Sebuah metode dan alat baru pendeteksi COVID-19 berbasis teknologi tinggi artifisial intelijen (AI), tanpa tes darah dan swab, dinilai potensial untuk diterapkan di Indonesia.
Praktisi teknologi artifisial inteijen, Karim Taslim di Jakarta, Kamis, mengatakan saat ini telah berkembang metode baru berbasis teknologi untuk mendeteksi seseorang positif terinfeksi COVID-19 yang tak kalah akurat dengan tes darah atau swab.
“Dengan AI solution telah berhasil dikembangkan alat yang membantu analisis tes corona dan telah digunakan di Wuhan, China, dengan tingkat keberhasilan yang tinggi,” katanya.
Selama ini, kelangkaan tes COVID-19 tak hanya di Indonesia namun di banyak negara lain di dunia bahkan China dan Amerika Serikat pun mengalami hal yang sama.
Selain itu, tes dengan tingkat akurasi tertinggi melalui swab yang selama ini dilakukan perlu waktu berhari-hari melalui uji laboratorium untuk mengetahui hasilnya.
Oleh karena itu Komisi Kesehatan Hubei di China pun mengaku tidak lagi mengandalkan tes darah untuk mendeteksi COVID-19 yang hasilnya memakan waktu berhari-hari. Mereka saat ini menggunakan CT (computed tomography) scan guna melihat secara langsung organ pasien yang diduga terjangkit COVID-19.
Alat baru berbasis AI tersebut kata Karim, potensial diterapkan di Indonesia karena dapat dipasangkan ke CT scan yang umumnya sudah dimiliki semua RSUD di seluruh Tanah Air.
“Kecepatan pembacaannya hanya dalam hitungan 10 detik karena memang menggunakan teknologi Artificial Intelligence,” kata Karim.
Alat tersebut diproduksi dengan nama pasar Axial AI (uAI Discover PNA) yang dikembangkan oleh Shanghai Research Center for Brain Science and Brain-inspired Intelligence bersama China Academic of Sciences, Neurobionix, dan Skymind Laboratory of Neurobionix Research.
Alat tersebut dikembangkan untuk membantu tim medis mendiagnosis pasien dengan gejala COVID-19 secara lebih cepat. Axial AI juga dapat secara otomatis menganalisis hasil foto CT scan dalam waktu 10 detik dengan akurasi lebih dari 90 persen.
“Sistem ini secara luas telah digunakan di seluruh Wuhan, Hubei, dan provinsi lain di China,” katanya. Bahkan rumah sakit khusus COVID-19 di Wuhan yakni Huo Shen Shan dan Lei Shen Shan Hospital telah menggunakan alat ini dengan tingkat kesuksesan yang tinggi.
Axial AI ini juga dapat membantu memonitor perkembangan dari pasien COVID-19 karena bisa membandingkan hasil foto CT Scan yang tersimpan di database dengan hasil foto scan terbaru dari waktu ke waktu.
Selain itu dalam waktu singkat bisa memberikan kesimpulan apakah kondisi pasien membaik atau memburuk. Hal itu memungkinkan pasien mendapat penanganan lebih dini dan konsisten.
Alat yang bentuknya lebih kecil dari CPU dilengkapi monitor itu hanya perlu dipasangkan di CT scan untuk kemudian memindai bagian paru-paru pasien, dengan menggunakan kecanggihan AI dapat langsung diketahui hasil dari pola-pola yang terekam pada paru-paru dan ginjal pasien COVID-19 yang umumnya terganggu.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2020
Praktisi teknologi artifisial inteijen, Karim Taslim di Jakarta, Kamis, mengatakan saat ini telah berkembang metode baru berbasis teknologi untuk mendeteksi seseorang positif terinfeksi COVID-19 yang tak kalah akurat dengan tes darah atau swab.
“Dengan AI solution telah berhasil dikembangkan alat yang membantu analisis tes corona dan telah digunakan di Wuhan, China, dengan tingkat keberhasilan yang tinggi,” katanya.
Selama ini, kelangkaan tes COVID-19 tak hanya di Indonesia namun di banyak negara lain di dunia bahkan China dan Amerika Serikat pun mengalami hal yang sama.
Selain itu, tes dengan tingkat akurasi tertinggi melalui swab yang selama ini dilakukan perlu waktu berhari-hari melalui uji laboratorium untuk mengetahui hasilnya.
Oleh karena itu Komisi Kesehatan Hubei di China pun mengaku tidak lagi mengandalkan tes darah untuk mendeteksi COVID-19 yang hasilnya memakan waktu berhari-hari. Mereka saat ini menggunakan CT (computed tomography) scan guna melihat secara langsung organ pasien yang diduga terjangkit COVID-19.
Alat baru berbasis AI tersebut kata Karim, potensial diterapkan di Indonesia karena dapat dipasangkan ke CT scan yang umumnya sudah dimiliki semua RSUD di seluruh Tanah Air.
“Kecepatan pembacaannya hanya dalam hitungan 10 detik karena memang menggunakan teknologi Artificial Intelligence,” kata Karim.
Alat tersebut diproduksi dengan nama pasar Axial AI (uAI Discover PNA) yang dikembangkan oleh Shanghai Research Center for Brain Science and Brain-inspired Intelligence bersama China Academic of Sciences, Neurobionix, dan Skymind Laboratory of Neurobionix Research.
Alat tersebut dikembangkan untuk membantu tim medis mendiagnosis pasien dengan gejala COVID-19 secara lebih cepat. Axial AI juga dapat secara otomatis menganalisis hasil foto CT scan dalam waktu 10 detik dengan akurasi lebih dari 90 persen.
“Sistem ini secara luas telah digunakan di seluruh Wuhan, Hubei, dan provinsi lain di China,” katanya. Bahkan rumah sakit khusus COVID-19 di Wuhan yakni Huo Shen Shan dan Lei Shen Shan Hospital telah menggunakan alat ini dengan tingkat kesuksesan yang tinggi.
Axial AI ini juga dapat membantu memonitor perkembangan dari pasien COVID-19 karena bisa membandingkan hasil foto CT Scan yang tersimpan di database dengan hasil foto scan terbaru dari waktu ke waktu.
Selain itu dalam waktu singkat bisa memberikan kesimpulan apakah kondisi pasien membaik atau memburuk. Hal itu memungkinkan pasien mendapat penanganan lebih dini dan konsisten.
Alat yang bentuknya lebih kecil dari CPU dilengkapi monitor itu hanya perlu dipasangkan di CT scan untuk kemudian memindai bagian paru-paru pasien, dengan menggunakan kecanggihan AI dapat langsung diketahui hasil dari pola-pola yang terekam pada paru-paru dan ginjal pasien COVID-19 yang umumnya terganggu.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2020