Ujoh Bilang (Antaranews Kaltim) - Sebanyak tiga menara telekomunikasi di kawasan perbatasan Provinsi Kalimantan Timur, tepatnya di kawasan ekstrem hulu Sungai Mahakam wilayah Kecamatan Long Pahangai, Kabupaten Mahakam Ulu, segera diaktifkan pada tahun ini.
"Penandatanganan kesepakatan antara Bupati Mahakam Ulu dengan PT Telkomsel yang dilakukan di Ujoh Bilang baru-baru ini, salah satu poin kesepakatannya adalah mengaktifkan tiga menara itu," ujar Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Mahakam Ulu Nasution Hibau Djaang di Ujoh Bilang, Kamis.
Tiga menara telekomunikasi itu dibangun Pemkab Mahakam Ulu pada 2015, tetapi sejak saat itu belum juga bisa aktif karena suatu hal.
Bupati dan pimpinan DPRD Mahakam Ulu pernah mendatangi Kementerian Komunikasi dan Informatika, termasuk PT Telkomsel, dalam upaya memfungsikan infrastruktur telekomunikasi itu.
Dari hasil pertemuan beberapa kali tersebut akhirnya ditemukan kesepakatan yang ditindaklanjuti dengan melakukan penandatanganan kerja sama antara Pemkab Mahakam Ulu dengan PT Telkomsel.
Berdasarkan kesepakatan, lanjut Hibau, pihak yang menangani operasional tiga menara di kawasan perbatasan yang ekstrem ini adalah dari Telkomsel dan Kementerian Kominfo melalui BP3TI, termasuk Tim KBT Kecamatan Long Pahangai juga dilibatkan.
Ia menuturkan bahwa jika menara telekomunikasi tersebut diaktifkan, maka manfaatnya sangat besar bagi masyarakat, baik untuk kepentingan keamanan, pertolongan pada kecelakaan atau musibah, sosial-budaya, maupun dari sisi pembangunan dan perekonomian.
Hibau menambahkan, menara telekomunikasi tersebut masuk kawasan ekstrem karena berdekatan dengan sejumlah riam, seperti Riam Panjang, Riam Udang, dan riam-riam lainnya.
Riam ini merupakan jalur utama bagi warga di hilir Sungai Mahakam yang ingin ke hulu sungai maupun warga hulu yang ingin ke hilir, baik untuk kepentingan sosial-budaya, administrasi pemerintahan, maupun untuk angkutan kebutuhan pokok, termasuk angkutan hasil perkebunan dari hulu sungai.
Di sisi lain, sejumlah riam tersebut sewaktu-waktu bisa mengancam keselamatan karena lokasinya banyak batu besar, tajam, cadas, dangkal, dalam, dan berarus deras sehingga speedboat maupun longboat yang lewat juga harus berhati-hati. Apalagi di lokasi ini kerap terjadi kecelakaan, bahkan sudah ada beberapa warga yang meninggal.
Celakanya, di kawasan ini masih termasuk "blankspot" (belum ada jaringan telekomunikasi), sehingga jika terjadi musibah akan sulit mendapat pertolongan. Kawasan tersebut masih merupakan kawasan hutan yang jauh dari permukiman warga.
"Diharapkan tahun ini tiga menara telekomunikasi itu bisa aktif sehingga masyarakat bisa mendapat layanannya. Termasuk jika terjadi apa-apa di kawasan riam, bisa cepat mendapat pertolongan, walaupun kita selalu berdoa jangan sampai ada musibah lagi di riam itu," ucap Hibau. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2018
"Penandatanganan kesepakatan antara Bupati Mahakam Ulu dengan PT Telkomsel yang dilakukan di Ujoh Bilang baru-baru ini, salah satu poin kesepakatannya adalah mengaktifkan tiga menara itu," ujar Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Mahakam Ulu Nasution Hibau Djaang di Ujoh Bilang, Kamis.
Tiga menara telekomunikasi itu dibangun Pemkab Mahakam Ulu pada 2015, tetapi sejak saat itu belum juga bisa aktif karena suatu hal.
Bupati dan pimpinan DPRD Mahakam Ulu pernah mendatangi Kementerian Komunikasi dan Informatika, termasuk PT Telkomsel, dalam upaya memfungsikan infrastruktur telekomunikasi itu.
Dari hasil pertemuan beberapa kali tersebut akhirnya ditemukan kesepakatan yang ditindaklanjuti dengan melakukan penandatanganan kerja sama antara Pemkab Mahakam Ulu dengan PT Telkomsel.
Berdasarkan kesepakatan, lanjut Hibau, pihak yang menangani operasional tiga menara di kawasan perbatasan yang ekstrem ini adalah dari Telkomsel dan Kementerian Kominfo melalui BP3TI, termasuk Tim KBT Kecamatan Long Pahangai juga dilibatkan.
Ia menuturkan bahwa jika menara telekomunikasi tersebut diaktifkan, maka manfaatnya sangat besar bagi masyarakat, baik untuk kepentingan keamanan, pertolongan pada kecelakaan atau musibah, sosial-budaya, maupun dari sisi pembangunan dan perekonomian.
Hibau menambahkan, menara telekomunikasi tersebut masuk kawasan ekstrem karena berdekatan dengan sejumlah riam, seperti Riam Panjang, Riam Udang, dan riam-riam lainnya.
Riam ini merupakan jalur utama bagi warga di hilir Sungai Mahakam yang ingin ke hulu sungai maupun warga hulu yang ingin ke hilir, baik untuk kepentingan sosial-budaya, administrasi pemerintahan, maupun untuk angkutan kebutuhan pokok, termasuk angkutan hasil perkebunan dari hulu sungai.
Di sisi lain, sejumlah riam tersebut sewaktu-waktu bisa mengancam keselamatan karena lokasinya banyak batu besar, tajam, cadas, dangkal, dalam, dan berarus deras sehingga speedboat maupun longboat yang lewat juga harus berhati-hati. Apalagi di lokasi ini kerap terjadi kecelakaan, bahkan sudah ada beberapa warga yang meninggal.
Celakanya, di kawasan ini masih termasuk "blankspot" (belum ada jaringan telekomunikasi), sehingga jika terjadi musibah akan sulit mendapat pertolongan. Kawasan tersebut masih merupakan kawasan hutan yang jauh dari permukiman warga.
"Diharapkan tahun ini tiga menara telekomunikasi itu bisa aktif sehingga masyarakat bisa mendapat layanannya. Termasuk jika terjadi apa-apa di kawasan riam, bisa cepat mendapat pertolongan, walaupun kita selalu berdoa jangan sampai ada musibah lagi di riam itu," ucap Hibau. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2018