Samarinda (ANTARA News Kaltim) - Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kalimantan Timur M Syafak Hanung mengajak warga Kaltim untuk mengurangi makan nasi dan menggantinya dengan bahan pokok lainnya seperti singkong, ubi dan lainnya.
"Ajakan Pak Gubernur untuk mengurangi konsumsi nasi itu benar dan bermanfaat bagi kesehatan, apalagi konsumsi karbohidrat selain nasi terbukti dapat mengenyangkan dan menyehatkan, seperti makanan dari singkong," ujarnya di Samarinda, Sabtu.
Namun, ujarnya, diversifikasi pangan selain nasi tersebut perlu dibarengi dengan konsumsi protein, serat dan sayuran, serta ditambah buah-buahan.
Syafak memberi catatan, pengurangan makan nasi dari tiga kali sehari menjadi dua kali yang digantikan dengan jenis pangan lain, harus memenuhi pola makan sehat, terutama ditunjang serat dari sayuran dan protein hewani atau nabati dari tumbuh-tumbuhan seperti tempe dan tahu.
Ia menambahkan, makanan sehat dan mengenyangkan tidak harus nasi, namun singkong, pisang dan jenis lain juga menyehatkan karena masing-masing mengandung protein, karbohidrat dan gizi lainnya.
"Misalnya singkong, setiap 100 gram mengandung 121 kalori, 34 gram karbohidrat, 33 miligram (mg) kalsium, 30 mg vitamin C, protein 1,20 gram, lemak 0,30 gram, dan vitamin B1 0,01 mg," tutur Syafak Hanung.
Dia menambahkan, makan singkong hanya dengan lauk tempe, atau tahu, atau sebutir telur sudah cukup mampu memenuhi kebutuhan gizi, apalagi jika ditambah dengan sayur, tentu semakin bagus dalam menambah asupan gizi.
Terkait dengan itu, dia meminta kepada warga miskin di Kaltim tidak harus membeli makanan mahal dalam upaya mencukupi kebutuhan gizi, pasalnya di sekitar warga juga banyak makanan murah namun memiliki gizi tinggi
Menurut dia, walau singkong dan jenis umbi-umbian lain yang dianggap makanan kampung, namun kandungan gizinya cukup tinggi, bahkan ada yang melebihi gizi dari nasi, sehingga konsumsi nasi yang merupakan kebiasaan masyarakat bisa diubah tatkala harga beras mahal.
Secara terpisah, Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kaltim, Eddy Heflin mengatakan, konsumsi beras masyarakat Indonesia termasuk Kaltim mencapai 115 kg per tahun, sementara konsumsi beras masyarakat Vietnam hanya 70 kg beras per tahun.
Kebiasaan konsumsi beras ini harus diubah oleh masyarakat, pasalnya negara penghasil beras seperti Vietnam, hanya mengkonsumsi beras separuh dari yang dikonsumsi oleh masyarakat Kaltim.
"Vietnam yang produksi berasnya lebih banyak dari kita saja mampu mengurangi makan nasi, masa kita tidak mampu. Untuk itu, kita harus mengurangi makan nasi dan mengganti dengan bahan makanan lain yang juga tetap menyehatkan," kata Heflin. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012
"Ajakan Pak Gubernur untuk mengurangi konsumsi nasi itu benar dan bermanfaat bagi kesehatan, apalagi konsumsi karbohidrat selain nasi terbukti dapat mengenyangkan dan menyehatkan, seperti makanan dari singkong," ujarnya di Samarinda, Sabtu.
Namun, ujarnya, diversifikasi pangan selain nasi tersebut perlu dibarengi dengan konsumsi protein, serat dan sayuran, serta ditambah buah-buahan.
Syafak memberi catatan, pengurangan makan nasi dari tiga kali sehari menjadi dua kali yang digantikan dengan jenis pangan lain, harus memenuhi pola makan sehat, terutama ditunjang serat dari sayuran dan protein hewani atau nabati dari tumbuh-tumbuhan seperti tempe dan tahu.
Ia menambahkan, makanan sehat dan mengenyangkan tidak harus nasi, namun singkong, pisang dan jenis lain juga menyehatkan karena masing-masing mengandung protein, karbohidrat dan gizi lainnya.
"Misalnya singkong, setiap 100 gram mengandung 121 kalori, 34 gram karbohidrat, 33 miligram (mg) kalsium, 30 mg vitamin C, protein 1,20 gram, lemak 0,30 gram, dan vitamin B1 0,01 mg," tutur Syafak Hanung.
Dia menambahkan, makan singkong hanya dengan lauk tempe, atau tahu, atau sebutir telur sudah cukup mampu memenuhi kebutuhan gizi, apalagi jika ditambah dengan sayur, tentu semakin bagus dalam menambah asupan gizi.
Terkait dengan itu, dia meminta kepada warga miskin di Kaltim tidak harus membeli makanan mahal dalam upaya mencukupi kebutuhan gizi, pasalnya di sekitar warga juga banyak makanan murah namun memiliki gizi tinggi
Menurut dia, walau singkong dan jenis umbi-umbian lain yang dianggap makanan kampung, namun kandungan gizinya cukup tinggi, bahkan ada yang melebihi gizi dari nasi, sehingga konsumsi nasi yang merupakan kebiasaan masyarakat bisa diubah tatkala harga beras mahal.
Secara terpisah, Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kaltim, Eddy Heflin mengatakan, konsumsi beras masyarakat Indonesia termasuk Kaltim mencapai 115 kg per tahun, sementara konsumsi beras masyarakat Vietnam hanya 70 kg beras per tahun.
Kebiasaan konsumsi beras ini harus diubah oleh masyarakat, pasalnya negara penghasil beras seperti Vietnam, hanya mengkonsumsi beras separuh dari yang dikonsumsi oleh masyarakat Kaltim.
"Vietnam yang produksi berasnya lebih banyak dari kita saja mampu mengurangi makan nasi, masa kita tidak mampu. Untuk itu, kita harus mengurangi makan nasi dan mengganti dengan bahan makanan lain yang juga tetap menyehatkan," kata Heflin. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012