Ujoh Bilang, (Antaranews Kaltim) - Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Kampung Long Hurai, Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur, mulai merintis usaha penjualan karet yang dipasok dari petani setempat karena pohon karet produktif yang ada belum termanfaatkan.
"Dulu sebelum tahun 2015, harga karet pernah tinggi dikisaran Rp10 ribu perkilogram sehingga usaha karet waktu itu sangat diminati masyarakat, tapi setelah harga karet jatuh, petani tidak lagi mengurus kebun karetnya," ujar Petinggi (Kepala Desa) Long Hurai, Ahad Ngau.
Sejak harga karet lumb di tingkat petani jatuh hingga dikisaran Rp4 ribu-Rp5 ribu per-kg, praktis lahan karet produktif tidak pernah lagi dilakukan penyadapan oleh petani, karena harga sebesar itu nyaris tidak sebanding dengan harga barang di Kabupaten Mahakam Ulu yang serba mahal.
Namun kini, lanjutnya, petani mulai bersemangat menyadap pohon karet karena ada pihak yang memfasilitasi penjualan karet yang langsung ke pabrik karet, sehingga jalur perdagangan terpangkas karena tidak melalui pengepul, melainkan dikelola oleh BUMDes atau Badan Usaha Milik Kampung (BUMKam) setempat.
Menurut dia, pihak yang memiliki inisiatif dan memfasilitasi perdagangan karet ini adalah dari Tim Teknis program Gerakan Pembangunan Masyarakat Adil dan Sejahtera - Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Kampung Mandiri (Gerbangmas-P2MKM) Kabupaten Mahulu.
Saat ini, kata Ahad lagi, BUMKam Long Hurai baru berhasil membeli sebanyak 200 kilogram dari petani, sehingga pengelola BUMKam masih terus menunggu kiriman karet dari petani sampai terkumpul sekitar 5 ton, baru dikirim ke Samarinda untuk dijual langsung di pabrik pengolahan karet.
Karet lumb yang dibeli oleh BUMKam Long Hurai dengan harga dikisaran Rp6 ribu-Rp7 ribu per-kg, namun BUMKam selektif dalam pembelian karet.
Seleksi pembelian diterapkan mengingat karet yang sudah hitam dan dari hasil penyadapan lama atau beberapa bulan sebelumnya, tidak akan dibeli karena berdasarkan keterangan dari pabrik pengolah karet, karet lama tersebut kadarnya sangat rendah sehingga harganya juga jatuh.
“Pengumpulan karet oleh BUMKam dari petani untuk dijual ke pabrik pengolahan karet ini merupakan yang pertama kali dilakukan oleh BUMKam, jadi kami berharap semoga pengalaman pertama ini bisa berhasil agar bisa melangkah ke penjualan berikutnya. Target kami, bulan depan bisa mengirim karet ke Samarinda,” ucap Ahad penuh harap.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2019