Sekretaris Kampung Tanjung Soke, Asrani mengaku bersyukur dikunjungi jajaran Biro Humas Setprov Kaltim bersama wartawan, Konsultan Sosial Forest Carbon Partnership Fasility (FCPF), dan Dewan Daerah Perubahan Iklim (DDPI) Kaltim.


Dia menaruh harapan wartawan membantu memperkenalkan Tanjung Soke agar dikenal masyarakat secara luas.

"Bersyukur kita ditetapkan menjadi lokasi Program Kampung Iklim (Proklim) + dan akan dipublikasi. Selain Kampung Iklim kita juga berharap dipublikasikan sebagai kampung wisata," aku Asrani saat berbincang santai, di Balai Kampung Tanjung Soke, Kecamatan Bongan, Kabupaten Kutai Barat, Selasa (26/11) malam.

Dia sangat berharap kekhasan daerahnya menjadi objek wisata yang diminati. Kampung Suku Dayak Luangan atau Dayak tertua di Kaltim ini memiliki banyak kebudayaan daerah yang bisa dijadikan wisata.

Diantaranya tarian khas selamat datang menyambut tamu yang akan ditampilkannya Rabu (27/11) malam sebagai apresiasi kedatangan rombongan.

Termasuk ratusan benda pusaka khas masyarakat Suku Dayak Luangan yang saat ini tersimpan di Lamin Adat.

Selain itu, Tanjung Soke juga memiliki makam kuno yang juga menjadi daya tarik wisatawan.

"Kita berencana memolesnya agar lebih terawat dan menjadi objek wisata. Termasuk kita akan bangun gedung kesenian untuk menyimpan benda-benda pusaka yang saat ini disimpan di lamin adat," ujarnya.
 
Meski begitu, dia mengaku mimpinya mengembangkan wisata akan sia-sia jika tidak didukung ketersedian akses jalan memadai. Dia berharap dukungan pemerintah membangun akses jalan dari dan menuju Tanjung Soke.

Hal senada diungkap Petinggi Kampung Grunggung Rahmad. Dia menyebut masyarakat mengeluhkan akses jalan menuju perkotaan. "Ini kesulitan kami. Semoga bisa menjadi perhatian," ujarnya.

Menyikapi itu, Kasubag Hubungan Internal dan Eksternal Biro Humas Setprov Kaltim, Murni yang ketua rombongan mengaku tujuannya membawa wartawan membantu mengangkat daerah yang dikunjungi. Termasuk mempromosikan keunggulan daerah yang dikunjungi dan menyuarakan masalah yang dihadapi daerah.

"Jika selama ini hanya mendengar cerita kita ingin bisa menggali informasi secara mendalam," katanya.

Sementara Konsultan Sosial FCPF Carbon Fund, Akhmad Wijaya menyebut Tanjung Soke sejak dulu menjadi daerah yang dihargai. Panglima Kodam VI Tanjung Pura saja, kata dia, kala itu menghargai menjadikan Mandau Pusaka nenek moyang masyarakat Tanjung Soka menjadi simbol lambang Kodam VI Tanjung Pura yang sekarang dikenal KodamVI Mulawarman.

Kemudian makam kunonya terbilang lengkap. Semua jenis mulai dari Keriring Kubur yang menggunakan satu tiang, Tempelaq dengan dua tiang, kubur lungun, hingga kubur tanam biasa semua masih ada.

Sedangkan terkait kunjungan, Tanjung Soke dan Grunggung dikunjungi karena merupakan kampung prioritas Proklim + atau program pengurangan emisi dari 150 desa prioritas.

Secara prinsip desa/kampung diharap bisa membantu upaya perlindungan dan pelestarian hutan. "Ini dipilih karena hutannya masih banyak. Diajak melihat langsung kondisinya," akunya.

Pewarta: Arif Maulana

Editor : Abdul Hakim Muhiddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2019