Balikpapan (ANTARA News Kaltim) - Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Khrisnamukti, menggelar lomba menulis mengenai kondisi pasar dan ritel di Balikpapan, Kalimantan Timur.

"Lomba ini untuk meningkatkan kesadaran konsumen bahwa yang memutuskan membeli barang atau tidak dan sebagai pemegang uang, merekalah yang menjadi raja," kata Wamendag di depan seratusan mahasiswa sejumlah perguruan tinggi di Balikpapan, Rabu.

Karena itu, konsumenlah yang mengontrol keadaan dan kualitas dari barang tersebut, katanya.

"Hadiahnya jalan-jalan ke Jakarta dan Bandung selama seminggu, mengunjungi pusat penelitian Kementerian Perdagangan untuk belajar ekspor-impor, bertemu dengan penyanyi Tasya yang adalah duta Konsumen Cerdas, dengan semua biaya yaitu konsumsi, transportasi, akomodasi, ditanggung Kementerian Perdagangan. Masih dapat uang saku lagi.

"Kalau di lain waktu, pelatihan ekspor impor tersebut dikenai sejumlah biaya," kata Wamendag Krishnamukti.

Para mahasiswa, yang didominasi perempuan itu ramai bertepuk tangan.

Hadiah itu, kata Wamendag Krishnamukti tersedia bagi 10 pemenang yang tulisannya dianggap terbaik oleh Kementerian Perdagangan. Satu tulisan dikerjakan secara berkelompok dengan anggota kelompok berjumlah 3 sampai 5 orang.

Wamendag Krishnamukti juga menjelaskan tulisan apa yang diinginkannya. "Silakan kalian pilih objek yang akan diamati, apakah pasar, hypermart, supermarket, toko, toko swalayan, warung, di mana saja di seluruh Balikpapan. Toko bisa toko tunggal di tepi jalan, toko di pusat pertokoan, toko atau warung di komplek perumahan, terserah saja. Lebih baik lagi bila laporannya dilengkapi dengan foto," papar Wamendag.

Dari toko-toko tersebut Wamendag meminta mahasiswa memperhatikan antara lain apakah mereka peduli dengan konsumennya; misalnya apakah ada ruang untuk ibu menyusui bila itu swalayan yang besar, apakah ada fasilitas untuk orang tua, orang cacat, dan anak-anak.

Kemudian ketertiban hukum dari pengusaha toko atau warung tersebut, dalam hal ini berkenaan dengan produk yang dijualnya. Apakah toko atau warung tersebut menjual produk ilegal, yaitu produk yang tidak memiliki label berbahasa Indonesia, kedaluwarsa, atau apakah ada label halal dari Majelis Ulama Indonesia, apakah terdaftar di Kementerian Kesehatan, dan lain-lain.

Wamendag juga meminta mahasiswa memperhatikan apakah toko tersebut mempromosikan produk Indonesia sendiri atau tidak. Bagaimana mereka menyusun barang di dalam tokonya, di bagian mana produk-produk Indonesia di tempatkan di tokonya.

"Keempat, perlu juga ditanyakan atau diperhatikan, apakah toko atau swalayan tersebut peduli lingkungan atau tidak. Peduli lingkungan ini dapat dijabarkan sebagai hemat energi, bagaimana dia mengatur suhu pendingin ruangan, ke mana membuang sampah toko, jenis kantong kresek apa yang digunakan, pengunjung seperti apa saja yang berhak mendapat kantung plastik, atau mungkin sudah ada yang beralih menggunakan kantong belanja terbuat dari kertas daur ulang.

Hal kelima adalah apakah toko tersebut juga mempromosikan budaya daerah. Misalnya apakah ada produk asli daerah tersebut dijual di sana.

Yang paling penting, usaha retail tersebut berkembang atau tidak. Berapa omsetnya per tahun, atau per bulan," papar Wamendag.

Untuk menambah nilai, lanjutnya, mahasiswa sebagai insan intelektual, dapat memberikan saran dan langkah-langkah solusi di dalam laporannya tersebut.

"Jangan lupa fotonya. Akan ada nilai tersendiri untuk foto," kata Wamendag.

Sejumlah mahasiswa bertekad mengikuti lomba itu. "Saya tinggal cari teman," kata Taufik, mahasiswa STIKOM Balikpapan.

Wamendag berada di Kota Minyak, Selasa-Rabu (19-20/6), untuk pengawasan dan perlindungan konsumen bersama Tim Terpadu Pengawasan Barang Beredar (TTPBB).

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012