Samarinda (ANTARA News Kaltim) - Bupati Boyolali Seno Samodro memberikan uang santunan kepada warganya yang menjadi korban program Transmigrasi di Desa Kaliorang, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, yang sempat telantar di Samarinda pada Juli 2010.

Uang santunan tersebut dianggarkan melalui APBD-P Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, tahun 2011, dengan nilai Rp10 juta per Kepala Keluarga (KK), kata Seno di Samarinda, Rabu.

"Ini merupakan bentuk kepedulian terhadap nasib warga kami meskipun mereka berada di luar daerah, memang nilainya tidak seberapa tapi setidaknya bantuan ini bisa meringankan beban bagi warga kami," kata Seno.

Bupati berharap uang santuan tersebut bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk modal usaha, ataupun ditabung untuk keperluan hari esok bagi warganya yang mengalami nasib kurang bagus sebagai warga transmigran.

"Terserah digunakan untuk apa yang penting bisa bermanfaat, syukur-syukur kalau digunakan untuk merubah dan mengangkat ekonomi mereka," jelas Seno Samudra.

Kedatangan Bupati Boyolali Seno Samodro ke Samarinda, Kalimantan Timur, didampingi Kepala Disnakertrans Boyolali Muryatno dan anggota DPRD Boyolali Setyono, memang untuk keperluan khusus bertemu langsung dengan warganya yang sempat menjadi korban terlantar di Samarinda, bersama dengan 90 KK yang melarikan diri sebagai warga transmigran di Desa Kaliorang,Kecamatan Kaliorang, Kutai Timur.

Kepala Disnakertrans Pemkab Boyolali Muryatno, mengatakan warga asal Boyolali berjumlah 15 KK masuk dalam program Transmigrasi Swadaya Mandiri (TSM) yang ditempatkan di Desa Kaliorang, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur pada 27 Desember 2010.

Setelah menempati lokasi baru sebagai warga transmigran di wilayah Kutai Timur tersebut, muncul beberapa persoalan yang memicu mereka meninggalkan lokasi transmigrasi.

Persoalan tersebut diantaranya keterlambatan pemberian lahan usaha yang dijanjikan oleh pemerintah, dan adanya intimidasi dari aparat desa yang tidak membolehkan keluar dari wilayah transmigrasi, padahal warga perlu untuk mencari sumber rejeki yang lain di luar dari kerja mereka di wilayah transmigrasi untuk mencukupi kebutuhan hidup.

Muryatno menambahkan pada 14 Juli 2010, dari 15 KK transmigran asal Boyolali, 14 KK di antaranya memilih meninggalkan lokasi transmigrasi dan hanya 1 KK yang bertahan sebagai transmigran di Kaliorang.

Setelah sebelumnya sempat terlantar di Samarinda selama beberapa hari, 14 KK asal Boyolali akhirnya ikut bergabung bersama 33 KK transmigran yang bernasib sama dipekerjakan di perusahaan perkebunan sawit PT Rajawali di Kutai Kartanegara, Kaltim.

Warga transmigran asal Boyolali, Marsinu, mengucapkan rasa terimakasih kepada Bupati Boyolali dan pejabat lainnya yang ikut peduli dengan warganya, dengan memberikan bantuan yang memang dirasakan Marsinu sangat berarti.

Ia menuturkan saat ini dia dan rekannya sesama transimgran dalam kondisi yang lebih baik, sejak dia bekerja di perkebunan sawit PT Rajawali, Kukar.

Karena, menurut Marsinu, meskipun hanya sebagai pegawai kontrak selama dua tahun, namun perusahaan sawit tersebut cukup memberikan perhatian yang cukup baik kepada pekerjanya.

"Setiap bulan kami selalu mendapat jatah beras, ada juga jaminan kesehatan, kami juga boleh bekerja di luar untuk mencari penghasilan tembahan, bahkan ketika kami mau bertemu Bupati Boyolali, pihak perusahaan ikut memfasilitasi kendaraan hingga kami bisa sampai di Samarinda," tutur Marsinu.

Ngasri, warga Boyolali yang lain menambahkan, meski penghasilan di kebun sawit pas-pasan namun mereka betah karena pihak perusahaan cukup terbuka dan merespons keinginan para pekerja.

"Kami bekerja mulai pukul 07.00-14.00 Wita dengan gaji Rp46 ribu, tapi kami juga bisa lembur mulai pukul 15.00-17.30 Wita dengan upah Rp23.500,00, di luar itu kami bisa mencari tambahan penghasilan lain," tutur Ngaseri.  (*)

Pewarta: Arumanto

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2011