Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo mengatakan maskapai-maskapai yang menjalani efisiensi akan bertahan dalam industri penerbangan di era normal baru (new normal).
"Saya kembali memberikan contoh bahwa industri penerbangan di seluruh dunia mengalami shock dan revolusi besar, di mana nanti mungkin hanya maskapai-maskapai yang sangat efisien yang bisa bertahan," ujarnya dalam seminar daring di Jakarta, Rabu.
Menurut Wamen BUMN, maskapai-maskapai konvensional atau umum kemungkinan tidak mampu bertahan dan bangkrut akibat pengurangan penerbangan udara yang diperkirakan berlangsung selama beberapa tahun ke depan.
"Efisiensi menjadi hal penting, kalau kita melihat new normal ini bagaimana kita bisa menjadi perusahaan-perusahaan yang efisien," kata Kartika.
Sebelumnya, Anggota Komisi VI DPR Deddy Yevri Sitorus mengungkapkan berdasarkan data, maskapai dunia akan kehilangan pendapatan sebesar 252 miliar dolar AS hingga pertengahan 2020.
Saat ini, katanya, seluruh maskapai di dunia melakukan program restrukturisasi, baik yang melibatkan pemerintah maupun tidak.
Sebagai contoh Singapore Airlines yang beberapa minggu lalu mendapat dana segar 19 miliar dolar Singapura dan 5,3 miliar dolar Singapura dari penerbitan saham baru, ditambah 9,7 miliar dolar Singapura, dan pinjaman dari DBS sebesar 4 miliar dolar Singapura.
Bantuan serupa juga diterima Qantas yang mendapat 1,1 miliar dolar Australia dari pemerintah Negeri Kanguru tersebut.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2020
"Saya kembali memberikan contoh bahwa industri penerbangan di seluruh dunia mengalami shock dan revolusi besar, di mana nanti mungkin hanya maskapai-maskapai yang sangat efisien yang bisa bertahan," ujarnya dalam seminar daring di Jakarta, Rabu.
Menurut Wamen BUMN, maskapai-maskapai konvensional atau umum kemungkinan tidak mampu bertahan dan bangkrut akibat pengurangan penerbangan udara yang diperkirakan berlangsung selama beberapa tahun ke depan.
"Efisiensi menjadi hal penting, kalau kita melihat new normal ini bagaimana kita bisa menjadi perusahaan-perusahaan yang efisien," kata Kartika.
Sebelumnya, Anggota Komisi VI DPR Deddy Yevri Sitorus mengungkapkan berdasarkan data, maskapai dunia akan kehilangan pendapatan sebesar 252 miliar dolar AS hingga pertengahan 2020.
Saat ini, katanya, seluruh maskapai di dunia melakukan program restrukturisasi, baik yang melibatkan pemerintah maupun tidak.
Sebagai contoh Singapore Airlines yang beberapa minggu lalu mendapat dana segar 19 miliar dolar Singapura dan 5,3 miliar dolar Singapura dari penerbitan saham baru, ditambah 9,7 miliar dolar Singapura, dan pinjaman dari DBS sebesar 4 miliar dolar Singapura.
Bantuan serupa juga diterima Qantas yang mendapat 1,1 miliar dolar Australia dari pemerintah Negeri Kanguru tersebut.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2020