Samarinda (ANTARA News Kaltim) - Dinas Kesehatan Pemprov Kaltim mengingatkan masyarakat untuk wasapada terhadap penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD) karena sejak Desember hingga kini curah hujan cukup tinggi.

"Curah hujan yang tinggi akan menyebabkan adanya genangan air di sejumlah tempat di sekitar rumah. Genangan air tersebut dapat menjadi tempat berkembangnya nyamuk Aedes Aegypti/Aedes Albopictus," ucap Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, M Syafak Hanung di Samarinda, Kamis.

Selain itu, lanjut dia, nyamuk tersebut juga akan berkembang ke dalam rumah, yakni bersarang di sejumlah tempat air, baik di kamar mandi, gentong dan lainnya.

Terkait dengan itu, maka masyarakat diminta mencegah berkembangnya nyamuk mematikan tersebut. sedangkan cara yang efektif, aman dan murah adalah dengan melakukan 3M Plus.

Gerakan 3M Plus adalah, mengubur, menutup dan membersihkan tempat-tempat yang menjadi genangan air, serta ikanisasi di bak-bak penampungan air baik di luar ruangan maupun di dalam rumah, sehingga tidak ada kesempatan bagi nyamuk untuk bertelur.

Sejauh ini, lanjut dia, perilaku masyarakat Kaltim sudah lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya dalam memutuskan mata rantai penularan penyakit DBD dengan cara 3M Plus tersebut, sehingga kasus DBD mengalami penurunan.

Berdasarkan data, lanjut dia, kasus DBD yang terjadi di sejumlah kabupaten dan kota di Kaltim pada 2010 mencapai 5.862 penderita, sedangkan pada 2011 turun menjadi 1.416 penderita.

Sepanjang 2011, lanjut dia, kasus DBD tertinggi terjadi di Kota Tarakan yang mencapai 260 kasus, disusul Samarinda sebanyak 239 kasus, Kutai Barat terdapat 183 kasus, Kutai Kartanegara 177 kasus, Berau 147 kasus, dan Kutai Timur terdapat 112 kasus.

Dari adanya data tersebut, ini berarti daerah yang endemis DBD merupakan daerah yang berada di kawasan pesisir. Hal ini terjadi lantaran pola hidup masyarakat dan kawasan pesisir yang banyak tersedia tempat sebagai penampungan air.

Beberapa tahun sebelumnya, kata dia lagi, daerah pedalaman di Utara Kaltim seperti Malinau dan Nunukan dilaporkan tidak pernah terjadi kasus DBD, namun seiring dengan arus transportasi yang mulai ada, baik transportasi darat maupun udara, maka dilaporkan ada kasus DBD.

"Kemudahan transportasi dapat memengaruhi penularan virus DBD. Misalnya seseorang digigit nyamuk Aedes Aegypti di Tarakan namun daya tahan tubuhnya kuat, lantas dia pergi ke Nunukan dengan pesawat, sampai di Nunukan bisa saja dia digigit nyamuk lagi, sehingga virus DBD dapat berkembang di wilayah itu," ujar Syafak.  (*)

Pewarta: M Ghofar

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012