Kampung (Desa) Long Lunuk Baru, Kecamatan Long Pahangai, Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu), akhir-akhir ini mulai mengembangkan produksi gula tebu yang telah lama digeluti oleh masyarakat setempat, agar ke depan tidak ketergantungan gula pabrik.
"Akhir-akhir ini, gula tebu yang diproduksi warga sudah beberapa kali dijual hingga ke luar kecamatan, bahkan ada beberapa pendamping tingkat kabupaten (tenaga teknis) juga tertarik dan membelinya," ujar Petinggi (Kades) Long Lunuk Baru, Hendrikus Juk di Ujoh Bilang,Kamis.
Gula tersebut masih diproduksi secara sederhana melalui industri rumahan oleh penduduk setempat, dengan cara batangan tebu diletakkan di atas balok ulin yang disampingnya telah ada gelondongan ulin untuk menekan gula hingga ke luar airnya.
Mengingat tingkat pemasarannya sudah mula meluas, sementara produksinya masih rendah, maka pihaknya telah merancang beberapa hal, pertama adalah mulai tahun depan akan dilakukan perluasan kebun tebu karena selama ini masih bersifat tanaman pekarangan.
Kedua, pihaknya telah merencanakan pembiayaan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Kampung (APBKam) Long Lunuk Baru 2020 untuk pembelian alat pemeras tebu, agar pelaku usaha mikro yang selama ini memeras tebu tidak lagi menggiling menggunakan kayu log ulin yang harus memerlukan beberapa orang untuk memutar kayu log setengah lingkaran.
Dalam APBKam setempat tahun depan juga dianggarkan untuk pelatihan pengemasan dan pembelian kemasan plus alat pengemasnya, sehingga gula tebu yang selama ini dikemas secara sederhana, bisa dikemas dalam bentuk lebih menarik namun tetap mempertimbangkan sisi kesehatan.
Ditanya mengenai nilai anggaran tahun 2020, Juk belum bisa memastikan berapa totalnya, namun ia memperkirakan tidak jauh seperti anggaran yang pihaknya terima tahun 2019 yang nilainya mencapai Rp3,12 miliar.
APBKam Long Lunuk Baru yang sebesar Rp3,12 miliar itu, katanya, bersumber dari tiga pendanaan, yakni dari APBN melalui Dana Desa (DD) sebesar Rp813,6 juta.
Kemudian bersumber dari APBD Mahakam Ulu berupa Alokasi Dana Kampung (ADK) setelah perubahan dengan nilai Rp2,01 miliar, dan dari Bantuan Keuangan (Bankeu) Kabupaten Mahakam Ulu senilai Rrp294,42 juta.
"Mulai tahun depan APBKam kami banyak mengarah ke pengembagan ekonomi lokal kampung, baik untuk pertanian padi, perkebunan, termasuk untuk pengembagan gula tebu yang saat ini sudah berjalan skala kecil," ucap Juk lagi.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2019
"Akhir-akhir ini, gula tebu yang diproduksi warga sudah beberapa kali dijual hingga ke luar kecamatan, bahkan ada beberapa pendamping tingkat kabupaten (tenaga teknis) juga tertarik dan membelinya," ujar Petinggi (Kades) Long Lunuk Baru, Hendrikus Juk di Ujoh Bilang,Kamis.
Gula tersebut masih diproduksi secara sederhana melalui industri rumahan oleh penduduk setempat, dengan cara batangan tebu diletakkan di atas balok ulin yang disampingnya telah ada gelondongan ulin untuk menekan gula hingga ke luar airnya.
Mengingat tingkat pemasarannya sudah mula meluas, sementara produksinya masih rendah, maka pihaknya telah merancang beberapa hal, pertama adalah mulai tahun depan akan dilakukan perluasan kebun tebu karena selama ini masih bersifat tanaman pekarangan.
Kedua, pihaknya telah merencanakan pembiayaan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Kampung (APBKam) Long Lunuk Baru 2020 untuk pembelian alat pemeras tebu, agar pelaku usaha mikro yang selama ini memeras tebu tidak lagi menggiling menggunakan kayu log ulin yang harus memerlukan beberapa orang untuk memutar kayu log setengah lingkaran.
Dalam APBKam setempat tahun depan juga dianggarkan untuk pelatihan pengemasan dan pembelian kemasan plus alat pengemasnya, sehingga gula tebu yang selama ini dikemas secara sederhana, bisa dikemas dalam bentuk lebih menarik namun tetap mempertimbangkan sisi kesehatan.
Ditanya mengenai nilai anggaran tahun 2020, Juk belum bisa memastikan berapa totalnya, namun ia memperkirakan tidak jauh seperti anggaran yang pihaknya terima tahun 2019 yang nilainya mencapai Rp3,12 miliar.
APBKam Long Lunuk Baru yang sebesar Rp3,12 miliar itu, katanya, bersumber dari tiga pendanaan, yakni dari APBN melalui Dana Desa (DD) sebesar Rp813,6 juta.
Kemudian bersumber dari APBD Mahakam Ulu berupa Alokasi Dana Kampung (ADK) setelah perubahan dengan nilai Rp2,01 miliar, dan dari Bantuan Keuangan (Bankeu) Kabupaten Mahakam Ulu senilai Rrp294,42 juta.
"Mulai tahun depan APBKam kami banyak mengarah ke pengembagan ekonomi lokal kampung, baik untuk pertanian padi, perkebunan, termasuk untuk pengembagan gula tebu yang saat ini sudah berjalan skala kecil," ucap Juk lagi.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2019