Samarinda (Antaranews Kaltim) - Badan Pusat Statistik mencatat jumlah penduduk miskin di Provinsi Kalimantan Timur pada Maret 2018 mengalami penambahan sebanyak 230 jiwa, dari 218.670 jiwa pada September 2017 menjadi 218.900 jiwa pada Maret 2018.

"Secara absolut jumlah penduduk miskin Kaltim bertambah 230 orang, namun secara persentase menurun, dari 6,08 persen pada September 2017 menjadi 6,03 persen pada Maret 2018,"ujar Kepala Badan Pusat Statistk Provinsi Kaltim Atqo Mardiyanto di Samarinda, Selasa.

Jika diperhatikan per kawasan, katanya, maka jumlah penduduk miskin di kawasan perkotaan mengalami penurunan, sedangkan di perdesaan mengalami kenaikan, baik secara absolut maupun secara persentase.

Selama periode September 2017 hingga Maret 2018 penduduk miskin di daerah perkotaan turun sebanyak 1,94 ribu orang atau secara persentase turun 0,13 persen, dari 102,39 ribu orang pada September 2017 menjadi 100,45 ribu orang pada Maret 2018.

Penduduk miskin di daerah perdesaan naik sebanyak 2,16 ribu orang atau secara persentase meningkat sebesar 0,09 persen, yakni dari 116,28 ribu orang pada September 2017 menjadi 118,44 ribu orang pada Maret 2018.

Jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan masih lebih besar ketimbang di daerah perkotaan. Persentase penduduk miskin yang berada di daerah perdesaan pada Maret 2018 dan September 2017 masing-masing sebesar 9,84 persen dan 9,74 persen.

"Sedangkan di daerah perkotaan sebesar 4,14 persen pada bulan Maret 2018 dan 4,27 persen pada bulan September 2017,"katanya.

 Atqo melanjutkan bahwa besar dan kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh garis kemiskinan (GK), karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah GK.

Selama September 2017-Maret 2018, GK naik sebesar 2,28 persen, dari Rp561.868 per kapita per bulan pada September 2017, menjadi Rp574.704 per kapita per bulan pada Maret 2018.

"Dengan memperhatikan komponen GK yang terdiri dari GK makanan dan GK nonmakanan, terlihat bahwa peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi nonmakanan, seperi perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan,"katanya.

Pada Maret 2018, andil GK makanan sebesar 70,49 persen. GK di perkotaan lebih besar ketimbang di perdesaan, yakni di perkotaan sebesar Rp576.265, sedangkan di perdesaan sebesar Rp570.012.

"Kondisi ini menggambarkan bahwa pemenuhan kebutuhan hidup di daerah perkotaan masih lebih mahal dibandingkan dengan daerah perdesaan,"katanya.(*)



 

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2018