Sangatta (ANTARA News Kaltim) - Belakangan ini program kemanusiaan yang dijalankan PT. Kaltim Prima Coal, yakni operasi bibir sumbing bagi warga tidak mampu menunjukan hasil menggembirakan, bukan saja sudah banyak warga terbantu namun dukungan karyawan terus meningkat.

"Chief Executive Officer" (CEO) KPC Endang Ruchijat di Sangatta, Kutai Timur, Kamis,  menilai bahwa keterlibatan karyawan dan perusahaan-perusahaan itu menunjukkan, kegiatan kemanusiaan ini memiliki nilai manfaat yang tinggi. 

”Dalam dua tahun ini, tidak hanya KPC dan kontraktornya yang menyumbang. Tapi banyak sumbangan dilakukan karyawan secara peribadi,” kata Endang.

Hal itu juga telah diungkapkannya pada  acara pembukaan di Rumah Dinas Walikota Balikpapan, Senin (21/5).

Endang lebih lanjut mengatakan, melihat simpati yang begitu besar, KPC akan terus menggelar program Senyum dan Harapan, yang telah dimulai sejak tahun 1993 itu. Selain itu, untuk menampung donasi dari pihak luar, tambah Endang, program operasi bibir sumbing dan luka bakar ini, dialihkan pengelolaannya melalui lembaga Yayasan Senyum dan Harapan.”Yayasan Senyum dan Harapan ini tetap berada di bawah pengelolaanKPC. Hal itu untuk menjaga keberlanjutan program, sehingga semakin banyak masyarakat ikut terbantu,” katanya.

Endang mengutip data dari Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Masyarakat, bawah dari 1000 bayi yang lahir di Indonesia, terdapat delapan bayi mengalami kelainan bibir sumbing. Artinya, potensi bibir kelahiran dengan bibir sumbing masih tinggi di masyarakat. Selain itu, tingkat kecelakaan (luka bakar) akibat kebakaran juga masih tinggi di sekitar kita.

Dalam satu bulan terakhir saja, sudah terjadi enam kali peristiwa kebakaran cukup besar di Sangatta, yang tidak hanya mengakibatkan beberapa korban luka bakar, tetapi juga merenggut satu korban jiwa. ”Karena pentingnya program ini bagi masyarakat, kami berkomitmen untuk terus melanjutkannya sampai operasi KPCberakhir,” tandas Endang disambut teput tangan hadirin.

Pada tahun ke-18 program Senyum dan Harapan, yakni program operasi bibir sumbing dan luka bakar, garapan PT Kaltim Prima Coal (KPC), simpati dari perusahaan dan karyawan terus meningkat.

Pada tahun-tahun sebelumnya, hanya perusahaan yang ikut menyumbangkan dana. Namun dalam dua tahun belakangan ini, sumbangan dilakukan secara peribadi oleh aksi sosial para karyawan KPC dan kontraktornya, terutama karyawan PT Pama Persada.

Sampai tahun 2011 lalu, program Senyum dan Harapan telah melakukan operasi terhadap 1.276 penderita bibir sumbing, celah langit-langit, serta penderita luka bakar.  Sementara pada tahun 2012 ini, ada 85 penderita yang telah dijadwalkan akan dioperasi.

Kegiatan bakti sosial ini merupakan salah bentuk tanggung jawab sosial atau corporate social responsibility (CSR) KPC bersama 15 sub-kontraktor KPC.

"Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan yang berkait dengan sumber daya alam yang tidak terbarukan dan suatu saat nanti harus menyelesaikan operasi kami, KPC memliki komitemen untuk terus mendukung aspek 'keberlanjutan' atau sustainablility bagi kehidupan masyarakat dan pembangunan wilayah setempat sebagai bagian dari pelaksanaan CSR," kata Endang.

Hal ini, katanya, merupakan refleksi dari visi misi KPC untuk 'memberikan nilai optimal bagi semua pemangku kepentingan' dan dalam motto KPC, yaitu" More than Mining atau "Lebih Dari Menambang".

Pimpinan Tim Operasi dari Balikpapan, ahli bedah plastik Dr Djohan Wirawan saat memberikan kata sambutan mengatakan masih banyak penderita bibir sumbing dan luka bakar di Indonesia, oleh karena itu program kemanusiaan ini akan terus dilaksanakan.

"Program kemanusiaan itu adalah pertolongan, tidak ada batas negara, bangsa, suku, agama atau pun yang membatasinya," katanya.  Kebanyakan dari mereka (penderita) adalah warga kurang mampu, untuk itu bakti sosial untuk meringan beban bagi penderita sumbing dan luka bakar.

Dalam paparannya, Wijayono Sarosa (Manager Community Empowerment PT KPC) mengatakan saat ini merupakan tahun ke -18  program Senyum dan Harapan. Proyek kemanusiaan ini mulai dilaksanakan tahun 1993. "Selama delapan belas tahun itu hanya dua kali kami tidak melaksanakan. Karena masa MoU sudah berakhir," kata dia.

Dari pelaksanaan program operasi bibir sumbing dan luka bakar secara gratis itu telah membantu sebanyak 1.276 orang. Peserta program ini semua diberikan secara gratis. Bagi penderita dari Bontang, Sangatta, Kutai Kartanegara atau daerah-daerah lainnya kami inapkan di hotel selama pelaksanaan operasi," kata Wijoyono.

Meski operasi sudah selesai, tetapi kadang pasien harus mendapat perawatan lanjutan. "Ya, kami tetap menanggung sampai mereka kembali ke daerah. Kami menyiapkan layanan transportasi, akomodasi dan keperluan lainnya bagi pasien dan keluarga yang mengantar. Ini yang paling besar biayanya. Pokoknya pasien dan keluarganya tinggal berangkat saja," katanya lagi.

Biaya yang dikeluarkan tahun ini tidak kurang mencapai Rp 700 juta. "Biaya terbesar dari adalah memberikan bantuan transportasi dan akomodasi selama operasi. Tetapi ini semua memang kama persembahkan untuk mereka," katanya

Pewarta:

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012