Balai Besar Wilayah Sungai Serayu-Opak Yogyakarta berharap pembangunan jalan tol Yogyakarta-Solo yang melayang di atas Selokan Mataram tidak sampai menganggu fungsi dari Selokan Mataram sebagai pensuplai irigasi pertanian terutama di wilayah Sleman timur.
"Tentunya harapan kami fungsi Selokan Mataram tidak terganggu dengan adanya rencana jalan tol nanti," kata Kepala Bidang Operasi dan Pemeliharaan BBWSSO Yogyakarta Sahril di Sleman, Senin.
Menurut dia, fungsi Selokan Mataram yang utama adalah untuk mendukung irigasi pertanian dengan mengalirkan air dari Sungai Progo di Sleman barat membentang ke timur masuk ke Sungai Opak di Sleman timur.
"Selokan Mataram ini untuk mendukung sektor pertanian di Sleman bagian Selatan," katanya.
Ia mengatakan, diharapkan pembangunan jalan tol tidak sampai merusak pintu-pintu air untuk distribusi irigasi di kawasan-kawasan pertanian.
"Dan tentunya juga tidak sampai menganggu fungsi saluran irigasinya," katanya.
Sahril mengatakan, BBWSSO sendiri sampai saat ini memang belum melakukan pembahasan terkait rencana jalan tol yang melayang di atas Selokan Mataram.
"Ya informasinya memang seperti itu, jalan tol Yogyakarta-Solo melayang di atas Selokan Mataram. Namun kami belum ada pembahasan secara detail," katanya.
Sebelumnya Staf Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Satker Pelaksanaan Jalan Bebas Hambatan (PJBH) Yogyakarta-Solo dan Yogyakarta-Bawen Dirjen Bina Marga Galih Alfandi mengatakan secara teknis pembangunan tol di Purwomartani, yakni fisik jalan bebas hambatan yang membentang di area Selokan Mataram akan dibangun dengan konsep "elevated" (melayang).
Sedangkan selain di Selokan Mataram akan "at grade", semisal jalur yang menghubungkan Desa Purwomartani dan Tirtomartani, didesain menggunakan konsep "at grade".
"Titik 'exit' ada di Tirtomartani, tepatnya dekat rumah sakit Panti Rini kemudian lanjut ke Desa Bokoharjo Prambanan," katanya.
Menurut dia, pembangunan tol, mau tidak mau akan membelah dusun. Termasuk membelah jalan penghubung antar desa. Lokasi dusun yang terpotong secara at grade nantinya akan diberi akses "box culvert" atau semacam terowongan penghubung.
"Kami tetap ada pertimbangan untuk akses warga, untuk jumlah terowongannya kami belum tahu berapa, kajian kami belum sampai di situ," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2020
"Tentunya harapan kami fungsi Selokan Mataram tidak terganggu dengan adanya rencana jalan tol nanti," kata Kepala Bidang Operasi dan Pemeliharaan BBWSSO Yogyakarta Sahril di Sleman, Senin.
Menurut dia, fungsi Selokan Mataram yang utama adalah untuk mendukung irigasi pertanian dengan mengalirkan air dari Sungai Progo di Sleman barat membentang ke timur masuk ke Sungai Opak di Sleman timur.
"Selokan Mataram ini untuk mendukung sektor pertanian di Sleman bagian Selatan," katanya.
Ia mengatakan, diharapkan pembangunan jalan tol tidak sampai merusak pintu-pintu air untuk distribusi irigasi di kawasan-kawasan pertanian.
"Dan tentunya juga tidak sampai menganggu fungsi saluran irigasinya," katanya.
Sahril mengatakan, BBWSSO sendiri sampai saat ini memang belum melakukan pembahasan terkait rencana jalan tol yang melayang di atas Selokan Mataram.
"Ya informasinya memang seperti itu, jalan tol Yogyakarta-Solo melayang di atas Selokan Mataram. Namun kami belum ada pembahasan secara detail," katanya.
Sebelumnya Staf Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Satker Pelaksanaan Jalan Bebas Hambatan (PJBH) Yogyakarta-Solo dan Yogyakarta-Bawen Dirjen Bina Marga Galih Alfandi mengatakan secara teknis pembangunan tol di Purwomartani, yakni fisik jalan bebas hambatan yang membentang di area Selokan Mataram akan dibangun dengan konsep "elevated" (melayang).
Sedangkan selain di Selokan Mataram akan "at grade", semisal jalur yang menghubungkan Desa Purwomartani dan Tirtomartani, didesain menggunakan konsep "at grade".
"Titik 'exit' ada di Tirtomartani, tepatnya dekat rumah sakit Panti Rini kemudian lanjut ke Desa Bokoharjo Prambanan," katanya.
Menurut dia, pembangunan tol, mau tidak mau akan membelah dusun. Termasuk membelah jalan penghubung antar desa. Lokasi dusun yang terpotong secara at grade nantinya akan diberi akses "box culvert" atau semacam terowongan penghubung.
"Kami tetap ada pertimbangan untuk akses warga, untuk jumlah terowongannya kami belum tahu berapa, kajian kami belum sampai di situ," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2020