Penajam (ANTARA News Kaltim) - Antrean panjang kendaraan di Pelabuhan Penyeberangan Feri, baik di Balikpapan maupun di Penajam disebabkan oleh rusaknya jalan Trans Kalimantan.
"Rusaknya jalan masing-masing di KM 38 Jalan Soekarno-Hatta (Kota Balikpapan) dan di KM 25 Petung (Kabupaten Penajam Paser Utara) Jalan Trans Kalimantan. Karena jalan itu rusak parah, banyak berlubang-lubang besar, membuat kendaraan yang memaksa lewat di situ lebih boros BBM, dan juga rawan kecelakaan dan kerusakan," kata Kepala Dinas Perhubungan, Kebudayaan, dan Pariwisata (Dishubbudpar) Alimuddin di Penajam, Selasa.
Truk-truk besar yang bermuatan hampir 20 ton, misalnya, bila dulu selalu mengambil jalan itu daripada antre berjam-jam di pelabuhan penyeberangan, kini lebih memilih antre.
"Mumpung kami masih diizinkan naik feri karena batas muatan maksimal 20 ton belum dilewati, daripada menerima risiko terbalik atau patah as roda di jalan," kata Abdul Hakim, sopir truk tronton.
Meski sebagai akibatnya mereka harus banyak kehilangan waktu dan harus mengeluarkan ongkos ekstra untuk konsumsi selama menunggu.
"Kalau kita bermuatan tidak berlebihan, sementara sedang tidak diburu waktu, lebih baik begini. Kalau lewat KM 38 lalu patah as, bisa lebih banyak lagi waktu terbuang," sambung Hakim.
Karena itu, menurut Kepala Dishubbudpar, Pemprov Kaltim harus segera turun tangan melakukan perbaikan secara permanen.
"Bukan sedikit-sedikit atau tambal sulam saja," tegas Kepala Dishubbudpar Alimuddin.
Alimuddin mengusulkan, agar Provinsi Kaltim membangun jembatan timbang. Alat ini untuk mengetahui berat total kendaraan sehingga petugas bisa melarang kendaraan yang bobotnya melebihi daya dukung jalan melewati jalan yang dimaksud.
"Pembangunan jembatan timbang ini diperlukan untuk mengawasi kendaraan yang melewati jalan provinsi. Kalau kami diberi kewenangan untuk membangun jembatan timbang, akan kami lakukan," katanya.
Kalau terpaksa harus lewat juga, maka beban kendaraan tersebut harus dikurangi. Bisa ditinggal sementara di jembatan timbang, bisa dibagi ke mobil lain dengan tujuan sama.
"Kalau ada jembatan timbang, kami bisa tegas mengenai tonase kendaraan. Dengan itu jalan bisa lebih awet," kata Alimuddin. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012
"Rusaknya jalan masing-masing di KM 38 Jalan Soekarno-Hatta (Kota Balikpapan) dan di KM 25 Petung (Kabupaten Penajam Paser Utara) Jalan Trans Kalimantan. Karena jalan itu rusak parah, banyak berlubang-lubang besar, membuat kendaraan yang memaksa lewat di situ lebih boros BBM, dan juga rawan kecelakaan dan kerusakan," kata Kepala Dinas Perhubungan, Kebudayaan, dan Pariwisata (Dishubbudpar) Alimuddin di Penajam, Selasa.
Truk-truk besar yang bermuatan hampir 20 ton, misalnya, bila dulu selalu mengambil jalan itu daripada antre berjam-jam di pelabuhan penyeberangan, kini lebih memilih antre.
"Mumpung kami masih diizinkan naik feri karena batas muatan maksimal 20 ton belum dilewati, daripada menerima risiko terbalik atau patah as roda di jalan," kata Abdul Hakim, sopir truk tronton.
Meski sebagai akibatnya mereka harus banyak kehilangan waktu dan harus mengeluarkan ongkos ekstra untuk konsumsi selama menunggu.
"Kalau kita bermuatan tidak berlebihan, sementara sedang tidak diburu waktu, lebih baik begini. Kalau lewat KM 38 lalu patah as, bisa lebih banyak lagi waktu terbuang," sambung Hakim.
Karena itu, menurut Kepala Dishubbudpar, Pemprov Kaltim harus segera turun tangan melakukan perbaikan secara permanen.
"Bukan sedikit-sedikit atau tambal sulam saja," tegas Kepala Dishubbudpar Alimuddin.
Alimuddin mengusulkan, agar Provinsi Kaltim membangun jembatan timbang. Alat ini untuk mengetahui berat total kendaraan sehingga petugas bisa melarang kendaraan yang bobotnya melebihi daya dukung jalan melewati jalan yang dimaksud.
"Pembangunan jembatan timbang ini diperlukan untuk mengawasi kendaraan yang melewati jalan provinsi. Kalau kami diberi kewenangan untuk membangun jembatan timbang, akan kami lakukan," katanya.
Kalau terpaksa harus lewat juga, maka beban kendaraan tersebut harus dikurangi. Bisa ditinggal sementara di jembatan timbang, bisa dibagi ke mobil lain dengan tujuan sama.
"Kalau ada jembatan timbang, kami bisa tegas mengenai tonase kendaraan. Dengan itu jalan bisa lebih awet," kata Alimuddin. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012