Sebanyak 25 hektare lahan padi terancam gagal panen akibat banjir yang melanda Desa Jemparing Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser beberapa hari lalu.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Paser, Ir Karoding mengatakan hal itu usai meninjau lokasi lahan pertanian dua hari berselang setelah peristiwa banjir yang melanda daerah itu.
“Dari tinjauan di lokasi lahan padi yang terancam gagal panen seluas 25 hektare, “ kata Karoding yang saat meninjau lokasi bersama para pegawai Bagian Bina Ekonomi I Sekretariat Daerah dan para penyuluh pertanian Rabu (12/6)
Dari lahan pertanian seluas 100 hektare yang terendam banjir, 25 hektare saja yang dipastikan gagal panen.
“Dari 100 hektare lahan yang terendam, hanya 25 hektare yang tinggal menunggu masa panen. Sementara selebihnya padi yang sedang ditanam,” jelas Karoding.
Lahan seluas 100 hektare tersebut, kata dia, dikelola 4 (empat) kelompok tani, yang masing-masing kelompok mengelola 25 hektare lahan pertanian.
Sementara itu Kepala Bidang Holtikultura pada Dinas Pertanian, Yusuf mengatakan, selain lahan pertanian padi, terdapat 10 hektare lahan jagung, dimana hanya 1 hektare saja yang terdampak banjir.
“Ada 10 hektare lahan yang ditanami jagung. Hanya 1 hektare yang terkena banjir,” kata Yusuf.
Menurut Yusuf, banjir di Desa Jemparing yang terjadi pada Sabtu (8/6) itu, tidak terlalu mengakibatkan kerusakan pada lahan pertanian masyarakat setempat.
“Banjirnya lewat saja. Termasuk untuk lahan yang ditanami semangka, ada 2 hektare. Itu tidak terlalu berpengaruh. Saat ini banjir sudah surut,” kata Yusuf.
Dinas Pertanian lanjut Yusuf, pada tahun ini telah merencanakan pemberian bibit padi kepada petani, salah satunya petani yang terkenda dampak banjir di desa itu.
“Memang sudah ada paket bantuan bibit padi dari APBN. Termasuk kepada petani yang terkenda dampak banjir di Jemparing itu,” pungkas Yusuf. (MC kominfo Paser)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2019
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Paser, Ir Karoding mengatakan hal itu usai meninjau lokasi lahan pertanian dua hari berselang setelah peristiwa banjir yang melanda daerah itu.
“Dari tinjauan di lokasi lahan padi yang terancam gagal panen seluas 25 hektare, “ kata Karoding yang saat meninjau lokasi bersama para pegawai Bagian Bina Ekonomi I Sekretariat Daerah dan para penyuluh pertanian Rabu (12/6)
Dari lahan pertanian seluas 100 hektare yang terendam banjir, 25 hektare saja yang dipastikan gagal panen.
“Dari 100 hektare lahan yang terendam, hanya 25 hektare yang tinggal menunggu masa panen. Sementara selebihnya padi yang sedang ditanam,” jelas Karoding.
Lahan seluas 100 hektare tersebut, kata dia, dikelola 4 (empat) kelompok tani, yang masing-masing kelompok mengelola 25 hektare lahan pertanian.
Sementara itu Kepala Bidang Holtikultura pada Dinas Pertanian, Yusuf mengatakan, selain lahan pertanian padi, terdapat 10 hektare lahan jagung, dimana hanya 1 hektare saja yang terdampak banjir.
“Ada 10 hektare lahan yang ditanami jagung. Hanya 1 hektare yang terkena banjir,” kata Yusuf.
Menurut Yusuf, banjir di Desa Jemparing yang terjadi pada Sabtu (8/6) itu, tidak terlalu mengakibatkan kerusakan pada lahan pertanian masyarakat setempat.
“Banjirnya lewat saja. Termasuk untuk lahan yang ditanami semangka, ada 2 hektare. Itu tidak terlalu berpengaruh. Saat ini banjir sudah surut,” kata Yusuf.
Dinas Pertanian lanjut Yusuf, pada tahun ini telah merencanakan pemberian bibit padi kepada petani, salah satunya petani yang terkenda dampak banjir di desa itu.
“Memang sudah ada paket bantuan bibit padi dari APBN. Termasuk kepada petani yang terkenda dampak banjir di Jemparing itu,” pungkas Yusuf. (MC kominfo Paser)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2019