Balikpapan (Antaranews Kaltim) - Pemerintah Kota Balikpapan masih mencarikan pemodal untuk membiaya Persatuan Sepak Bola Indonesia Balikpapan (Persiba).


"Kami sudah menghubungi banyak pihak. Hasilnya sementara ada 3 investor yang berminat," kata Ketua Tim Seleksi (Timsel) Persiba

Menurut Fadly yang juga sekretaris kota itu, dua investor dari Jakarta dan 1 dari Balikpapan sendiri. Karena masih dalam penjajakan nama-nama mereka belum bisa diumumkan.

"Yang bisa dipastikan adalah Persiba tetap di Balikpapan," tegas Sekkot Fadly.

Memang, pada beberapa klub, investor baru bisa membawanya pindah ke mana saja. Contoh lama adalah klub Mitra, yang berasal dari Surabaya sebagai Niac Mitra, pindah ke Palangkaraya jadi Mitra Kalteng Putra, dan sekarang jadi Mitra Kukar di Tenggarong.

Begitu pula Gelora Delta Sidoarjo, pindah ke Bali jadi Gelora Dewata, dan kembali lagi ke Sidoarjo jadi Deltras.Contoh baru dalam 5 tahun terakhir, Persisam Putra Samarinda yang jadi Bali United karena dibawa investornya ke Gianyar, Bali, dan sebaliknya Persatuan Sepakbola Indonesia Bangkalan alias Perseba yang dibeli pengusaha Samarinda Nabil Hussein untuk dijadikan Borneo FC.

"Persiba tetap di Balikpapan," kata Sekkot Fadly.Tentang jumlah investor itu, ia menambahkan, sesuai kesepakatan saja. Bisa investor tunggal, bisa bekerja sama, namun tujuannya tetap, yaitu saling menguntungkan, terutama bagi warga kota agar kembali bisa memiliki klub sepak bola yang bisa dibanggakan, setidaknya di level nasional.

"Sebab klub olahraga bagi sebuah kota itu tidak sekedar klub olahraga. Sebuah klub, apalagi klub sepakbola, bisa mewakili kota itu sendiri," kata jurnalis olahraga senior Balikpapan, Teddy Rumengan.

Dengan membawa nama kota, sebuah klub sepakbola juga menjadi gengsi kota. Prestasi mentereng, gengsi mencorong. Prestasi anjlok, harga diri terpuruk.

Apabila klub memenangi sebuah pertandingan, misalnya, Teddy menjelaskan, rasa senang dan optimisme bisa menaungi kota hingga sepekan penuh atau hingga pertandingan berikutnya. Optimisme itu datang dari suasana hati fans atau para pendukung yang gembira karena kemenangan itu.

"Demikian pula sebaliknya, Persiba kalah, fans itu bisa merasa serba salah sepekan penuh. Kalau kalah terus, kacau sudah," kata Teddy.

Selanjutnya, selain ditawarkan, Pansel juga menerima penawaran melalui email timselpersibabalikpapan@gmail.com.

Secara resmi belum ada yang memasukan ketertarikkannya melaui email," kata Fadly.

Timsel menunggu sampai 9 Desember 2018. Kata Fadly, investor yang berminat silakan mengirim email ke alamat tersebut dengan melampirkan curriculum vitae, dan visi misi mengelola Persiba.

Mengenai tugas Timsel sendiri, kata Fadly, hanya mengantarkan dan memastikan Persiba memiliki manajemen yang kompeten baik secara keuangan maupun manajerial, yang kemudian harapannya bisa membentuk sebuah tim yang tangguh.

"Kami tim seleksi ini ibaratnya jembatan penghubung antara manajemen lama ke manajemen baru, selesai itu, selesailah tugas kami," kata Fadly.

Dari tahun-tahun lampau pengelolaan Persiba, selama satu musim kompetisi rata-rata lebih kurang menghabiskan Rp30 miliar-Rp35 miliar. Uang itu digunakan terutama untuk kontrak pemain, gaji staf, biaya pertandingan tandang, hingga pemeliharaan stadion, yang ketika itu menggunakan Stadion Parikesit milik Pertamina.

"Sekarang dengan Stadion Batakan yang luar biasa megah dan basis fans yang fanatik, Persiba mestinya tidak susah dapat investor dan sponsor," kata Teddy.(*)

 

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2018