Nunukan (ANTARA News Kaltim) - Petani di Pulau Sebatik Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur perbatasan Indonesia-Malaysia mampu memproduksi sekitar 10.742 ton gabah kering setiap tahun.
Camat Sebatik Timur Kabupaten Nunukan, Baharuddin D Sutte, di Sebatik, Senin menjelaskan, lahan persawahan milik petani di pulau ini seluas 790 hektar dan setiap tahunnya melaksanakan dua kali panen dengan rata-rata 6,8 ton gabah/hektare setiap kali masa panen. .
"Jika dirata-ratakan, setiap tahun dari dua kali panen petani di Pulau Sebatik menghasilkan 10.742 ton gabah," katanya.
Dari hasil produksi yang cukup signifikan ini, Baharuddin mengharapkan kepada seluruh petani dapat lebih meningkatkan produksinya pada masa tanam berikutnya.
Kepada pemerintah Kabupaten Nunukan, dia meminta agar dapat diberikan bantuan benih padi unggul serta pupuk untuk menunjang peningkatan produksi padi pada masa yang akan datang.
Ia mengatakan, ketersediaan benih padi dan pupuk selama ini bukan berarti tidak ada, tetapi kadangkala petani masih mengalami kesulitan untuk mendapatkannya.
Salah seorang penyuluh pertanian di Pulau Sebatik, Abdul Razak, Senin mengemukakan, keberhasilan petani di Pulau Sebatik memproduksi gabah sebanyak itu tidak terlepas dari peran serta seluruh unsur yang berkompoten termasuk penyuluh masing-masing yang memberikan petunjuk dan program pola tanam yang sebenarnya.
Wakil Bupati Nunukan, Hj Asmah Gani pada kesempatan itu juga menegaskan, setelah memperhatikan produksi gabah para petani tersebut sebenarnya Kabupaten Nunukan sudah swasembada beras.
Namun pada kenyataannya, sampai sekarang kebutuhan beras masih mengsuplai dari Propinsi Sulawesi Selatan. Sehingga, perlu mendapatkan perhatian serius dari pemerintah Kabupaten Nunukan untuk mengurangi ketergantungan itu.
Dengan jalan memaksimalkan lahan persawahan yang telah ada melalui penyediaan aspek penunjang seperti pengadaan irigasi, benih dan pupuk.
"Besarnya produksi gabah di Pulau Sebatik ini apabila dapat dijalankan oleh petani lainnya di wilayah Kabupaten Nunukan lainnya semestinya sudah bisa swasembada beras. Tapi pada kenyataannya sampai sekarang kita masih mengsuplai beras dari Sulawesi (Selatan)," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012
Camat Sebatik Timur Kabupaten Nunukan, Baharuddin D Sutte, di Sebatik, Senin menjelaskan, lahan persawahan milik petani di pulau ini seluas 790 hektar dan setiap tahunnya melaksanakan dua kali panen dengan rata-rata 6,8 ton gabah/hektare setiap kali masa panen. .
"Jika dirata-ratakan, setiap tahun dari dua kali panen petani di Pulau Sebatik menghasilkan 10.742 ton gabah," katanya.
Dari hasil produksi yang cukup signifikan ini, Baharuddin mengharapkan kepada seluruh petani dapat lebih meningkatkan produksinya pada masa tanam berikutnya.
Kepada pemerintah Kabupaten Nunukan, dia meminta agar dapat diberikan bantuan benih padi unggul serta pupuk untuk menunjang peningkatan produksi padi pada masa yang akan datang.
Ia mengatakan, ketersediaan benih padi dan pupuk selama ini bukan berarti tidak ada, tetapi kadangkala petani masih mengalami kesulitan untuk mendapatkannya.
Salah seorang penyuluh pertanian di Pulau Sebatik, Abdul Razak, Senin mengemukakan, keberhasilan petani di Pulau Sebatik memproduksi gabah sebanyak itu tidak terlepas dari peran serta seluruh unsur yang berkompoten termasuk penyuluh masing-masing yang memberikan petunjuk dan program pola tanam yang sebenarnya.
Wakil Bupati Nunukan, Hj Asmah Gani pada kesempatan itu juga menegaskan, setelah memperhatikan produksi gabah para petani tersebut sebenarnya Kabupaten Nunukan sudah swasembada beras.
Namun pada kenyataannya, sampai sekarang kebutuhan beras masih mengsuplai dari Propinsi Sulawesi Selatan. Sehingga, perlu mendapatkan perhatian serius dari pemerintah Kabupaten Nunukan untuk mengurangi ketergantungan itu.
Dengan jalan memaksimalkan lahan persawahan yang telah ada melalui penyediaan aspek penunjang seperti pengadaan irigasi, benih dan pupuk.
"Besarnya produksi gabah di Pulau Sebatik ini apabila dapat dijalankan oleh petani lainnya di wilayah Kabupaten Nunukan lainnya semestinya sudah bisa swasembada beras. Tapi pada kenyataannya sampai sekarang kita masih mengsuplai beras dari Sulawesi (Selatan)," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012