Samarinda (Antaranews Kaltim) - Sebanyak 30 siswa/siswi Madrasah Tsanawiyah (MTs) Ittihad Joyomulyo Lempake, Samarinda, Kalimantan Timur, belajar dan menanam pohon di Sekolah Sungai guna membantu merestorasi Sungai Karang Mumus Samarinda.
"Saya sangat mengapresiasi para siswa yang terjun langsung merawat sungai. Kelihatannya ini sepele, tapi dampak jangka panjangnya akan besar dalam upaya melakukan restorasi sungai," ujar Misman, Ketua Gerakan Memungut Sehelai Sampah Sungai Karang Mumus (GMSS-SKM) di Samarinda, Kamis.
Hal itu dikatakan Misman setelah mendampingi para siswa dalam merawat pohon yang sudah lama ditanam dan menanam pohon di bantaran SKM.
Sementara Sunoto, guru pendamping dari MTs Ittihad menyampaikan bahwa kedatangan siswa/siswi dimaksudkan untuk mengenal gerakan dan kegiatan yang selama ini dilakukan oleh Komunitas GMSS-SKM Samarinda.
Sunoto yang tinggal di Benanga, tidak jauh dari Posko GMSS-SKM yang juga terdapat Sekolah Sungai ini, mengaku sudah lama mendengar dan mengetahui kegiatan GMSS-SKM yang disebutnya berkontribusi positif pada kesadaran masyarakat dan kondisi SKM.
Ia mengatakan bahwa siswa yang diajak berkunjung ke Sekolah Sungai ini merupakan siswa kelas 9. Diharapkan setelah kegiatan ini para siswa akan menjadi pioner untuk dapat menularkan kesadaran menjaga dan merawat sungai.
Sebelum siswa merawat sungai dan menanam pohon penghijauan khas sungai, mereka terlebih dulu diberi pemahaman tentang peran dan fungsi sungai bagi kehidupan manusia dan makhluk lain baik yang hidup di dalam sungai maupun di sekitar sungai, sehingga tumbuhan di sekitar sungai jangan sampai dirusak.
Pada sesi pertama itu, Misman juga menyampaikan tentang aktivitas GMSS-SKM dalam upaya menjaga sungai, termasuk mengajak masyarakat tidak membuang sampah ke sungai, karena sungai bukan tempat pembuangan sampah maupun limbah, namun sungai merupakan anugerah Tuhan yang harus dijaga bersama.
Menurutnya, Sungai Karang Mumus merupakan aset vital bagi Kota Samarinda karena salah satunya menjadi sumber air bersih. Sungai ini juga merupakan salah satu kekayaan alamiah Samarinda dengan keragaman flora, fauna, dan biota airnya.
Untuk itu, lanjutnya, sungai yang kini rusak harus dipulihkan, dijaga, dan dirawat bersama oleh masyarakat agar kembali menjadi sungai yang bersih dan sehat.
Sesi berikutnya disampaikan oleh Yustinus Sapto Hardjanto selaku Kepala Sekolah SKM, yakni tekait dengan pencemaran lingkungan baik pencemaran air, tanah, maupun pencemaran udara.
Dalam kesempatan itu, siswa diajak mengenali penyebab pencemaran, yakni jenis bahan atau zat pencemar lingkungan, termasuk perilaku manusia yang bisa menyebabkan pencemaran tiga unsur tersebut.
Setelah dua sesi teori ini selesai dan siswa memahami apa yang dijelaskan, kemudian mereka diajak melakukan praktik secara kelompok maupun perorangan, yakni aksi nyata untuk mengurangi pencemaran dan menjaga kelestarian lingkungan, berupa menggali lubang di tanah dan menanami pohon.
Sejumlah pohon yang ditanam siswa untuk menumbuhkan kembali riparian SKM itu adalah bibit pohon bungur, rengas, kabuo, dan sengkuang. Pohon tersebut merupakan jenis tanaman khas sungai.
