Tanjung Redeb (ANTARA News Kaltim) - Petugas Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah I Kabupaten Berau membantah tudingan bahwa lembaga itu lemah dalam pengawasan telur penyu sehingga kerap dicuri oleh oknum tidak bertanggung jawab untuk diperjualbelikan.
Amat SY salah seorang staf Tata Usaha (TU) BKSDA Wilayah I Kabupaten Berau, Rabu, di Tanjung Redeb, Berau, Kalimantan Timur, Rabu, mengatakan, sejauh ini BKSDA berupaya maksimal melakukan pengawasan di dua pulau yang masuk daerah konservasi penyu yang dilindungi, yakni Pulau Semama dan Pulau Sangalaki.
"Kami melakukan patroli itu mulai pagi, siang, sore bahkan sampai malam hari di daerah yang ditempati penyu untuk bertelur," ujar Amat.
Namun, katanya, karena jumlah petugasnya terbatas, telur penyu itu terkadang memang dicuri orang. Jumlah petugas BKSDA Wilayah I Kabupaten Berau hanya berjumlah 20 orang, baik petugas yang di lapangan, maupun tenaga administrasi.
Sementara yang diawasi, lanjut dia, bukan hanya kepulauan yang ada di Kabupaten Berau, tetapi juga pulau-pulau yang ada di Kabupaten Bulungan, Tana Tidung, Malinau, dan Kota Tarakan.
"Daerah utara Kaltim ini juga bagian tugas kami melakukan pengawasan, tapi Pulau Semama dan Pulau Sangalaki yang paling sering kami awasi dalam patroli," ujarnya.
Untuk pulau lainnya, khususnya pulau-pulau yang ada di wilayah Kabupaten Berau, seperti Pulau Payung-Payung, Pulau Panjang, Bilang-Bilangan, dan Pulau Sambit dilakukan patroli setahun hanya empat kali.
"Karena biayanya oprasioanalnyna sangat mahal," tegasnya.
Dijelaskannya juga, sebagaimana UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi bahwa tugas kanservasi terhadap apapun bentuknnya yang dilindungi, seperti biota laut, terumbu karang, penyu maupun telur penyu itu bukan tugas BKSDA saja, tetapi sudah menjadi tagung jawab bersama, termasuk masyarakat umum.
Diakui juga, bahwa masih ada daerah-daerah tertentu warganya masih mengonsumsi telur penyu sebagai tradisi, tetapi hal demikian tidak dibiarkan begitu saja oleh BKSDA, pihaknya melakukan pendekatan secara persuasif, sekaligus melakukan sosialisasi tentang konservasi.
"Peraturan seperti konservasi inikan tidak bisa kita lakukan serta merta terhadap penduduk lokal, kami pasti melakukan dengan hati nurani, untuk mengubah perilaku tersebut," jelasnya.
Sehubungan dengan itu, Amat juga menjelaskan bahwa populasi penyu dan telur penyu di Kabupaten Berau masih terbilang aman jika dibandingkan dengan daerah lain. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012
Amat SY salah seorang staf Tata Usaha (TU) BKSDA Wilayah I Kabupaten Berau, Rabu, di Tanjung Redeb, Berau, Kalimantan Timur, Rabu, mengatakan, sejauh ini BKSDA berupaya maksimal melakukan pengawasan di dua pulau yang masuk daerah konservasi penyu yang dilindungi, yakni Pulau Semama dan Pulau Sangalaki.
"Kami melakukan patroli itu mulai pagi, siang, sore bahkan sampai malam hari di daerah yang ditempati penyu untuk bertelur," ujar Amat.
Namun, katanya, karena jumlah petugasnya terbatas, telur penyu itu terkadang memang dicuri orang. Jumlah petugas BKSDA Wilayah I Kabupaten Berau hanya berjumlah 20 orang, baik petugas yang di lapangan, maupun tenaga administrasi.
Sementara yang diawasi, lanjut dia, bukan hanya kepulauan yang ada di Kabupaten Berau, tetapi juga pulau-pulau yang ada di Kabupaten Bulungan, Tana Tidung, Malinau, dan Kota Tarakan.
"Daerah utara Kaltim ini juga bagian tugas kami melakukan pengawasan, tapi Pulau Semama dan Pulau Sangalaki yang paling sering kami awasi dalam patroli," ujarnya.
Untuk pulau lainnya, khususnya pulau-pulau yang ada di wilayah Kabupaten Berau, seperti Pulau Payung-Payung, Pulau Panjang, Bilang-Bilangan, dan Pulau Sambit dilakukan patroli setahun hanya empat kali.
"Karena biayanya oprasioanalnyna sangat mahal," tegasnya.
Dijelaskannya juga, sebagaimana UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi bahwa tugas kanservasi terhadap apapun bentuknnya yang dilindungi, seperti biota laut, terumbu karang, penyu maupun telur penyu itu bukan tugas BKSDA saja, tetapi sudah menjadi tagung jawab bersama, termasuk masyarakat umum.
Diakui juga, bahwa masih ada daerah-daerah tertentu warganya masih mengonsumsi telur penyu sebagai tradisi, tetapi hal demikian tidak dibiarkan begitu saja oleh BKSDA, pihaknya melakukan pendekatan secara persuasif, sekaligus melakukan sosialisasi tentang konservasi.
"Peraturan seperti konservasi inikan tidak bisa kita lakukan serta merta terhadap penduduk lokal, kami pasti melakukan dengan hati nurani, untuk mengubah perilaku tersebut," jelasnya.
Sehubungan dengan itu, Amat juga menjelaskan bahwa populasi penyu dan telur penyu di Kabupaten Berau masih terbilang aman jika dibandingkan dengan daerah lain. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012