East Ventures Digital Competitiveness Index (EV-DCI) memetakan daya saing sejumlah kota di Indonesia dari sudut pandang dunia digital. Balikpapan mendapat skor 44,2 atau skor tertinggi di Kalimantan.

“Penggunaan ICT di sini sangat tinggi, skornya 64,4,” kata turut pendiri dan mitra pengelola East Ventures Willson Cuaca di Balikpapan, Selasa.

ICT atau Information Communication Technology, adalah istilah untuk teknologi informasi dan komunikasi, atau pemakaian handphone dan laptop dan perangkat lain yang mendukungnya.   

Skor tinggi tersebut, jelas Wilson, sebab Balikpapan adalah pusat bisnis dan industri di Kalimantan, dan karena itu memiliki nilai perekonomian tertinggi di pulau ini.

Namun demikian, Wilson menambahkan, bisnis berkenaan atau berbasis digital belum cukup berkembang di Balikpapan.

“Jadi masih bisa berkembang lebih baik lagi,” jelasnya.

Selanjutnya, Kalimantan Timur juga menjadi provinsi di luar Jawa dan Bali yang berada dalam 10 besar tertinggi skor EV-DCI. Kaltim berada pada posisi 8 nasional dengan skor EV-DCI 37,9.

Hal tersebut karena rasio kepemilikan handphone dan komputer di Kaltim tergolong tinggi. Selain penggunaan ICT, Kaltim juga memilki skor cukup tinggi dalam hal regulasi dan kapasitas pemerintah daerah, yaitu peringkat ke-9 dengan skor 43,7.

Ini semua mendukung perkembangan ekonomi digital. Balikpapan dan Kaltim dapat mengimbangi kecepatan perkembangan bisnis di Jawa dan Bali.

Menurut Wilson, perkembangan bisnis digital bagi tenaga kerja adalah perubahan pola penyerapan dan komposisi tenaga kerja.

Dari 2017, penyerapan tenaga terampil dan profesional tercatat meningkat hampir di semua sektor lapangan usaha yang terkait digital.

Kondisi ini menunjukkan bahwa dengan kemajuan digital, persaingan di pasar kerja lebih kompetitif dan pekerja terampil dapat lebih unggul.

Sektor Informasi dan Komunikasi yang menjadi tulang punggung ekonomi digital mencatatkan peningkatan tertinggi dengan 15,8 persen.  

“Industri digital adalah perekonomian berbasis penguasaan teknologi dan pengetahuan, bukan bertumpu pada penguasaan aset. Ini membuka kesempatan sama bagi perusahaan- perusahaan rintisan mengambil peran membangun ekonomi digital Indonesia bersama korporasi raksasa dan perusahaan multinasional,” papar Wilson.

Dengan demikian, para pengguna baru internet di Tanah Air tidak hanya merasakan perubahan gaya hidup, tetapi juga menikmati manfaat ekonominya.

Wilson memberi contoh, pedagang kecil dapat buka lapak di e-commerce, mitra pengemudi dapat menerima order secara online, hingga warung yang bisa menerima pembayaran listrik dan air.

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Abdul Hakim Muhiddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2020