Tanjung Redeb (ANTARA News Kaltim) - Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Kabupaten Berau Syahrial Noor mempertanyakan perencanaan awal proyek turap di Jalan Bujangga Tanjung Redeb hingga menyebabkan badan jalan sepanjang 50 meter itu amblas sekitar 1 meter.

"Secara teknis dan kontruksi jika dilihat secara kasat mata pekerjaan PT Kali Raya Sari (KRS) sebagai kontraktor pelaksana memang tidak diragukan lagi," katanya Syarial Noor di Tanjung Redeb, Berau, Kalimantan Timur, Sabtu.

Namun, lanjut dia, yang menjadi pertanyaan dirinya bersama beberapa orang kontraktor sekarang adalah bagaimana teknis antisipasi perencanaan awal tersebut sehingga jalan penghubung Tanjung Redeb-Teluk Bayur itu amblas.

"Kami tidak memuji PT KRS, tapi sudah terbukti turap yang dikerjakannya di sepanjang depan Keraton Gunung Tabur, Jalan Derawan, Jalan A. Yani Tanjung Redeb, maupun di depan Keraton Sambaliung, semuanya sudah bagus dan tidak ada masalah," ujar Syahrial.

Dari hasil diskusi dirinya bersama beberapa kontraktor, kalau tidak ada kegiatan pemancangan turap di sepanjang Jalan Bujangga tersebut, diperkirakan jalan itu masih bisa dimanfaatkan warga sepuluh tahun lagi.

"Faktanya, badan jalan itu amblas secara drastis setelah proyek penurapan. Ini yang menjadi pertanyaan kami, mengapa pada perencanaan awal secara teknis tidak diperhitungkan dampaknya," ucapnya.

Oleh karena itu, Syarial tidak sependapat jika ada yang mengatakan kejadian ini sebagai bencana alam.

"Terlalu naif kalau kejadian ini dianggap bencana alam. Karena secara logika tidak masuk akal dari hasil diskusi kami. Andai saja tidak ada penurapan, kami optimistis sepuluh tahun ke depan jalan ini masih bisa dimanfaatkan," katanya menegaskan.

Kalau memang di bawah badan jalan itu ada rongga atau arus yang deras, sejak awal harus bisa diantisipasi. "Lagi-lagi kembali ke masalah perencanaan awal," katanya.

Syahrial mengatakan bahwa kejadian itu berbeda dengan dengan turap yang ada di Jalan Iswahyudi, Jalan Rinding, dan Jalan Teluk Bayur.

Pada awalnya yang amblas bukan badan jalan, melainkan bagian timbunan sisi kanan sehingga turapnya miring dan badan jalan ikut tertarik amblas. Dalam kasus tersebut, menurut dia, penanganan juga lambat sehingga aktivitas masyarakat terganggu.

Untuk itu, lanjut dia, meskipun jalan ini jalan provinsi, tidak berarti instansi terkait hanya diam menunggu instruksi dari provinsi, tetapi segera mengambil tindakan normalisasi tanggap darurat mengingat jalan ini sebagai jantung ekonomi masyarakat, baik yang dari arah Teluk Bayur, Gunung Tabur, maupun dari Tanjung Redeb.

"Kalau badan jalannya saja yang amblas, kami tidak khawatir. Akan tapi, kalau sampai merembet ke rumah-rumah penduduk, ini tentu sangat membahayakan, bisa mengancam keselamatan warga setempat," katanya.  (*)

Pewarta: Helda Mildiana

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012