Dalam kesempatan itu juga hadir Mulyono, selaku Program Koordinator Planete Urgence - Indonesia, yang siap membantu GMSS-SKM dalam upaya melakukan restorasi sungai. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2018
"Saya sangat mengapresiasi para siswa yang terjun langsung merawat sungai. Kelihatannya ini sepele, tapi dampak jangka panjangnya akan besar dalam upaya melakukan restorasi sungai," ujar Misman, Ketua Gerakan Memungut Sehelai Sampah Sungai Karang Mumus (GMSS-SKM) di Samarinda, Kamis.
Hal itu dikatakan Misman setelah mendampingi para siswa dalam merawat pohon yang sudah lama ditanam dan menanam pohon di bantaran SKM.
Sementara Sunoto, guru pendamping dari MTs Ittihad menyampaikan bahwa kedatangan siswa/siswi dimaksudkan untuk mengenal gerakan dan kegiatan yang selama ini dilakukan oleh Komunitas GMSS-SKM Samarinda.
Sunoto yang tinggal di Benanga, tidak jauh dari Posko GMSS-SKM yang juga terdapat Sekolah Sungai ini, mengaku sudah lama mendengar dan mengetahui kegiatan GMSS-SKM yang disebutnya berkontribusi positif pada kesadaran masyarakat dan kondisi SKM.
Ia mengatakan bahwa siswa yang diajak berkunjung ke Sekolah Sungai ini merupakan siswa kelas 9. Diharapkan setelah kegiatan ini para siswa akan menjadi pioner untuk dapat menularkan kesadaran menjaga dan merawat sungai.
Sebelum siswa merawat sungai dan menanam pohon penghijauan khas sungai, mereka terlebih dulu diberi pemahaman tentang peran dan fungsi sungai bagi kehidupan manusia dan makhluk lain baik yang hidup di dalam sungai maupun di sekitar sungai, sehingga tumbuhan di sekitar sungai jangan sampai dirusak.
Pada sesi pertama itu, Misman juga menyampaikan tentang aktivitas GMSS-SKM dalam upaya menjaga sungai, termasuk mengajak masyarakat tidak membuang sampah ke sungai, karena sungai bukan tempat pembuangan sampah maupun limbah, namun sungai merupakan anugerah Tuhan yang harus dijaga bersama.
Menurutnya, Sungai Karang Mumus merupakan aset vital bagi Kota Samarinda karena salah satunya menjadi sumber air bersih. Sungai ini juga merupakan salah satu kekayaan alamiah Samarinda dengan keragaman flora, fauna, dan biota airnya.
Untuk itu, lanjutnya, sungai yang kini rusak harus dipulihkan, dijaga, dan dirawat bersama oleh masyarakat agar kembali menjadi sungai yang bersih dan sehat.
Sesi berikutnya disampaikan oleh Yustinus Sapto Hardjanto selaku Kepala Sekolah SKM, yakni tekait dengan pencemaran lingkungan baik pencemaran air, tanah, maupun pencemaran udara.
Dalam kesempatan itu, siswa diajak mengenali penyebab pencemaran, yakni jenis bahan atau zat pencemar lingkungan, termasuk perilaku manusia yang bisa menyebabkan pencemaran tiga unsur tersebut.
Setelah dua sesi teori ini selesai dan siswa memahami apa yang dijelaskan, kemudian mereka diajak melakukan praktik secara kelompok maupun perorangan, yakni aksi nyata untuk mengurangi pencemaran dan menjaga kelestarian lingkungan, berupa menggali lubang di tanah dan menanami pohon.
Sejumlah pohon yang ditanam siswa untuk menumbuhkan kembali riparian SKM itu adalah bibit pohon bungur, rengas, kabuo, dan sengkuang. Pohon tersebut merupakan jenis tanaman khas sungai.
Dalam kesempatan itu juga hadir Mulyono, selaku Program Koordinator Planete Urgence - Indonesia, yang siap membantu GMSS-SKM dalam upaya melakukan restorasi sungai. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2018