi, dua RT di Sei Mengkadu sampai sekarang tiang-tiang belum ada sama sekali," kata Sofyan.
Hal yang sama disampaikan Ketua RT 08 Kelurahan Tanjung Harapan, Aje Manjagani bahwa sangat prihatin dengan kehidupan warganya yang belum bisa menikmati penerangan listrik seperti daerah lainnya. Padahal, tiang-tiang dan kabel jaringan sudah terpasang sejak tahun 2005 lalu.
Aje Manjagani menambahkan, dari tiga RT yang berdekatan itu yaitu RT 04, 05 dan o8 dapat dikatakan tinggal menunggu waktu untuk dinyalakan. Tetapi dua RT di sei Mengkadu sama sekali sangat terisolasi sehingga tiang listrik saja belum ada.
Menanggapi masalah listrik ini, Lurah Tanjung Harapan, Ramlan Apriyadi menyatakan, jangankan listrik untuk masyarakat, kantor Kelurahan Tanjung Harapan belum ada.
"Masalah listrik ini sebenarnya sangat dilematis bagi saya selaku pemerintah kelurahan di sini. Karena untuk kantor kelurahan sendiri belum ada," tuturnya.
Ramlan berterus terang keinginan masyarakat terhadap kebutuhan penerangan listrik, belum mampu memperjuangkannya.
Untuk penerangan listrik di kantornya, Ramlan mengaku menyambung jaringan dari sekolah dengan membentangkan kabel yang jaraknya sekitar satu kilometer.
"Susah sekali kalau masalah listrik di sini, terpaksa kami mencuri aliran listrik yang jaraknya sekitar satu kilometer dari sekolah di sana," ujarnya.
Terkait dengan masalah listrik ini, ia menyatakan bahwa seharusnya listrik sudah masuk di wilayah Sei Lancang karena jaringannya telah tersedia.
Ia berharap pada 2012 ini listrik sudah masuk di rumah-rumah penduduk, akibat belum adanya listrik di wilayah tersebut sehingga masih dikategorikan sebagai daerah tertinggal. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012