Palembang (ANTARA News) - Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu mengingatkan agar aparat pemerintah untuk mewaspadai perkembangan situasi menjelang pesta demokrasi Pemilu 2019.
"Tahun 2019 dikatakan sebagai tahun politik karena rakyat Indonesia pada tahun ini akan melaksanakan pesta demokrasi. Sebagai aparat pemerintah, kita perlu terus mengamati berbagai perkembangan situasi dengan seksama. Apabila tidak kita waspadai bersama akan dapat mengimbas serta mempengaruhi stabilitas keamanan nasional," kata Menhan dalam pengarahannya kepada Komandan Satuan Wilayah Sumsel dan pejabat provinsi Sumsel, di Griya Agung, Palembang, Senin.
Menurut Menhan, sudah banyak bermunculan serangan-serangan abstrak yang menggangu kondisi mental dan psikologis masyarakat.
"Rakyat akan dijejali dengan berita-berita palsu atau hoaks yang dikemas sedemikian rupa," katanya.
Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) ini menyebutkan pesta demokrasi yang digelar lima tahunan di Indonesia, baik Pilkada maupun Pilpres sering kali menimbulkan perpecahan dan tidak rukunnya masyarakat.
"Sangat rugi besar kita kalau seperti itu. Karena modal besar bangsa kita ini adalah persatuan dan kerukunan. Sekali lagi, jangan sampai kita ini terpecah-pecah karena pilihan Presiden dan Legislatif yang berbeda," imbau purnawirawan Jenderal bintang empat ini.
Ryamizard pun mempersilakan rakyat untuk memilih pemilih pemimpin yang baik. Kalau perlu, bagi masyarakat Islam melakukan Shalat Istikharah, sehingga didapatkan pemimpin yang amanah dan mampu bekerja dengan baik demi kepentingan rakyat.
"Silakan bapak-ibu pilih pemimpin nasional, pilih yang paling baik, pilih yang terbaik. Setelah itu, semua harus rukun kembali. Karena setiap lima tahun sekali akan ada pesta demokrasi," tuturnya.
Ryamizard mengatakan Indonesia sebagai negara besar dipandang oleh negara-negara lain sebagai sebuah negara yang patut dijadikan contoh karena perbedaan.
Grand Syekh dari Al Azhar dan beberapa Imam besar yang hadir dalam acara Forum Internasional di Lombok beberapa waktu lalu, kata Menhan, mengangumi kerukunan dan ukhuwah masyarakat Indonesia.
"Jadi sangat keliru sekali kalau kita tidak memanfaatkan ini sebagai sebuah kekuatan, sebuah potensi dalam memajukan negara yang kita cintai ini. Jangan sampai kita justru dari luar dikagumi, dari luar dijadikan contoh, tapi di dalam kita menjadi retak gara-gara urusan pilkada, urusan pilgub, dan pilpres," ucap Ryamizard.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2019
"Tahun 2019 dikatakan sebagai tahun politik karena rakyat Indonesia pada tahun ini akan melaksanakan pesta demokrasi. Sebagai aparat pemerintah, kita perlu terus mengamati berbagai perkembangan situasi dengan seksama. Apabila tidak kita waspadai bersama akan dapat mengimbas serta mempengaruhi stabilitas keamanan nasional," kata Menhan dalam pengarahannya kepada Komandan Satuan Wilayah Sumsel dan pejabat provinsi Sumsel, di Griya Agung, Palembang, Senin.
Menurut Menhan, sudah banyak bermunculan serangan-serangan abstrak yang menggangu kondisi mental dan psikologis masyarakat.
"Rakyat akan dijejali dengan berita-berita palsu atau hoaks yang dikemas sedemikian rupa," katanya.
Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) ini menyebutkan pesta demokrasi yang digelar lima tahunan di Indonesia, baik Pilkada maupun Pilpres sering kali menimbulkan perpecahan dan tidak rukunnya masyarakat.
"Sangat rugi besar kita kalau seperti itu. Karena modal besar bangsa kita ini adalah persatuan dan kerukunan. Sekali lagi, jangan sampai kita ini terpecah-pecah karena pilihan Presiden dan Legislatif yang berbeda," imbau purnawirawan Jenderal bintang empat ini.
Ryamizard pun mempersilakan rakyat untuk memilih pemilih pemimpin yang baik. Kalau perlu, bagi masyarakat Islam melakukan Shalat Istikharah, sehingga didapatkan pemimpin yang amanah dan mampu bekerja dengan baik demi kepentingan rakyat.
"Silakan bapak-ibu pilih pemimpin nasional, pilih yang paling baik, pilih yang terbaik. Setelah itu, semua harus rukun kembali. Karena setiap lima tahun sekali akan ada pesta demokrasi," tuturnya.
Ryamizard mengatakan Indonesia sebagai negara besar dipandang oleh negara-negara lain sebagai sebuah negara yang patut dijadikan contoh karena perbedaan.
Grand Syekh dari Al Azhar dan beberapa Imam besar yang hadir dalam acara Forum Internasional di Lombok beberapa waktu lalu, kata Menhan, mengangumi kerukunan dan ukhuwah masyarakat Indonesia.
"Jadi sangat keliru sekali kalau kita tidak memanfaatkan ini sebagai sebuah kekuatan, sebuah potensi dalam memajukan negara yang kita cintai ini. Jangan sampai kita justru dari luar dikagumi, dari luar dijadikan contoh, tapi di dalam kita menjadi retak gara-gara urusan pilkada, urusan pilgub, dan pilpres," ucap Ryamizard.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2019